5 Strategi Bisnis Ria Sarwono dan CottonInk Menghadapi Pandemi

writter Fifi Nurfitrianti

Saat pandemi terjadi, gak cuma karyawan yang deg-degan dengan kemungkinan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang bisa terjadi suatu waktu. Para pengusaha pun gak kalah deg-degan memastikan karyawan bisa tetap menerima gaji, sekaligus terus menjalankan bisnis agar semua yang terlibat masih akan punya pekerjaan pada masa-masa sulit ini.

Ria Sarwono, founder dan brand marketing director CottonInk, berbagi cerita di Online Class: Managing Cashflow for SME/s During Pandemic mengenai critical 5–lima hal yang dilakukan CottonInk saat pandemi mulai terjadi awal tahun 2020.

1. Cek Arus Kas (Focus on Cashflow)

Ngomongin finansial, satu istilah yang selalu relevan untuk keuangan personal maupun bisnis adalah cash is king.

Untuk itu, hal pertama dan yang harus selalu kamu buka adalah data keuangan—cashflow bisnis. Seperti yang sudah-sudah, angka gak pernah bohong, malah akan sangat jujur daripada siapa pun dalam sebuah bisnis.

Dari cashflow ini, kamu bisa memperhitungkan apakah bisnis kamu bisa bertahan dengan omzet yang sedang turun-turunnya? Mengecek cashflow dan mengetahui jumlah uang tunai yang dimiliki sangat penting untuk menyesuaikan business plan yang sudah ada dan memetakan strategi ke depannya.

2. Kurangi Pengeluaran (Cut costs)

Ketika omzet turun, sangatlah wajar bila pebisnis mencari komponen biaya yang bisa dikurangi atau bahkan ditiadakan. Biasanya komponen yang bisa dikurangi terlebih dahulu adalah biaya-biaya yang bersifat variabel (variable cost).

Untuk itu, setelah mengecek cashflow, cek tabel biaya atau pengeluaran. Carilah biaya-biaya yang termasuk kategori penting-gak-penting alias biaya-biaya yang jika dikurangi atau ditiadakan sementara, bisnismu masih bisa berjalan. Contohnya adalah biaya marketing serta pengadaan inventaris dan bahan baku.

Selain biaya-biaya normal alias biaya yang biasa dikeluarkan setiap bulan, cek juga business plan yang sudah dibuat sejak tahun lalu. Dari cerita Ria, CottonInk tadinya akan membuka toko fisik baru selama tahun 2020 ini. Namun karena adanya pandemi, rencana ekspansi tersebut akhirnya ditunda dulu.

Pertimbangannya, membuka toko baru pasti membutuhkan modal dan biaya besar. Sementara yang lebih penting untuk dilakukan saat ini adalah bertahan. Dan ya, menjadi realistis itu penting banget!

Baca juga: Waspadai Penyalahgunaan Rekening Jenius oleh Pihak Tidak Bertanggung Jawab

3. Negosiasi (Negotiation)

Gak semua biaya dalam bisnis bisa begitu saja dieliminasi. Untuk itu, alternatif untuk mengurus persoalan ini adalah negosiasi.

Untuk biaya-biaya lain yang ada kontrak khusus misalnya, kamu bisa coba melalukan negosiasi dengan rekan bisnis tersebut. Misalnya negosiasi untuk mengambil rental leave atau negosiasi penundaan pembayaran tagihan yang akan segera jatuh tempo.

4. Sikap Kepemimpinan (Leadership)

Menurut Ria, saat terjadi bencana atau pandemi seperti ini, leadership atau kepemimpinan semua pemilik bisnis dan pemimpin di perusahaan akan diuji karena perlu mengambil keputusan-keputusan sulit dan gak populer.

Ngomongin strategi mengurangi pengeluaran, misalnya. Gak ada manual yang bisa mengurangi keresahan para pebisnis ketika harus merumahkan karyawannya. Satu-satunya hal yang bisa tetap dilakukan adalah mengomunikasikan dengan cermat langkah-langkah yang diambil ke semua yang berkepentingan.

Baca juga: Bangun Potensi Bisnismu dengan Inovasi Akun Bisnis dan Bisniskit

5. Dukung Bisnis Lokal (Support Local)

Gak bisa dimungkiri, bisnis adalah roda penggerak ekonomi. Dan keberadaan bisnis-bisnis lokal sangat esensial untuk mempertahankan ekonomi nasional.

Tanpa adanya omzet dan keuntungan, bisnis gak akan mampu bertahan untuk menyalurkan berkat kepada seluruh kontributornya—para karyawan dan bisnis-bisnis lain yang mendukung kelangsungannya. Dan tanpa pekerjaan dan gaji, seseorang gak bisa belanja untuk memenuhi kebutuhannya yang paling esensial sekalipun.

Berawal dari kesadaran akan realitas ini, CottonInk dan brand-brand lokal lain berinisiatif menggalang support atau dukungan dari pelanggannya dan masyarakat umum, khususnya para digital savvy.

Melalui festival belanja online yang diberi nama Hari Belanja Brand Lokal, brand lokal diharapkan dapat bertahan di tengah anjloknya permintaan dan penjualan saat masyarakat Indonesia melakukan physical distancing.

Ria berkata, “One purchase makes a difference.” Ya, dukungan berupa satu pembelian sangat berharga. Apa pun produk yang teman Jenius beli dan berapa pun nominal transaksinya, teman Jenius sudah sangat membantu keberlangsungan hidup banyak orang yang terlibat dalam brand lokal dan UMKM.

View this post on Instagram

#jeniusdirumah dengan belanja online di 1.000 brand lokal berkualitas Indonesia! Program promosi online brand lokal Indonesia yang diadakan selama 3 hari pada 25-27 April 2020 ini merupakan inisiatif dari anak bangsa untuk bersama-sama menyatukan 1.000 brand lokal agar tetap berkarya dan membantu penjualan UMKM yang sedang memerangi krisis selama pandemi COVID-19. Sekarang adalah saat yang tepat untuk mendukung brand lokal kesayangan kamu dengan ikut membeli produk berkualitas mereka! Caranya mudah, cukup kunjungi e-Commerce/website/media sosial brand lokal favoritmu atau kunjungi www.brandlokal.online untuk lihat informasi lebih lengkap. #LocalBrandsUnite #HariBelanjaBrandLokal #HBBL2020

A post shared by Jenius Connect (@jeniusconnect) on


Baca juga: Jenius X BAZNAS: Donasi untuk Bantu Meminimalisir Penyebaran COVID-19

Lima hal di atas adalah cara-cara yang sudah dilakukan oleh CottonInk. Kamu para pengusaha tentu bisa memodifikasi trik dan menyesuaikan strategi agar lebih sesuai dengan industri dan produk yang bisnis kamu lakukan.

Yang penting, jangan lupakan hal paling mendasar, yaitu pastikan cashflow bisnismu aman. Pastikan kamu punya cukup uang tunai untuk membayar kewajiban-kewajiban paling gak selama 3 bulan ke depan.

Setelah itu, dengan pikiran yang lebih jernih dan perasaan yang lebih enteng, mudah-mudahan kamu dan rekan bisnis bisa dengan tenang memikirkan strategi baru untuk mengadaptasi bisnismu agar terus bertahan dan tetap relevan di tengah pandemi.

Gak ada yang pernah tahu kapan pandemi ini 100% beres. Apalagi ada kemungkinan tingkah laku dan preferensi konsumen akan bergeser setelah melakukan swakarantina selama berminggu-minggu.

Jadi, yuk kita beradaptasi bersama-sama!


Artikel lainnya