Tren Investasi Reksa Dana: Apakah Masih Relevan di Masa Kini?

writter Andhika Diskartes

“Di tengah popularitas cryptocurrency dan saham yang sedang naik daun, apakah investasi reksa dana masih relevan untuk investor masa kini?”

Pertanyaan tersebut bisa muncul di benak siapa saja. Apalagi seiring meningkatnya literasi finansial dan inklusi keuangan di Indonesia yang memungkinkan munculnya berbagai jenis investasi populer. Mulai dari investasi bitcoin, saham, P2P lending, dan sebagainya—yang menawarkan keuntungan legit asalkan sesuai dengan kebutuhan dan jangka waktu.

Tetapi, selain itu masih ada reksa dana yang bisa dikategorikan instrumen investasi “klasik” hingga sekarang. Sehingga, pertanyaan yang berikutnya muncul, “Apakah reksa dana masih mampu melayani kebutuhan investasi saat ini?”

Jenis Reksa Dana dan Pertumbuhannya

Reksa dana adalah sebuah wadah yang berisi kumpulan dana para investor yang nantinya akan dikelola oleh manajer investasi. Setelah itu, manajer investasi akan membelikan saham, obligasi, dan produk pasar uang (deposito dan Sertifikat Bank Indonesia) dengan porsi yang berbeda-beda sesuai dengan empat jenis reksa dana.

A. Reksa Dana Pasar Uang

Bisa dibilang, reksa dana pasar uang adalah reksa dana dengan risiko dan imbal hasil paling rendah. Pasalnya, reksa dana ini terdiri atas produk pasar uang seperti deposito, sertifikat Bank Indonesia, dan obligasi yang jatuh temponya di bawah setahun.

Dari sejarahnya, kita bisa melihat volatilitas pasar gak memberikan banyak pengaruh terhadap nilai reksa dana pasar uang. Bahkan, di awal pandemi, ketika instrumen lain rontok, reksa dana pasar uang adalah satu-satunya produk yang tetap perkasa.

Ke depannya, reksa dana pasar uang masih tetap menjadi pilihan, terutama jika dialokasikan untuk dana darurat dan berbagai tujuan investasi jangka pendek di bawah 1 tahun lainnya.

B. Reksa Dana Pendapatan Tetap

Komposisi reksa dana pendapatan tetap merupakan kombinasi antara obligasi, saham, dan pasar uang. Dengan komposisi ini, imbal hasil dapat sedikit lebih tinggi daripada reksa dana pasar uang, diikuti risiko yang lebih tinggi juga.

Beberapa waktu lalu, sempat muncul pemberitaan tapering yang menimbulkan kekhawatiran bagi pelaku pasar obligasi. Pada kenyataannya, suasana dari tapering kali ini berbeda dengan yang pernah terjadi 9 tahun silam.

Kala itu, tapering atau kebijakan The Fed mengurangi pembelian treasury bonds telah meluluhlantakkan pasar obligasi dan pasar saham. Namun saat ini, pelaku pasar sudah price in dengan kebijakan tersebut. Jadi, sebetulnya gak ada kekhawatiran yang terlalu dalam terkait kebijakan tersebut.

Baca juga: Mau Jadi Investor? Belajar Investasi dari 5 Sumber Ini

C. Reksa Dana Saham

Sesuai namanya, komposisi reksa dana saham didominasi saham. Ini adalah opsi yang cocok bagi kamu yang ingin imbal hasil lebih tinggi, tapi masih belum terlalu paham ataupun belum berani ambil risiko besar untuk investasi saham. Lalu, bagaimana prospeknya ke depan?

Upaya percepatan pemulihan ekonomi yang dilakukan pemerintah bisa jadi stimulus baik untuk reksa dana saham—ditambah dengan bullish season. Laporan keuangan yang dikeluarkan emiten juga menunjukkan tanda-tanda positif. Namun, pasar modal juga masih dibayangi oleh risiko inflasi. Dengan demikian, pasar masih akan volatil untuk sementara waktu.

Jadi, jika kamu memilih untuk berinvestasi di reksa dana saham, pastikan kamu sanggup menoleransi volatilitas pasar.

