Berwisata Kuliner di London Selayaknya Warga Lokal

writter Fitria Sungkar

Menjajahi ragam kuliner aku jadikan salah satu alat untuk berasilimilasi di London. Tingginya angka populasi dan keragaman etnis serta budaya, merupakan elemen penting yang mempermudah masa transisiku yang bermigrasi dari Jakarta ke London pada 2020 silam.

Setelah aktivitas pelesiran warga dunia terhenti selama dua tahun, London kembali menjadi salah satu tujuan wisata jutaan orang—tak tertinggal juga warga Indonesia. Namun, sering kali para wisatawan Indonesia terjebak dengan restoran dan atau kafe “viral” yang seakan menjadi tempat yang wajib dikunjungi.

Oleh karenanya, aku menghimpun sejumlah restoran, toko kopi, dan pasar makanan yang menjadi favorit warga lokal, tapi tetap cukup bergengsi untuk dikunjungi wisatawan. Berikut rekomendasi aku untuk berwisata di London selayaknya warga lokal.

Old Ship di Hammersmith, London Barat

Warga Inggris gemar nongkrong dan makan di pub. Pub Old Ship ini menjadi tempat pilihanku untuk menyantap sajian Sunday roast. Satu porsi Sunday roast berisikan pilihan daging ayam atau daging sapi panggang, sayuran rebus seperti kol, wortel serta parsnips, lalu kentang panggang, Yorkshire puding, dan disiram dengan saus gravy.

Sesuai dengan namanya, secara tradisi hidangan ini dinikmati pada hari Minggu. Mereka juga menawarkan menu khas pub lainnya, seperti fish and chips dan pies. Lokasinya juga unik karena berada di pinggiran Sungai Thames.

Dishoom di King’s Cross

Taukah kamu menu makanan India yang masuk dalam daftar makanan nasional Inggris Raya? Jawabannya adalah chicken tikka masala. Untuk kamu yang belum pernah mencicipi masakan khas India, Dishoom cabang King’s Cross merupakan pilihan tepat.

Selain chiken tikka, black daal, dan spicy lamb chop merupakan dua menu favorit saya. Jika kamu datang ke cabang King’s Cross, kamu juga bisa sekalian berwisata ke King’s Cross station yang merupakan tempat syuting film Harry Potter.

Beigel Bake di Brick Lane, London Timur

Toko roti legendaris ini sudah beroperasi sejak 1974. Setiap harinya, ribuan orang dari penjuru dunia berkunjung untuk membeli menu andalannya, yaitu beigel, yang ditawarkan dengan berbagai pilihan isian.

Mulai dari daging brisket sapi hingga salmon asap. Tak hanya itu, mereka juga menawarkan berbagai pastry yang tak kalah nikmat. Toko ini beroperasi selama 24 jam, jadi kamu tidak perlu takut kehabisan!

@jeniusconnect Yakin deh, pasti belom semuanya tau sama tempat yang satu ini! Enaaak🥳 #fyp #jenius #hiddengems #rekomendasiresto ♬ 1001 Arabian Nights – Chipz

The Muffin Man Tea Shop di Kensington, London Barat

Tradisi minum teh di sore hari alias afternoon tea juga salah satu kebiasaan warga Inggris yang cukup digemari wisatawan. Hanya dengan harga £6.50 per orang, di The Muffin Man Tea Shop kamu sudah mendapatkan satu pot teh, dua scone beserta selai dan clotted cream sebagai pelengkap.

Bangunan toko yang terbilang sederhana, tidak membuat kue dan pilihan sandwich mereka kalah dengan tempat minum teh yang lebih mentereng di London. Menurutku, scone di The Muffin Man Tea Shop merupakan salah satu yang terenak yang pernah aku coba. Such a hidden gem!

Old Spitalfields Market di East End, London Timur

Pasar ini terkenal akan sejarah keragaman para pedagangnya yang sudah berdiri sejak 1197. Berlokasi di London Timur dan dekat dengan daerah yang kaya akan sub-kultur, Brick Lane, Old Spitalfields Market menawarkan banyak pilihan, mulai dari makanan, aksesoris, karya seni, musik, hingga pakaian.

Makanan favoritku di tempat ini adalah gozleme—semacam martabak isi khas Turki, chocolate bubble waffle, dan kari hand-pulled noodle. Pasar ini adalah salah satu tempat yang wajib kamu kunjungi jika sedang menjajahi daerah London Timur.

