Dari “Imlek Financial” Jadi Melek Finansial

writter Dwika Putra

Imlek adalah salah satu hari yang paling saya tunggu-tunggu sejak dua dekade lalu. Kue-kue yang berlimpah, makanan-makanan mewah yang hanya saya temui setahun sekali, gemuruh musik pengiring tarian barongsai, dan tentu saja… ANGPAU!

Angpau atau angpao atau hong bao secara harfiah berarti amplop merah, tapi tentu saja yang saya harapkan adalah isinya: lembaran-lembaran uang yang bisa saya peroleh hanya dengan gestur tangan dan kata-kata “gong xi fa cai” kepada anggota keluarga yang lebih tua dan sudah berumah tangga.

Baca juga: Kirim Angpau Virtual dengan Moneymoji Edisi Imlek

Sebagai anak yang belum melek finansial, kepala saya langsung dipenuhi berbagai jenis mainan, makanan, dan barang-barang koleksi lain yang ingin segera saya beli. Saya dan sepupu-sepupu seumuran juga membandingkan hasil satu sama lain, dan berusaha mencari tau siapa yang belum memberikan angpau kepada kami. Yang pasti, Imlek sangatlah kami tunggu.

Wishlist Imlek

Mengingat tentang Imlek dan uang, bagi saya tidak selalu berisi kenangan-kenangan berbelanja saja, akan tetapi juga berbagai pengingat yang disampaikan ibu saya. Dari umur sekecil itu, beliau sudah memberikan berbagai tips supaya saya lebih bijak dengan “uang mudah” yang saya dapatkan.

Salah satu hal yang menarik, adalah bagaimana tips-tips yang diajari ibu saya pada masa kecil dapat tetap saya aplikasikan hingga saat ini.

  1. Selalu hitung semua uang yang kamu dapatkan. Saya diajarkan dari awal untuk selalu mengetahui dengan jelas berapa uang yang saya peroleh dan saya miliki. Dengan cara itu, saya selalu mengetahui dengan jelas, berapa uang yang dapat saya gunakan dan habiskan.
  2. Habiskan uang untuk hal yang penting dulu. Saya dibiasakan untuk menentukan, dari sekian banyak hal yang saya ingin beli, yang mana yang paling penting untuk dibeli terlebih dahulu. Saat saya memilih membeli satu barang, bukan tidak mungkin barang lainnya tidak bisa saya beli sampai beberapa hari atau minggu ke depan.
  3. Simpan uang kamu di tempat yang aman. Sebuah kisah nyata, saya pernah kehilangan salah satu angpau saya karena saya meletakkannya di selipan buku telepon, yang akhirnya terbuang oleh ibu saya.
  4. Pisahkan uang berdasarkan kebutuhannya. Hal unik lain yang sering saya lakukan ketika Imlek adalah memilih amplop-amplop yang paling besar dan bagus, untuk menjadi “kantong khusus”. Satu amplop berisi uang besar (pecahan lima puluh ribu) untuk ditabung, satu amplop berisi uang sedang (pecahan sepuluh dan dua puluh ribu) untuk beli mainan dan komik, serta satu amplop berisi uang kecil (pecahan seribu dan lima ribu) untuk membeli makanan dan camilan. Entah kenapa, kebiasaan itu berlanjut selama beberapa belas tahun.
    Angpau Imlek
  5. Menabung di bank masih menjadi salah satu cara paling aman untuk menyimpan uang. Karena memang sistem perbankan adalah salah satu sistem paling stabil dan minim risiko untuk menyimpan uang. Makanya, sekalipun saat ini saya memiliki beberapa instrumen investasi, menyimpan uang di bank tetap ada dalam pilihan saya.

Cerita masa kecil saya mungkin hanya tinggal kenangan, karena sekarang Imlek sudah jelas berbeda maknanya bagi saya yang berusia lebih dari tiga puluh tahun. Akan tetapi, pelajaran-pelajaran yang saya tulis di atas, masih saya praktikkan hingga sekarang. Beberapa fitur di Jenius juga membantu saya untuk bisa menerapkan pelajaran-pelajaran tersebut.

Baca juga: Pondasi Keuangan dari Ruang-Ruang Masa Kecil

Di antaranya adalah layanan akun bisnis yang membuat saya bisa memisahkan jalur masuk dan penyimpanan uang untuk milik pribadi dan milik bisnis, sehingga tidak tercampur. Kemudahan saya untuk melihat keduanya dalam satu aplikasi, adalah sesuatu yang sangat mempermudah saya dalam keseharian.

Selain itu, juga ada Dream Saver yang mengingatkan saya untuk menabung demi mencapai tujuan tertentu. Sebagaimana semua lembaran lima puluh ribuan saya dari angpau di masa kecil berakhir di meja teller bank pada masa itu, yang akhirnya membuat saya berhasil membeli konsol video game yang sangat saya inginkan.

Dan terakhir tentu saja fitur Moneytory yang mempermudah saya mengatur cash flow pribadi. Sangat sulit bagi saya untuk memastikan “keamanan” cash flow saya, bahkan jika tidak ada catatan tertulis yang jelas. Moneytory membantu saya mengetahui pos-pos pengeluaran yang saya miliki, dan bisa membantu perencanaan saya di waktu berikutnya.

Fitur-fitur ini, ditambah pelajaran dan pengalaman yang saya peroleh di waktu kecil, membantu saya untuk benar-benar mengetahui dan menjalankan perencanaan keuangan dengan sebaik-baiknya. Sesuatu yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya.

Baca juga: Mengatur Uang: Refleksi Diri dan Perjalanan Pribadi

Ada begitu banyak pelajaran yang bisa dipetik dari hari raya Imlek, menurut saya, dan ternyata, salah satunya adalah cara mengatur keadaan finansial kita. Selamat Imlek bagi yang merayakan, semoga kita semua selalu diberi kelimpahan.


Artikel ini ditulis oleh Dwika Putra, teman Jenius yang merupakan seorang content creator, serta praktisi dan konsultan komunikasi. Cek artikel dari guest writer-guest writer lain pada laman Jenius Blog.
Ilustrasi pada artikel ini merupakan karya Michelle Sherrina (Sherchle), teman Jenius yang merupakan ilustrator dan creative director dari Jakarta.


Artikel lainnya