Financial Checkup: Single Tapi Gak Bisa Nabung

writter Fifi Nurfitrianti

Single, bergaji lebih dari dua kali lipat UMR (Upah Minimum Regional) Jakarta, tapi mengaku gak bisa menabung!

Masalahnya di mana ya? Lalu… bagaimana cara mengatasinya? Coba cek yuk hasil financial checkup yang dilakukan Jenius, bekerja sama dengan perencana keuangan Metta Anggriani dari Anggriani & Partners, terhadap kondisi keuangan salah satu pengguna Jenius yang beruntung bernama Buni (bukan nama sebenarnya).

Buni yang Single
Perkenalkan, Buni adalah seorang karyawan swasta. Tinggal di Jakarta, bergaji Rp9,6 juta setiap bulannya. Terdengar cukup besar ya? Apalagi untuk seseorang yang single dan baru berusia 24 tahun. Selain itu, Buni cukup melek finansial, terlihat dari kebiasaan mencatat pengeluaran yang sudah dilakukannya tiap bulan, sekaligus budgeting bulanan-mingguan-harian yang dia buat.

Untuk pengeluaran tetap bulanan, yang mengambil porsi paling besar adalah biaya indekos sebesar Rp1,95 juta dan premi asuransi sebesar Rp1 juta. Lalu ada pengeluaran transportasi, listrik, makan, hiburan, dan zakat yang totalnya mencapai Rp3,65 juta.

Sayangnya, perencanaan Buni sering meleset. Buni sudah menyisihkan Rp1 juta tiap bulan untuk dikirim ke orangtua. Tapi pada kenyataannya, sering muncul kebutuhan mendesak lain yang membuat Buni harus mengambil lagi uang di tabungannya. Statusnya yang anak rantau juga membuatnya kesulitan menabung karena biaya pulang kampung yang cukup besar.

Baca juga: 7 Pengeluaran Terbesar yang Dilakukan Milenial

Tabungan Buni
Buni menyatakan bahwa saat ini dia menabung Rp2 juta per bulan, yang dibagi penempatannya ke tabungan biasa sebesar Rp1,5 juta dan pada rekening saham sebesar Rp500 ribu. Jika dihitung rasionya, keadaan tabungan Buni sangat baik. Karena menurut standar rasio keuangan, porsi menabung yang ideal adalah 10%. Sementara saat ini rasio tabungan Buni sudah berada di angka 20,83%.

Namun, jika melihat total tabungan Buni yang saat ini berjumlah Rp6 juta, rasio tabungan yang baik menjadi kurang valid karena walaupun tiap bulan ada Rp2 juta masuk ke tabungan, tapi pada akhir bulan ada sejumlah uang yang digunakan kembali. Sehingga jika dihubungkan dengan banyaknya tujuan keuangan Buni, akan menjadi sulit tercapai pada waktu yang ditentukan jika angsuran tabungan tiap bulan gak konsisten.

Tujuan Keuangan: Dana Darurat, DP Properti, dan Dana Menikah
Menurut pengakuan Buni, saat ini dia gak punya utang sama sekali. Gak ada kewajiban, beserta bunga, yang harus ditanggung oleh Buni. Sehingga dapat dikatakan bahwa keuangan Buni sangat sehat. Dan jika dihitung, ruang untuk Buni menabung—yang menjadi masalah utama saat ini—cukup besar juga.

Membicarakan tujuan finansial, Buni punya cukup banyak tujuan yang terbagi ke dalam tiga jangka waktu. Untuk jangka pendek, Buni ingin segera mengumpulkan dana darurat sejumlah tiga kali pengeluaran bulanan. Selanjutnya, ada tujuan finansial jangka menengah, yaitu dana menikah sebesar Rp100 juta dan dana untuk membeli mobil dengan cara menyicil sebesar Rp200 juta. Gak hanya itu, Buni pun memiliki dua tujuan finansial jangka panjang, yaitu beribadah haji yang biayanya Rp50 juta dan membeli properti berupa rumah, dengan cara dicicil, senilai Rp600 juta.