D. Reksa Dana Campuran

Reksa dana campuran dapat dikatakan sebagai jenis reksa dana yang paling fleksibel, karena isinya terdiri dari saham, obligasi, dan pasar uang. Menariknya, komposisi ini bisa menjadi penyeimbang; instrumen saham dengan proporsi yang lebih besar akan membuat portofolio bergerak fluktuatif, tapi porsi obligasi akan meredam efek fluktuasi, sehingga bisa jadi penyumbang kinerja positif ketika tren saham sedang menurun.

Reksa dana campuran lebih pas digunakan untuk instrumen jangka menengah-panjang, karena karakternya yang fleksibel dan membutuhkan waktu untuk berkembang dengan signifikan. Keahlian manajer investasi juga dapat terlihat di reksa dana campuran.

Baca juga: Kenapa Sih Perlu Berinvestasi? Ini 6 Alasannya!

Mencapai Tujuan Keuangan dengan Reksa Dana

Untuk mencapai tujuan keuanganmu, reksa dana tetap bisa jadi pilihan investasi yang menguntungkan ke depannya. Melihat berbagai prospek reksa dana yang sudah dijelaskan di atas, berikut beberapa tujuan keuangan yang bisa dicapai dengan reksa dana.

1. Dana darurat

Sebuah dana yang bisa kamu manfaatkan di kala kondisi darurat, seperti saat kehilangan mata pencaharian. Di saat-saat itulah, dana darurat dapat berguna untuk menyambung napas lebih panjang meski tanpa pemasukan untuk sementara waktu. Untuk tujuan ini, reksa dana pasar uang bisa jadi instrumen yang tepat untuk berinvestasi.

2. Down Payment (DP) Rumah

Buat yang pengin mulai mandiri atau hidup terpisah dari orang tua/mertua, punya rumah bisa jadi tujuan keuangan yang prioritas. Tetapi, untuk mewujudkannya pasti butuh modal yang besar.

Untuk itu, reksa dana juga bisa menjadi opsi yang baik untuk mengumpulkan dana beli rumah. Contoh strateginya adalah dengan mengambil KPR untuk membeli rumah, sementara itu DP rumah bisa kamu kumpulkan dengan reksa dana.

Namun, ingat aturannya ya, jangan sampai cicilan kamu terlalu mepet atau pada akhirnya akan tersiksa sampai pelunasan.

Tren Investasi Reksa Dana: Apakah Masih Relevan di Masa Kini? - Jenius
3. Dana Pendidikan

Inflasi biaya pendidikan rata-rata naik 12% setiap tahunnya, jadi kalau “hanya” menabung, rasanya cukup mustahil untuk bisa mengejar target tersebut.

Bila diasumsikan dengan membuka deposito dengan bunga kisaran 2-4% per tahun, sedangkan kenaikan gaji paling-paling hanya 10% setiap tahunnya, pastinya masih ada sisa yang harus dipenuhi.

Maka dari itu, berinvestasi reksa dana dengan memperhitungkan horizon waktu bisa dimanfaatkan untuk mencapai target dana pendidikan anak, mulai dari playgroup sampai kuliah.

4. Dana Pensiun

Dana pensiun adalah salah satu tujuan keuangan terbesar dan terpenting. Sama halnya dengan dana pendidikan, untuk mencapai target maka perlu dibantu dengan berbagai instrumen investasi. Salah satu yang bisa kita manfaatkan adalah reksa dana saham.

Baca juga: 7 Checklist yang Perlu Dilakukan Sebelum Pensiun

Nah, sampai di sini seharusnya mudah untuk dipahami, bahwa reksa dana bisa memenuhi banyak kebutuhan. Gak hanya yang sudah disebutkan di atas, kamu juga bisa memanfaatkan reksa dana untuk berbagai kebutuhan lainnya. Mulai dari dana umrah atau naik haji, dana liburan saat pandemi sudah melandai, bahkan juga bisa untuk membeli gadget versi terbaru.

Tren Investasi Reksa Dana: Apakah Masih Relevan di Masa Kini? - Jenius

Kebutuhan tersebut tinggal disesuaikan saja dengan nominal dan jangka waktunya. Karena jawabannya akan mempengaruhi instrumen investasi yang akan digunakan. Besaran investasi tiap bulan juga akan menyesuaikan nominal target tersebut.

