Financial Checkup: Apakah Mungkin Membangun Indekos dan Merenovasi Rumah dalam Lima Tahun?

writter Fifi Nurfitrianti

Secara berkala, para dokter biasanya menyarankan pasien untuk melakukan medical checkup. Nah, selain itu, ada juga checkup yang perlu dilakukan minimal setahun sekali, yaitu financial checkup. Apakah kamu familier dengan istilah financial checkup?

Financial checkup adalah kegiatan memeriksa kondisi keuangan. Apakah jumlah uang masuk dan keluarmu aman setiap bulan, atau besar pasak daripada tiang? Apakah setelah bekerja bertahun-tahun kamu sudah punya tabungan, atau malah punya utang kartu kredit cukup besar? Dengan melakukan financial checkup, kamu dapat memeriksa apakah kondisi keuanganmu masuk kategori sehat atau gak.

Untuk mendukung teman-teman Jenius yang beresolusi memiliki keuangan yang sehat, Jenius bekerja sama dengan perencana keuangan Metta Anggriani dari Anggriani & Partners, akan melakukan financial checkup secara cuma-cuma untuk teman Jenius yang beruntung.

Sekarang, kita kenalan yuk dengan Aster (bukan nama sebenarnya), teman Jenius yang keuangannya akan di-checkup untuk pertama kali.

Aster dan Keuangan Keluarganya
“Saya seorang ibu rumah tangga, dengan pekerjaan paruh waktu menulis. Penghasilan saya dari pekerjaan paruh waktu lumayan fluktuatif. Tapi kalau dirata-rata, sebulan bisa dapat sekitar Rp4 juta. Saya dan suami memiliki keuangan terpisah dengan pembagian tanggung jawab yang spesifik. Setiap bulan, suami saya mengirimkan sebagian penghasilannya, yaitu Rp14 juta,” cerita Aster mengenai pengaturan keuangan yang dilakukan keluarganya.

Aster melanjutkan, “Dengan total uang tunai sekitar Rp18 juta per bulan, saya bertanggung jawab atas kebutuhan rumah tangga—uang sekolah dan transportasi anak, tagihan TV dan internet rumah, gaji asisten rumah tangga, tagihan telepon dan ponsel, biaya makan dan hiburan, asuransi kesehatan saya pribadi. Total pengeluaran tersebut adalah Rp13 juta, sehingga Rp5 juta masuk tabungan. Sementara itu, suami bertanggung jawab atas dana pendidikan kuliah anak, premi asuransi jiwa dan kesehatan dirinya juga asuransi kesehatan anak, segala pengeluaran pajak, biaya maintenance kendaraan, dan biaya listrik rumah.”

Untuk aset, Aster menyatakan bahwa dia memiliki aset likuid berupa tabungan dan deposito sebesar Rp86 juta, serta aset investasi berupa saham senilai Rp10 juta, dan sebidang tanah kosong. Sementara untuk aset personal, Aster dan keluarga memiliki rumah yang ditempati, rumah kedua yang disewakan, satu unit motor, dan satu unit mobil. Total nilai seluruh aset keluarga Aster adalah Rp4,4 miliar.

Secara sekilas, data keuangan keluarga Aster terlihat sehat dan baik ya? Tapi sesungguhnya, apakah secara keseluruhan gak ada masalah atau hal yang perlu diatur/sempurnakan dari angka-angka tersebut?

Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan aset untuk dikonversikan secara cepat dan mudah menjadi kas/tunai. Cara menghitung rasio likuiditas cukup mudah, yaitu dengan membagi jumlah kas atau setara kas dengan jumlah pengeluaran bulanan. Dari data di atas, diketahui rasio likuiditas Aster adalah 6,62x. Angka ini menunjukkan bahwa total kas keluarga Aster sudah cukup baik karena nominalnya bisa dipakai untuk menghidupi rumah tangganya selama 6 bulan ke depan.

Utang
Aster mengaku hanya memiliki utang kartu kredit sebesar Rp13 juta dengan sisa tenor 8 bulan. Utang ini timbul dari transaksi membeli tiket pesawat. Aster memilih mencicil tagihan tersebut karena ada pilihan cicilan 0%. Jika dihitung, rasio utang ini hanya 0,3%, dibandingkan dengan total nilai kekayaan Aster. Karena Aster gak punya utang lain, keuangan Aster bisa dikatakan sangat sehat.