Pertanyaannya, apakah memungkinkan untuk Buni mencapai semua tujuan keuangannya sesuai dengan harapan dan target yang dia tentukan? Sebelum melangkah lebih jauh, Jenius sempat menanyakan tiga tujuan keuangan yang dijadikan prioritas agar bisa dianalisis lebih detail.

Dana darurat. Dilihat dari rasio likuiditasnya, aset likuid yang dimiliki Buni masih sangat kurang. Hal ini terjadi karena jumlah aset likuidnya, dalam hal ini tabungan, hanya 0,79 kali dari total pengeluaran bulanan. Sementara rasio likuiditas yang sehat ada di angka 3-6 kali. Ini berarti, tujuan keuangan jangka pendek Buni sudah bijak, yaitu mengumpulkan dana darurat sebesar minimal 3 kali pengeluaran bulanan, sejumlah Rp22,8 juta.

Dengan asumsi seluruh tabungan Buni saat ini merupakan tabungan dana darurat, Buni perlu menambahkan Rp16,8 juta agar dana daruratnya terkumpul. Bila Buni mengalokasikan Rp1,5 juta setiap bulan, dana darurat yang dibutuhkan akan terkumpul dalam 11-12 bulan. Untuk target dana darurat bisa segera terkumpul, Buni dapat memaksimalkan penggunaan fitur Dream Saver yang akan menarik uang tabungan secara otomatis. Jika jumlah tersebut terasa terlalu besar, Buni dapat menyesuaikan waktu pencapaian dengan kemampuan keuangan. Buni bisa membuat Dream Saver Rp1 juta untuk dicapai dalam 17 bulan. Penyesuaian target pencapaian ini sangat wajar dilakukan. Dana darurat memang harus didahulukan, tapi gak harus tercapai dalam sekejap, karena ada tujuan keuangan lain yang harus/mau dipenuhi juga.

DP properti pertama. Buni berkeinginan mengumpulkan uang Rp20 juta untuk DP (down payment) properti pertama berupa rumah atau apartemen dalam 16 bulan. Jika dihitung dengan Dream Saver, tabungan bulanan yang perlu disisihkan sekitar Rp1,3 juta. Jika mempertimbangkan rencana mengumpulkan dana darurat, jumlah tabungan untuk DP properti masih terlalu besar untuk Buni saat ini. Mungkin Buni dapat menyesuaikan lagi waktu pencapaian tujuan agar sehari-harinya Buni masih bisa hidup dengan cukup budget untuk sehari-hari.

Satu hal lagi yang perlu diingat, ketika mau membeli rumah dengan cara dicicil, kemampuan membayar cicilan harus dihitung sebelumnya. Jumlah cicilan utang yang sehat adalah maksimal 30% dari penghasilan. Bila dihitung dari gaji Buni saat ini, maka porsi cicilan utang yang sehat adalah Rp2,8 juta. Namun berarti, Buni harus mengorbankan tabungan dan asuransi yang sudah berjalan.

Untuk itu, alternatif yang bisa direkomendasikan kepada Buni adalah mengumpulkan DP properti dalam 4-5 tahun. Dalam rentang waktu itu, pendapatan Buni diharapkan sudah meningkat sehingga mampu mencicil properti tanpa harus mengorbankan tabungan dan gaya hidup lainnya.

