Belajar Hidup Efisien dari Furoshiki Jepang

writter Fifi Nurfitrianti

Siapa yang tau furoshiki dari Jepang? šŸ‘˜

Kalau sering nonton anime, pasti kamu familier sama bekal yang dibungkus pakai kain segi empat dan biasanya bercorak. Kain tersebut disebut furoshiki—kain tradisional berbentuk persegi dari Jepang yang dipakai untuk membungkus atau membawa barang.

Furoshiki memang buat barang bawaan jadi lebih praktis. Tapi, ternyata furoshiki gak hanya sekadar kain biasa lho. Di baliknya, ada filosofi yang mengenai efisiensi dan keberlanjutan—karena satu kain bisa dipakai berkali-kali untuk berbagai keperluan.

Menariknya, filosofi ini ternyata juga bisa dipakai untuk mengelola keuanganmu! Sini, Jenius kasih tau~ šŸ™Œ

Hidup Efisien dari Furoshiki

Awalnya, furoshiki hadir sejak abad ke-8 dan dipakai oleh para bangsawan Jepang untuk melindungi dan membungkus barang berharga, terutama pakaian mewah.

Namun, kini furoshiki digunakan masyarakat Jepang untuk membungkus berbagai hal, mulai dari pakaian, makanan atau bekal, hingga hadiah. Cara ini menjadi opsi yang lebih praktis, efisien, serta ramah lingkungan.

Furoshiki juga punya kaitan yang erat dengan prinsip mottainai, budaya anti-sampah di Jepang yang menekankan reduce, reuse, dan recycle. Ditambah, Kementerian Lingkungan Jepang juga mempromosikan penggunaan furoshiki untuk mengurangi penggunaan plastik dan sampah rumah tangga.

Dari nilai-nilai yang dibawa furoshiki, kita bisa belajar untuk hidup lebih efisien dan hemat—yang bisa dipraktikkan juga dalam mengelola keuangan.

Apa aja sih rahasia kelola keuangan pakai prinsip furoshiki? šŸ‘‡šŸ»

1. Utamakan Kualitas Daripada Kuantitas

Tiap membeli suatu barang, kamu bisa utamakan kualitas daripada kuantitas. Karena barang berkualitas tinggi biasanya menggunakan bahan yang bagus, jadi umurnya bisa lebih panjang.

Walaupun cenderung lebih mahal, barang berkualitas membuat kamu jadi lebih hemat karena cukup beli satu kali dengan masa pemakaian yang panjang. Untuk menerapkan hal ini, kamu bisa mulai dengan cek terlebih dahulu kualitas barang yang ingin dibeli, seperti:

  • baca reviu dari pengguna lain saat belanja online untuk lihat kualitas barang,

  • kalau belanja offline, cek dengan teliti dan tanya detail kepada penjaga toko mengenai barang tersebut (kalau ragu, gak masalah untuk keliling buat bandingin harga dan kualitas dari merk yang berbeda), serta

  • manfaatkan program free trial sebelum memakai produk/jasa, misalnya langganan streaming service, layanan berbayar dari aplikasi, atau membership gym/kelas olahraga.

Dengan melakukan ini, kamu mementingkan kualitas dan memastikan layanan yang diberikan sesuai harga yang akan dibayarkan.

2. Kurangi Konsumsi Sekali Pakai

Furoshiki mengajarkan untuk lebih ramah lingkungan karena hanya butuh satu kain untuk bisa dipakai berulang kali.

Begitu juga saat mengelola uang, kamu bisa mengurangi konsumsi sekali pakai untuk barang-barang yang dibeli biar lebih hemat. Ini contoh hal yang bisa kamu lakukan:

  • bawa tumbler dan minum sendiri daripada beli air minum kemasan,

  • ketika beli makanan di luar, bawa tempat makan sendiri—apalagi biasanya beberapa resto membebankan biaya bungkus (take away),

  • memilih produk refill biar lebih hemat untuk jangka panjang, misalnya sabun, sampo, atau deterjen, serta

  • kurangi langganan streaming service yang jarang dipakai.

Hmm… ada yang sudah kamu praktikkan sejauh ini? šŸ’­

3. Lebih Mindful dalam Pengeluaran

Mempraktikkan furoshiki secara gak langsung bisa membentuk mindfulness, karena selembar kain bisa dipikirkan dengan matang fungsinya untuk berbagai tujuan.

Filosofi ini sejalan dengan mindful spending—ketika segala pengeluaran perlu dipikirkan secara matang. Konsumsi yang berlebih belum tentu membawa kebahagiaan lho, Teman Jenius. Dengan mindful, kamu bisa jadi lebih cerdas dalam memanfaatkan apa yang sudah ada.

Jadi, kamu bisa bertanya dulu kepada diri sendiri sebelum memutuskan membeli sesuatu,

ā€œApakah aku benar-benar butuh dan perlu untuk beli baru? Atau, justru ada cara atau alternatif lain yang bisa dilakukan?ā€

Dengan berpikir mindful spending, kamu bisa mengalihkan mindset ā€œbeli baruā€ untuk jadi lebih kreatif dalam mengelola uang. Berikut contohnya.

  • Menyewa barang daripada beli baru (seperti kamera atau baju pesta).

  • Menggunakan transportasi umum dibanding beli kendaraan pribadi atau jalan kaki untuk jarak dekat daripada memakai ride-hailing.

  • Berbelanja baju preloved karena selain lebih hemat, tapi juga ramah lingkungan.

  • Melakukan barter atau tukar barang dengan teman atau komunitas serupa.

Itu dia hal yang bisa kamu praktikkan dalam hidup dengan prinsip furoshiki. Dengan hidup pakai prinsip ini, kamu bisa lebih efisien dan mindful dalam mengelola keuangan.

Jadi, mau praktikkan yang mana dulu nih?

Artikel lainnya