Financial Checkup: Menjadi Pengatur Keuangan Keluarga

writter Fifi Nurfitrianti

Apakah kamu sudah terbiasa mengatur keuangan pribadi maupun keluargamu? Apakah kamu suami atau istri yang masih bingung apakah kondisi keuanganmu sehat dan bagaimana cara untuk mengatur keuangan yang cocok dengan kondisi keuangan keluargamu?

Jangan khawatir, bersama dengan perencana keuangan Metta Anggriani dari Anggriani & Partners, Jenius akan membagikan cerita dan hasil financial checkup keluarga Cahya (bukan nama sebenarnya) yang baru menikah selama setahun dan mengaku belum yakin dengan pengaturan keuangan yang sudah dijalaninya. Coba cek sampai rekomendasinya, lalu aplikasikan dan sesuaikan dengan kondisi keuanganmu dan keluarga ya.

Cahya Si Pengatur Keuangan Keluarga

Cahya, 23 tahun, adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Bandung. Walaupun merasa kurang pengetahuan dan pengalaman mengenai financial planning, Cahya dipercaya suaminya untuk mengelola keuangan keluarga. Hingga saat ini, Cahya belum pernah bekerja tetap—hanya sesekali bekerja paruh waktu, sehingga penghasilan utama keluarga berasal dari gaji sang suami.

Menurut data yang Jenius terima, suami Cahya berpenghasilan Rp7,5 juta per bulan. Jumlah tersebut digunakan untuk membiayai operasional bulanan, seperti membayar biaya transportasi, makan, dan hiburan secukupnya, dengan nilai total sekitar Rp3,3 juta per bulan. Di sisi lain, Cahya menyatakan dapat menabung sebesar Rp3,1 juta setiap bulannya, dengan catatan tabungan tersebut sering terpaksa dijebol karena adanya biaya-biaya yang gak diperhitungkan, seperti biaya keluar kota, pinjaman saudara, kedatangan mertua yang tinggal beda kota, dan pengeluaran lainnya.

Sementara mengenai aset, Cahya menyatakan memiliki tabungan dan deposito sejumlah Rp16,5 juta, logam mulia senilai Rp15 juta, reksadana senilai Rp15 juta, serta motor senilai Rp10 juta yang digunakan untuk menunjang aktivitas harian.

Pertanyaannya, dengan data yang sudah dipaparkan di atas, apakah keuangan keluarga Cahya saat ini bisa dikatakan sehat?

Baca juga: Financial Checkup: Apakah Mungkin Membangun Indekos dan Merenovasi Rumah dalam Lima Tahun?

Kesehatan Finansial Keluarga Cahya

Ada beberapa komponen keuangan yang perlu diperhatikan untuk mengecek dan menjaga kesehatan finansial personal. Berikut hasil financial checkup atas kondisi keuangan keluarga Cahya.

  1. Rasio likuiditas—yang memperlihatkan kemampuan aset untuk dikonversikan secara cepat dan mudah menjadi kas/tunai. Rasio ini bisa dihitung dengan membagi jumlah aset likuid (tabungan dan deposito) dengan total pengeluaran bulanan. Semakin kecil rasio likuiditas seseorang, semakin mudah pula orang tersebut bangkrut. Untuk menjaga kondisi agar gak mudah bangkrut, setiap keluarga sebaiknya menjaga agar rasionya berada di antara 3-6 kali.
    Rasio likuiditas keluarga Cahya: 3,7 kali.

  2. Utang—segala kewajiban yang perlu dibayar dalam jangka waktu pendek hingga panjang. Pada proses financial checkup, daftar utang penting untuk diperhitungkan. Karena semakin kecil utang, semakin besar kemampuan seseorang untuk menyisihkan penghasilannya untuk ditabung dan diinvestasikan. Namun, utang gak berarti dilarang karena beberapa jenis utang bisa dimanfaatkan untuk membantu kamu mencapai tujuanmu, misalnya tujuan memiliki properti atau untuk pengembangan usaha.
    Rasio utang keluarga Cahya: 0.

  3. Rasio tabungan—persentase budget menabung dibagi jumlah penghasilan setiap bulannya. Porsi menabung yang ideal adalah minimal 10% dari penghasilan. Dengan budget menabung sejumlah Rp3,1 juta setiap bulan, rasio tabungan keluarga Cahya menjadi sangat tinggi—sayangnya hal ini membuat pengeluaran operasional menjadi berat karena harus berhemat.
    Rasio tabungan keluarga Cahya: 41,33%.

