Financial Checkup: Terlilit Utang Kartu Kredit

writter Fifi Nurfitrianti

Terlilit utang, apalagi utang kartu kredit, rasanya bikin perut melilit setiap hari!

Kalau saat ini kondisi keuanganmu aman dan jauh dari yang namanya tumpukan utang, bersyukurlah atas kondisimu. Kamu bisa fokus mengekspresikan diri, mengembangkan potensi, hingga merintis karier—tanpa perlu pusing mencari cara membayar utang-utangmu secepat mungkin. Percayalah, ketenangan batin saat bebas utang merupakan sebuah kemewahan.

Sekarang, kalau memang kamu sedang terlilit utang, yang mana setiap bulannya kamu hanya sanggup membayar cicilan minimum, coba yuk belajar dari kasus Echa (bukan nama sebenarnya) yang diulas dalam financial checkup bersama perencana keuangan Metta Anggriani dari Anggriani & Partners.

Echa, Suami, dan Utang Ratusan Juta
Echa adalah perempuan bekerja berusia 29 tahun yang sudah menikah. Saat ini kondisi keuangannya dan suami bisa dibilang sangat gak sehat. Dengan pemasukan sekitar Rp9,5 juta per bulan, Echa punya tunggakan kartu kredit hingga belasan juta yang tiap bulan hanya dibayar minimumnya saja dan ada yang masih dipakai sampai limit maksimal.

Di antara lilitan utang dan juga cicilan kredit mobil, Echa masih berusaha menabung secara konsisten. Dia menyisihkan rata-rata Rp700 ribu per bulan yang ditempatkan pada tabungan emas dan reksadana, dengan saldo masing-masing saat ini Rp1,4 juta. Angka ini masih bagus karena ada upaya menabung—walaupun masih di bawah rasio tabungan yang disarankan, yaitu 10% penghasilan.

Echa juga menyisihkan Rp1 juta tiap bulan untuk membayar premi asuransi kesehatan dan asuransi jiwa. Sisanya, Echa gunakan untuk operasional bulanan keluarga kecilnya, seperti transportasi harian, makan, dan hiburan secukupnya.

Saat ini bisa dibilang Echa seperti menghidupi dirinya sendiri. Hal ini terjadi karena gaji suaminya yang sebesar Rp7,8 juta sebulan selalu habis digunakan untuk keperluan suaminya sendiri, termasuk membayar cicilan dari utang-utangnya senilai Rp4,3 juta. Dari situ, hanya ada sisa sekitar Rp3,5 juta yang digunakan untuk membayar akomodasi dan kebutuhan pribadinya.

Jika dibuat daftarnya, berikut utang yang dimiliki keluarga Echa:
  1. Utang kartu kredit #1, total Rp5.600.000, dicicil Echa.
  2. Utang kartu kredit #2, total Rp3.500.000, dicicil Echa.
  3. Utang kartu kredit #3, total Rp4.000.000, dicicil Echa.
  4. Kredit mobil Rp2.800.000 per bulan, sisa tenor 10 bulan, dicicil Echa.
  5. Utang A, total Rp70.000.000, dicicil suami Echa.
  6. Utang B, total Rp2.500.000, dicicil suami Echa.
  7. Utang C, total Rp10.000.000 , dicicil suami Echa.
  8. Utang D, total Rp7.200.000, dicicil suami Echa.
  9. Utang kartu kredit #4, total Rp8.000.000, dicicil suami Echa.
  10. Utang kartu kredit #5, total Rp3.500.000, dicicil suami Echa.
  11. Utang Rp80 juta kepada orangtua untuk biaya pernikahan, belum dibayar.

Selain berat membayar utang, kondisi Echa semakin sulit ketika kantornya juga memiliki masalah keuangan. Sejak pertengahan 2019, gaji Echa sering dicicil pembayarannya hingga 4 kali—walaupun biasanya terbayarkan secara penuh pada bulan yang sama. Kondisi ini tentu membuat cashflow harian Echa terganggu.