Misalnya, tahun depan kamu mau liburan ke negara impian, maka kamu bisa menggunakan RDPU—atau kalau dua tahun lagi ya pakai saja RDPT.

Baca juga: Kalender Libur dan Rekomendasi Cuti 2022: Waktunya Keliling Indonesia

Tips Investasi Reksa Dana agar Optimal

Saat menentukan proporsi portofolio, seharusnya kita memang mempertimbangkan tujuan keuangan, horizon waktu, kemampuan finansial, profil risiko, dan berbagai aspek lainnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, pengetahuan dan pemahaman kita terhadap produk investasi dapat membuat proporsi portofolio berubah.

Hal ini justru bagus, karena keuangan itu dinamis dan harus dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada. Bahkan, penyesuaian ini harus terus dilakukan untuk tetap adaptif dengan kondisi yang juga berubah. Itulah prinsip survival, betul?

Jadi, bagaimana cara investasi reksa dana untuk pemula agar hasilnya optimal?

  • Tentukan tujuan yang spesifik, mulai dari jumlah uang dan jangka waktu yang diperlukan.
  • Pastikan memahami profil risiko diri sendiri, untuk menyusun portofolio yang sesuai untukmu.
  • Pilihlah manajer investasi yang bereputasi baik. Kamu bisa menelusuri rekam jejak dengan melakukan riset di mesin pencari ataupun media sosial. Cermati apakah pernah ada kasus atau keluhan terkait pelayanan mereka.
  • Tingkat imbal hasil masing-masing jenis reksa dana akan berbeda, sepadan dengan tingkat risikonya, sehingga kamu perlu memperhitungkannya dengan cermat sesuai kebutuhan dan jangka waktu yang sudah ditentukan.
  • Mulai investasi secara rutin dengan modal sesuai kemampuan, sampai tujuan keuanganmu tercapai.
  • Konsisten terhadap rencana keuangan yang sudah kamu buat.
  • Hindari berinvestasi karena ikut-ikutan tanpa melakukan analisismu sendiri. FOMO (Fear of Missing Out) hanya akan membuat dirimu sendiri rugi.

Baca juga: Kesalahan-Kesalahan dalam Berinvestasi

Pilih Platform Investasi Reksa Dana yang Tepat

Setelah membaca penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa reksa dana masih bisa menjadi opsi tepat untuk melayani berbagai kebutuhan saat ini. Jadi, walaupun banyak instrumen investasi lain, perlu diingat bahwa gak seharusnya kamu menaruh semua telur di keranjang yang sama.

Lalu, di mana bisa mulai berinvestasi reksa dana? Thanks to perkembangan teknologi yang luar biasa akhir-akhir ini, ada banyak aplikasi online yang bisa dimanfaatkan untuk mulai investasi reksa dana.

Salah satunya di Jenius, yang baru saja meluncurkan fitur terbaru investasi dengan reksa dana. Gak perlu modal besar, bahkan kamu bisa mulai dari Rp10.000.

So, makin lengkaplah dalam satu aplikasi; jadi digital banking sekaligus jadi partner investasi kamu. Praktis, di satu tempat, gak perlu pindah-pindah aplikasi, bahkan gak perlu install aplikasi lain lagi.

Baca juga: Simpel Berinvestasi Reksa Dana di Jenius

Di Jenius, sudah ada 17 produk investasi reksa dana terbaik dari 3 manajer investasi besar. Sehingga kamu tinggal pilih saja yang sesuai dengan profil risiko, kebutuhan, tujuan keuangan, dan juga kemampuan finansialmu.

Jadi, gimana? Mau mulai investasi reksa dana kapan nih?


Artikel ini ditulis oleh Andhika Diskartes, teman Jenius yang merupakan seorang financial consultant dan CEO Value Magazine. Cek artikel dari guest writer-guest writer lain pada laman Blog Jenius.
Ilustrasi pada artikel ini merupakan karya Tommy Chandra, teman Jenius yang merupakan freelance illustrator di Jakarta.

Artikel lainnya