Beberapa bulan lalu, Dian Sastrowardoyo mengunjungi Sumba Timur untuk shooting film pendek, “Lukamba Nduma Luri – Benang yang Memberi Ruh, Kain yang Memberi Hidup” bersama Pritagita Arianegara. Itu bukanlah kali pertama Dian pergi ke Sumba. Di tahun 2015, ia mengunjungi Sumba Barat bersama sang suami untuk anniversary pernikahan mereka. Apa yang dilihatnya saat itu gak akan pernah ia lupakan.
Sumba memang menyajikan keindahan alam yang menakjubkan; bukit dan lembah melandai yang hijau ketika musim penghujan, berubah menjadi sabana yang terbentang luas saat musim kemarau. Ketenangannya menarik kita kembali ke alam dan sejenak melupakan hiruk pikuk ibukota.
Keindahan alam dan budaya Sumba gak akan pernah tergantikan dan akan selalu menginspirasi siapa pun yang berkunjung ke sana. Itu juga yang Dian rasakan saat berinteraksi dengan orang-orang Sumba. Mereka tulus dan gak pernah berpura-pura, dua hal yang bagi Dian sudah jarang ia temui di Jakarta. Pertemanan seperti ini sangat ingin ia jaga dengan baik, pertemanan yang sangat menginspirasinya dan bukan sebaliknya. Orang-orang Sumba yang ia temui mengajarkan bagaimana ia seharusnya memperlakukan orang lain sebagai sesama manusia. Apa yang kita tunjukkan kepada orang lain haruslah apa adanya, tulus, dan gak dibuat-buat, pada akhirnya hanya ingin membuat orang lain bahagia.
Semua itu mereka lakukan walaupun kehidupan mereka dari segi ekonomi jauh lebih sederhana daripada kita yang berada di Jakarta. Memang benar kata orang, bahagia itu sederhana. Ini yang jelas ditunjukkan orang-orang Sumba, terpancar melalui tawa dan keramahan yang selalu terlihat di wajah mereka.
Keindahan kehidupan mereka juga terlihat dari kehidupan sehari-hari. Walaupun menganut kepercayaan atau berasal dari suku yang berbeda-beda, mereka bisa saling menjaga satu sama lain. Mereka gak punya waktu untuk mengurusi perbedaan, karena mereka sadar gak ada keuntungan apa-apa yang akan mereka dapatkan dari sana. Hal positif yang mereka tunjukkan meninggalkan kesan mendalam bagi Dian Sastrowardoyo.
Perjalanan yang Dian rasakan saat ia menuju dan kembali dari Sumba, di balik pemandangan yang sama yang ia lihat di luar jendela pesawat; garis pantai, ombak dan lautan biru, selalu membawa perasaan yang berbeda. Apa yang ia rasakan setelah berinteraksi dengan orang-orang di Sumba membuat ia merasa memiliki keluarga. Orang-orang yang begitu ramah yang akan selalu siap menyambutnya dengan penuh senyuman dan binar yang tulus di tiap tatapannya, kapan pun ia kembali.
Dari Sumba, Dian belajar akan satu hal; ia ingin ketika orang lain menemui dirinya, ia bisa memberikan kesan yang sangat positif dan mendamaikan hati, sama seperti yang orang-orang Sumba berikan kepadanya.
Walaupun begitu, ada cerita yang mungkin belum kamu tau. Dian melalui Yayasan Dian Sastrowordoyo bersama dengan Waterhouse Project dan Jenius ingin mengajak kamu untuk mengikuti langkahny, menemukan cerita lainnya, dan mendekatkan yang bermakna. Menurutmu, apa yang ingin Dian ceritakan?