Dana menikah. Tujuan keuangan jangka pendek kedua Buni adalah dana menikah. Buni menargetkan pencapaian Rp100 juta pada bulan September 2021. Sayangnya, setelah dihitung, uang yang perlu disisihkan mencapai Rp4,5 jutaan per bulan. Dengan jumlah gaji saat ini, bisa dibilang target dana menikah ini tidak realistis untuk dicapai Buni. Alternatifnya yang bisa dilakukan Buni saat ini adalah, menyisihkan Rp1 juta per bulan untuk dana menikah, yang kemudian pencapaiannya akan berubah menjadi bulan Maret 2028. Target ini bisa berubah menjadi lebih cepat jika setiap menerima THR atau bonus lain, Buni melakukan top up ke Dream Saver dana menikah yang sudah dibuat.

Cari Penghasilan Tambahan atau Kurangi Pengeluaran
Kondisi keuangan Buni saat ini membuatnya gak terlalu leluasa memiliki banyak tujuan keuangan dengan nominal yang cukup besar dan waktu pencapaian yang pendek. Setiap akhir bulan, Buni mengaku sering mengambil lagi tabungan karena kekurangan uang. Apakah ada teman Jenius yang kondisi finansialnya sama atau mirip dengan Buni? Gak cuma first-jobbers dan para lajang yang mengalami hal ini. Terkait hal itu, ada dua hal yang bisa dilakukan: cari penghasilan tambahan atau kurangi pengeluaran. Mencari penghasilan tambahan sangat bisa dilakukan, mulai dari melakukan pekerjaan commission-based seperti membuat ilustrasi untuk kepentingan komersial hingga berbisnis kecil-kecilan seperti berjualan online.

Di samping itu, jika dilihat daftar pengeluarannya, hampir 50% penghasilan Buni habis untuk keperluan bulanan dan sehari-hari. Status Buni yang adalah anak kos juga memengaruhi hal ini. Sebagai alternatif, Buni bisa mencari indekos yang lebih ekonomis, paling gak untuk sementara sampai penghasilannya bertambah. Buni juga bisa mencari indekos yang lebih dekat dengan kantor sehingga biaya transportasi bisa berkurang. Kemudian, alokasi yang tadinya digunakan untuk membayar kos dan transportasi bisa dialihkan ke pos pengeluaran lain. Buni juga bisa mencoba menekan biaya makan dengan memasak sendiri makanan sehari-hari.

Selain itu, setelah dihitung, premi asuransi Buni yang mencapai Rp1 juta tergolong cukup besar. Alternatifnya, pos ini bisa coba disesuaikan lagi tanpa mengurangi manfaat asuransi yang didapat. Untuk analisis dan rekomendasi detail, Buni perlu melakukan konsultasi lebih lanjut dengan adviser sebelum mengambil keputusan.

Baca juga: Financial Checkup: Apakah Mungkin Membangun Indekos dan Merenovasi Rumah dalam Lima Tahun?

Menjadi bagian dari sandwich generation biasanya membuat pengeluaran lebih besar, tapi bukan berarti boros lho ya. Bagi teman Jenius lain yang memiliki kondisi keuangan mirip Buni, jangan jadi takut ya membaca hasil financial checkup yang ada. Karena bertanggung jawab juga membantu keluarga, sandwich generation memang harus lebih berhati-hati mengatur pengeluaran dan tabungan. Dan seperti Buni, kamu selalu dapat melakukan perbaikan agar tujuan dan target keuangan lebih realistis dan bisa tercapai.

Kepingin kesehatan finansialmu dicek juga oleh financial planner? Jenius masih membuka kesempatan untuk kamu yang ingin dicek kesehatan finansialnya setiap bulan. Follow Instagram dan Twitter Jenius untuk mengetahui caranya ya.

Belum punya Jenius? Download dan aktivasi sekarang.
Disclaimer: Financial checkup dilakukan terbatas pada data keuangan yang diberikan oleh responden per Oktober 2019. Rekomendasi yang diberikan dalam financial checkup dihitung berdasarkan data tersebut dan asumsi-asumsi yang menyertainya. Adapun pelaksanaan dari rekomendasi tersebut untuk mencapai tujuan keuangan pribadinya merupakan tanggung jawab responden.

Artikel lainnya