Tujuan Keuangan: Membangun Indekos dan Merenovasi Rumah
Setiap tujuan, membutuhkan rencana dan petunjuk arah. Kapan, lewat mana (dalam hal ini, apa), dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan? Dalam keuangan, ada banyak jenis tujuan keuangan. Jika dikategorikan berdasarkan waktu tercapainya, ada tujuan jangka pendek (sesuatu yang ingin dicapai dalam waktu kurang dari setahun), tujuan jangka menengah (sesuatu yang ingin dicapai dalam waktu satu hingga tiga tahun), dan tujuan jangka panjang (sesuatu yang ingin dicapai dalam waktu di atas lima tahun).

Ketika ditanya, apakah Aster (dan keluarga) memiliki tujuan keuangan? Aster menjawab bahwa dia memiliki keinginan untuk membangun indekos 20 pintu senilai Rp500 juta dan merenovasi rumah dengan biaya yang sama dalam waktu 6 tahun. Dengan memperhitungkan inflasi sebesar 5%, maka Aster dan keluarganya perlu menabung Rp8,6 juta per bulan di instrumen investasi dengan return 15%.

Namun, mengingat Aster memiliki profil risiko yang konservatif, ada baiknya Aster menabung di instrumen yang memiliki risiko lebih rendah, seperti Dream Saver dari Jenius. Ada dua alternatif untuk Aster, yaitu:
- menabung dengan jumlah yang sama, yaitu Rp8,6 juta hingga tahun 2029, atau
- menabung Rp13,4 juta per bulan sampai Desember 2025.

Untuk mencapai tujuan, ada banyak cara yang bisa dipilih, sesuai dengan kemampuan dan selera masing-masing. Ibaratnya kamu mau ke Bali dari Jakarta, kamu bisa segera tiba dengan naik pesawat, atau kamu bisa naik kereta dan bus sambil menikmati pemandangan.

Begitu pula dengan tujuan keuangan Aster. Ada beberapa alternatif yang bisa dipilih:
  1. Tanah yang dimiliki Aster bisa dikonversikan menjadi indekos,
  2. Tanah yang sama bisa dijual dan menambah tabungan untuk tujuan keuangan membangun indekos atau renovasi rumah,
  3. Menabung lebih banyak agar waktu menabung lebih singkat atau memundurkan target pencapaian,
  4. Menyesuaikan target waktu masing-masing tujuan agar tidak terjadi di waktu yang sama.

Rekomendasi untuk Aster dan Keluarga
Dari hasil financial checkup, ada beberapa rekomendasi yang dapat diberikan financial planner Metta Anggriani kepada Aster agar kondisi keuangan bisa menjadi lebih sehat.
  1. Menambah jumlah uang dana darurat (perlu dijadikan prioritas). Karena keluarga Aster terdiri atas dirinya sendiri, suami, dan satu orang anak, jumlah dana darurat yang dibutuhkan adalah enam kali jumlah pengeluaran bulanan, yaitu Rp78 juta. Aster dan suami dapat mengalihkan/menyisihkan sebagian dari penghasilannya selama beberapa bulan agar dana darurat bisa tercapai.
  2. Segera menyelesaikan utang kartu kredit. Walaupun nilainya cukup kecil dan gak berbunga, ada baiknya segera diselesaikan agar alokasi dana bulanannya dapat dialihkan juga untuk tujuan keuangan yang lain.
  3. Jumlah aset sudah cukup baik, tapi masih lebih banyak aset personal. Ada baiknya bila keluarga Aster menambah aset investasi.
  4. Mulai memikirkan dana pensiun. Aster dan keluarga tidak diketahui memiliki dana pensiun. Selagi Aster dan suami berusia produktif, ada baiknya dana pensiun mulai dihitung dan dikumpulkan. Waktu yang dimiliki masih cukup panjang agar dana yang perlu disisihkan tiap bulannya tidak terlalu besar.

Kepingin kesehatan finansialmu dicek juga oleh financial planner? Jenius memberikan kesempatan untuk kamu yang ingin di-checkup kesehatan finansialnya setiap bulan. Follow Instagram dan Twitter Jenius untuk mengetahui caranya ya.

Belum punya Jenius? Download dan aktivasi sekarang!
Disclaimer: Financial checkup dilakukan terbatas pada data keuangan yang diberikan oleh responden per Agustus 2019. Rekomendasi yang diberikan dalam financial checkup dihitung berdasarkan data tersebut dan asumsi-asumsi yang menyertainya. Adapun pelaksanaan dari rekomendasi tersebut untuk mencapai tujuan keuangan pribadinya merupakan tanggung jawab responden.

Artikel lainnya