Alternatif Menyelesaikan Utang untuk Echa
Ada banyak perencana keuangan yang menyarankan untuk membatasi diri berutang/membayar cicilan maksimal 30% dari penghasilan bulanan. Apakah kamu sudah menerapkannya? Atau masih bandel menumpuk utang hingga menghabiskan sebagian besar penghasilan bulananmu?

Pada kasus keuangan Echa dan keluarga, rasio utang mereka sudah di atas 50%. Hal ini tentu mengkhawatirkan, apalagi belum ada aset yang mereka miliki. Dengan kata lain, Echa dan keluarga sangat rentan bangkrut.

Agar kondisi keuangan semakin membaik, Echa perlu fokus menyelesaikan utang-utangnya dulu, khususnya utang kartu kredit. Bila utang kartu kredit beres, baru Echa lebih leluasa membuat strategi keuangan lainnya.

Untuk menyelesaikan utang kartu kredit, perencana keuangan Metta Anggriani memiliki dua saran yang bisa dilakukan Echa:
  1. Echa bisa menggunakan Debt Snowball Method, yaitu fokus melunasi utang yang jumlahnya paling kecil lebih dulu. Secara psikologis, ini akan membantu Echa merasa lebih berdaya dan mampu melunasi utang kartu kredit berikutnya. Cara ini bisa dilakukan apabila ada kelebihan cashflow untuk membayar kartu kredit #2 lebih dari minimum payment.
  2. Echa bisa melakukan restrukturisasi utang dengan membuat satu pinjaman baru yang bunganya lebih rendah. Utang baru ini fungsinya untuk membayar utang tiga kartu kredit Echa. Dengan satu utang ini, Echa bisa langsung menutup semua kartu kredit (atau menyisakan satu kartu untuk keadaan darurat) dan fokus membayar utang ke satu pihak saja, sehingga cashflow bulanan pun lebih mudah diatur.

Setelah utang kartu kredit, masih ada utang kepada orangtua senilai Rp80 juta. Setelah dihitung, utang ini sepertinya baru bisa mulai dicicil pembayarannya setelah utang kartu kredit dan cicilan mobil selesai. Perkiraannya, kedua jenis utang tersebut bisa selesai pada akhir tahun 2020.

Kemudian untuk melunasi utang nikah ini, Echa bisa menabung dengan jumlah yang sama seperti alokasi cicilan mobilnya, yaitu Rp2,8 juta. Biar mudah, Echa bisa menyimpan uang untuk membayar utang ini di Dream Saver. Dengan strategi seperti ini, utang kepada orangtua bisa terbayarkan dalam waktu 29 bulan.

Membayar Utang Sekaligus Mencapai Mimpi Keuangan Lain
Ada yang bilang, “Kalau lagi punya utang, jangan kebanyakan mau.” Ungkapan ini bisa dibilang benar, tapi sebenarnya gak mutlak. Kalau bisa dijalani dua-duanya, kenapa gak?

Selain melunasi utang, Echa dan suami memiliki impian untuk mulai menabung DP rumah. Targetnya adalah Rp100 juta tercapai pada tahun 2021. Echa dan suami juga sempat terpikir untuk traveling ke Singapura tahun ini.

Sayangnya, kondisi keuangan Echa dan keluarga gak cukup sehat untuk itu. Alternatif terbaik yang bisa dilakukan adalah, mulai menabung untuk DP rumah mulai akhir tahun 2020 saat cicilan mobil sudah selesai.

Dengan menabung DP rumah ini pun, berarti harus ada penyesuaian jumlah tabungan untuk membayar utang nikah. Misalnya, untuk membayar utang nikah, Echa bisa menyisihkan 10% dari penghasilannya saja. Sementara sisanya bisa ditabung untuk DP rumah.