Dilihat dari rasio-rasionya, kondisi finansial keluarga Cahya cukup sehat. Untuk mempertahankan kondisi ini atau membuatnya lebih sehat lagi, Cahya perlu memastikan utang keluarga terkendali. Di sisi lain, ada baiknya bila Cahya bisa terus menambahkan tabungan dana darurat, misalnya Rp550 ribu per bulan selama empat tahun. Sehingga akan terkumpul 6x pengeluaran bulanan, yaitu Rp26,4 juta. Selain itu, keluarga Cahya juga sebaiknya melakukan review atas budgeting bulanan yang sudah ada untuk mengantisipasi pengeluaran gak terduga yang secara reguler muncul. Harapannya, Cahya gak perlu lagi menjebol tabungan dan tinggal menggunakan budget khusus untuk keluar kota atau acara keluarga lainnya.

Baca juga: Atur Alokasi Pengeluaran dengan x-Card Jenius

Budget Menabung untuk Arisan

Banyak orang rajin mengikuti arisan dengan nominal uang pengumpulan yang beragam. Mulai dari ratusan ribu, hingga puluhan juta rupiah. Belum lagi arisan yang diikuti gak cuma satu—ada arisan keluarga, arisan teman kantor, arisan tetangga/RT, arisan ibu-ibu pengajian, arisan pertemanan, dan masih banyak lagi.

Cahya mengaku mengikuti beberapa arisan dengan jumlah pengeluaran Rp1,5 juta per bulan atau sekitar 20% penghasilan bulanan suami, dan ini mengambil dari alokasi tabungan bulanan yang sudah disebutkan sebelumnya. Sayangnya, sebagian arisan yang sudah cair dititipkan ke orangtua dengan alasan “agar gak terpakai”.

Menurut perencana keuangan Metta Anggriani, banyak orang menyamakan arisan dengan tempat menabung, padahal arisan lebih besar unsur sosialisasinya. Sehingga sebaik-baiknya menabung adalah mengumpulkan uang dan menyimpannya di instrumen yang memang didesain khusus untuk menabung. Untuk itu, alangkah baiknya bila Cahya membuat update perencanaan keuangan dan alokasi tabungan agar lebih efektif untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan keluarganya.

Baca juga: Amplop Ini Bisa Mengubah Kehidupan Keuanganmu

Cahya dan Tujuan-Tujuan Keuangan Keluarganya

Berikut ini adalah lima tujuan keuangan keluarga Cahya yang disusun berdasarkan jangka waktunya.


  1. Dana liburan: Rp28 juta
    Cahya dan suami yang baru menikah mengaku belum sempat pergi bulan madu. Mereka sepakat ingin pergi berlibur ke Korea Selatan sekitar sepuluh harian dengan perkiraan budget Rp14 juta per orang, sehingga keluarga Cahya perlu menyiapkan minimal Rp28 juta untuk keperluan dasar keberangkatan. Targetnya, dana liburan ini terkumpul dalam waktu setahun.
  2. Dana persiapan melahirkan: Rp50 juta
    Walaupun gak melakukan program hamil khusus, Cahya dan suami memiliki target untuk menyiapkan dana persiapan melahirkan sejak jauh-jauh hari. Dengan sejumlah pertimbangan, Cahya dan suami menargetkan angka Rp50 juta terkumpul dalam dua tahun.
  3. Dana pendidikan anak: Rp80 juta
    Setelah melahirkan, biaya yang juga perlu disiapkan pasangan orangtua adalah dana pendidikan. Keluarga Cahya sudah mencoba menghitung dan membuat perkiraan biaya pendidikan yang dibutuhkan, lalu muncul angka Rp80 juta untuk disiapkan dalam lima tahun.
  4. Dana beli rumah: Rp650 juta
    Sejak awal pernikahan, Cahya dan suami bisa menghemat pengeluaran sewa tempat tinggal karena biaya tersebut di-support oleh kantor tempat suami Cahya bekerja. Meskipun begitu, keluarga mereka punya target jangka panjang untuk memiliki rumah sendiri. Saat ini keluarga Cahya memiliki target dana untuk membeli rumah sebesar Rp650 juta. Cahya dan suami memiliki impian mengumpulkan dana ini dalam waktu lima tahun, agar properti pertama mereka bisa dibeli secara tunai—sesuai dengan keyakinan mereka.
  5. Dana haji: Rp100 juta
    Sebagai muslim, Cahya dan suami berniat pergi beribadah haji. Gak sekarang, tapi suatu saat nanti—mungkin sekitar 20 tahun lagi. Untuk itu, keluarga Cahya mendapat ide untuk mulai menabung sedini mungkin agar beban menabungnya tidak berat. Apalagi dana yang dibutuhkan cukup besar, yaitu sekitar Rp50 juta per orang.


Memiliki dan menuliskan tujuan keuangan adalah langkah pertama dari proses mempersiapkan diri mencapai cita-cita keuangan. Lalu ada langkah kedua berupa riset, diskusi, dan pembuatan detail berapa biaya yang dibutuhkan masing-masing tujuan keuangan, dan ada waktu berapa lama untuk mengumpulkan dana tersebut. Setelah itu, barulah seseorang atau pasangan dapat menentukan langkah implementasi atau strategi menabung seperti apa yang bisa dilakukan oleh mereka yang memiliki tujuan keuangan mereka masing-masing.