Contoh perhitungannya, bila Echa memutuskan untuk membayar utang nikah sekitar 10% penghasilan (Rp800 ribu), maka masih ada budget menabung sejumlah Rp2 juta. Bila dimasukkan ke Dream Saver, dana DP rumah bisa tercapai dalam waktu 50 bulan. Namun dana melunasi utang nikah baru akan terkumpul setelah 100 bulan.

Namun, Echa harus memikirkannya lagi, apakah menabung untuk membayar utang nikah dan menabung untuk DP rumah bisa dipikul bersama sang suami? Karena alangkah baiknya bila utang tanpa bunga kepada orangtua gak ditunda terlalu lama.

Baca juga: Financial Checkup: Apakah Mungkin Membangun Indekos dan Merenovasi Rumah dalam Lima Tahun?

Tips Agar Terbebas dari Lilitan Utang
Buat teman Jenius yang memiliki dan juga menggunakan kartu kredit, jangan lupa beberapa hal di bawah ini ya, agar kamu gak terlilit utang:
  1. Ubah mindset soal kartu kredit-kartu kredit yang kamu miliki. Jadikan kartu kredit sebagai alat bayar, jangan jadi sarana untuk berutang apalagi hingga gila-gilaan.
  2. Jadikanlah kartu kredit yang kamu miliki sebagai buffer yang hanya boleh digunakan di saat darurat. Misalnya, untuk membayar tagihan rumah sakit bila asuransi kamu sifatnya reimburse.
  3. Kalau kamu tipe orang yang sulit menahan diri ketika berbelanja, hindarilah penggunaan kartu kredit. Selain itu, ada baiknya bila kamu mengubah pola konsumsi dan menabung agar hasrat untuk berbelanja masih tetap bisa tersalurkan. Kamu bisa membuat budgeting bulanan khusus berbelanja, misalnya 10-20% dari penghasilanmu. Kamu bisa menyisihkannya di x-Card khusus. Kemudian berjanjilah untuk gak berbelanja jika gak ada saldo dalam x-Card tersebut. Belajar menahan diri adalah kuncinya.
  4. Jangan salah memprioritaskan pengeluaran. Ingatlah bahwa kebutuhan primer jauh lebih penting daripada hal-hal yang bersifat tersier. Prioritaskanlah sesuatu yang bisa digunakan dalam jangka panjang, dan sesuatu yang esensial—gak cuma sesuatu yang hanya memberikan kebahagiaan sesaat.

Baca juga: Financial Checkup: Menjadi Pengatur Keuangan Keluarga

Persoalan utang sebenarnya gak cuma soal pengetahuan keuangan yang perlu ditingkatkan, tapi juga soal mindset dan behavior yang harus diubah agar bisa mengendalikan keinginan dan mengutamakan kebutuhan.

Buat para teman Jenius yang masih single, mindset ini penting agar sejak dini kamu sudah memiliki fondasi yang baik mengenai keuangan. Sementara buat suami-istri, hal ini penting untuk dipahami bersama agar dapat membangun rumah tangga yang bahagia dan sejahtera.

Kalau memang sudah terjadi, utangnya telanjur menumpuk, cobalah untuk tenang dan fokus menyelesaikannya. Dan sebisa mungkin, jangan menambah utang—apalagi yang konsumtif.

Pengin kondisi keuanganmu juga dicek kesehatannya oleh perencana keuangan Metta Anggriani? Follow lalu cek Instagram dan Twitter Jenius secara berkala ya untuk ikut pendaftarannya.

Belum punya Jenius untuk membantumu mengatur keuangan agar terbebas dari jeratan utang? Download dan aktivasi sekarang.
Disclaimer: Financial checkup dilakukan terbatas pada data keuangan yang diberikan oleh responden per Januari 2020. Rekomendasi yang diberikan dalam financial checkup dihitung berdasarkan data tersebut dan asumsi-asumsi yang menyertainya. Adapun pelaksanaan dari rekomendasi tersebut untuk mencapai tujuan keuangan pribadinya merupakan tanggung jawab responden.

Artikel lainnya