Cahya dan suami memiliki awal yang bagus dengan upaya mengusahakan apa pun yang bisa mereka lakukan untuk mencapai impian atau target dalam kehidupan. Namun, menurut Metta Anggriani, lima tujuan keuangan yang disebutkan di atas terlalu banyak untuk keluarga Cahya hadapi saat ini. Untuk itu, perlu dilakukan penyesuaian berupa penentuan skala prioritas serta adjustment waktu pencapaian tujuan yang belum mendesak.

Rekomendasi Strategi Menabung untuk Cahya dan Keluarga

Dengan memperhitungan urgensi dan momennya, Cahya bisa menunda pengumpulan dana pendidikan anak agar bisa fokus menabung dana melahirkan terlebih dahulu. Agar tercapai sesuai target, Cahya bisa membuat Dream Saver di Jenius dengan tabungan otomatis bulanan sebesar Rp2 juta selama dua tahun. Jika tabungan Rp2 juta ini terasa berat karena mencapai 27% penghasilan, Cahya mungkin bisa memikirkan alternatif pembiayaan lain, misalnya apakah ada fasilitas kesehatan mencakup melahirkan dari kantor suami. Sehingga Cahya bisa menyesuaikan target tabungannya hingga 50%, yaitu Rp1 juta per bulan.

Selain dana melahirkan, Cahya dan suami pengin mempunyai rumah sendiri agar gak bolak-balik pindah kontrakan. Namun, dengan tingkat penghasilan saat ini, akan sulit untuk keluarga Cahya membeli rumah senilai Rp650 juta secara tunai dalam lima tahun. Hal ini selaras dengan hasil survei Bank Indonesia pada triwulan III 2019 mengindikasikan bahwa 76% konsumen membeli rumah menggunakan KPR, karena tingkat penghasilan dan harga rumah yang gak sebanding. Bila Cahya dan keluarga berniat mempertimbangkan KPR syariah, Cahya bisa mulai mempersiapkan dana DP rumah terlebih dahulu. Jika menggunakan Dream Saver, Cahya bisa menabung Rp1,1 juta selama lima tahun agar DP sebesar 10% dari total nilai rumah yang diimpikan bisa terkumpul. Cahya juga punya opsi mencari instrumen investasi lain yang lebih agresif, agar uang yang disisihkan bisa berkurang hingga Rp400 ribu.

Dalam jangka panjang, masih ada tujuan keuangan berupa dana haji. Mengingat adanya aset tabungan LM senilai Rp15 juta, Cahya bisa tinggal menabung sisanya sejumlah Rp35 juta dengan Dream Saver. Agar dana haji bisa tersedia untuk pendaftaran, Cahya bisa menabung Rp585 ribu per bulan selama lima tahun.

Terakhir, Cahya memiliki tujuan keuangan jangka pendek berupa dana liburan/bulan madu. Sebelum memfokuskan diri menabung, berinvestasi, dan nantinya menjalani program hamil, gak ada salahnya bila keluarga Cahya pergi liburan ke luar negeri dalam waktu dekat dengan tabungan yang sudah ada. Meskipun bukan Korea, ada banyak destinasi luar negeri lain yang bisa dipilih dengan kemampuan finansial saat ini, misalnya Singapura, Malaysia, Vietnam, ataupun Thailand.

Baca juga: Financial Checkup: Single Tapi Gak Bisa Nabung

Bila seluruh angka pada daftar rekomendasi dijumlahkan, Cahya perlu menyisihkan Rp2.835.000 per bulan untuk menabung. Namun mengingat budgeting yang masih sering bocor, maka Cahya dan suami perlu menyesuaikan lagi prioritas menabung agar lebih realistis dan gak membebani pikiran. Dalam jangka panjang, bila ada kenaikan penghasilan keluarga, perencanaan tabungan ini bisa disesuaikan lagi agar lebih cepat tercapai dan terealisasi.

Menyambut tahun baru, kamu pengin kesehatan finansialmu juga dicek oleh financial planner? Tunggu pengumumannya di Instagram dan Twitter Jenius untuk mengetahui cara ikutannya ya.

Belum punya Jenius untuk membantumu mengatur keuangan keluarga? Download dan aktivasi sekarang.


Disclaimer: Financial checkup dilakukan terbatas pada data keuangan yang diberikan oleh responden per Oktober 2019. Rekomendasi yang diberikan dalam financial checkup dihitung berdasarkan data tersebut dan asumsi-asumsi yang menyertainya. Adapun pelaksanaan dari rekomendasi tersebut untuk mencapai tujuan keuangan pribadinya merupakan tanggung jawab responden.


Artikel lainnya