Pino’s Warung di Camden Market, Camden Town, London Utara

Kalau sudah rindu dengan makanan Indonesia, ada warung di London yang kamu bisa datangi. Berlokasi di salah satu pasar makanan legendaris, Camden Market, Pino’s Warung menawarkan beragam makanan Indonesia, di antaranya nasi padang, ayam geprek, dan pempek palembang. Warung ini menjadi tempat nongkrong warga Indonesia, karena semua hidangan yang disajikan memiliki rasa dan presentasi yang autentik.

Portobello Road Market di Notting Hill, London Barat

Portobello Road Market merupakan salah satu pasar paling terkenal dan ikonik di kota London. Dalam sejarahnya, daerah ini merupakan pemukiman para imigran dari Caribbean yang saat ini masih tersisa jejaknya. Vendor barang antik, sayuran, pakaian, hingga makanan memenuhi sepanjang jalan ini setiap Jumat dan Sabtu.

Jika kamu juga penggemar film Notting Hill, tentunya kamu wajib mengunjungi pasar ini! Tiga makanan favoritku dari market ini adalah Caribbean jerk chicken, French duck confit sandwich, dan seafood paella.

Algerian Coffee Stores di Soho, London Pusat

Merupakan salah satu toko kopi tertua, Algerian Coffee Shop telah melewati Perang Dunia Pertama, Perang Dunia Kedua, serta Perang Dingin. Selain bisa membeli espresso hanya dengan harga £3, kamu juga bisa membawa pulang cokelat, biscuit, teh, dan biji kopi. Mereka juga menjual sejumlah varian bijii kopi dari Indonesia lho!

Hjem di Kensington, London Barat

Toko kopi ini cocok untuk kamu yang juga ingin mengunjungi Kensington Palace. Hjem berarti rumah dalam bahasa Denmark. Selain menyajikan kopi dan pilihan kue seperti matcha brownie, scones, dan biskuit cokelat yang memanjakan lidah, Hjem juga menawarkan suasana rumahan—sama seperti namanya.

Look Mum No Hands! di Old Street, London Timur

Tak hanya toko kopi, tapi Look Mum No Hands! juga merupakan toko sepeda, bar, dan ruang pameran. Tak jarang tempat ini juga menjadi tuan rumah untuk acara open mic dan nonton bareng acara pertandingan balap sepeda. Apakah kamu gemar bersepeda?

Budgeting dan Kemudahan Bertransaksi di London

Budget yang harus kamu siapkan untuk bisa menikmati ragam kuliner di London pada 2022 telah meningkat mengingat inflasi yang sedang tinggi. Jika di tahun-tahun sebelumnya £350 sudah cukup untuk bepergian lima hari, tahun ini meningkat dua kali lipat.

Tips yang bisa kuberikan adalah atur jam makanmu. Kamu bisa memilih untuk makan brunch dibandingkan breakfast, untuk meminimalisasi pengeluaran. Jika ingin menu sarapan yang lebih terjangkau, kamu juga bisa mengunjungi supermarket seperti Sainsbury’s, Tesco, atau M&S food dan membeli menu sarapan mereka dengan harga di kisaran £1 hingga £5. Cukup murah, bukan?

Selain itu, satu hal yang akan mempermudah transaksi kulineranmu adalah Kartu Debit Jenius Visa. Kenapa? London merupakan cashless society. Mulai dari transportasi umum hingga berdonasi ke penyanyi jalanan, sudah bisa dilakukan dengan menggunakan fitur contacless yang juga dimiliki Kartu Debit Jenius Visa.

Jangan lupa untuk menukarkan saldo rupiah menjadi pound sterling di rekening Jenius kamu. Dengan begitu, sesampainya di London, kamu bisa langsung bertransaksi. Aku sudah mempraktikkan hal ini sejak pertama kali mengunjungi London pada 2017.

Dengan cara ini, aku tidak perlu memegang banyak uang tunai. Selain alasan keamanan, penggunaan fitur tersebut juga melindungiku dari fluktuasi nilai tukar IDR ke GBP setiap harinya.

Meskipun begitu, ada baiknya kamu berjaga-jaga dan tetap mempersiapkan uang tunai dalam pecahan kecil mulai £5 hingga £20. Karena terkadang, ada pedagang yang gusar jika kamu menggunakan pecahan uang tunai yang besar. Rasanya, £50 per orang sudah lebih dari cukup.

Tips lain saat berwisata kuliner adalah be adventurous with your food. Kamu bisa menemukan ragam kuliner dari seluruh dunia di London. Jangan terlalu terpaku dengan sesuatu yang viral dan jangan mudah terbuai dengan dekorasi restoran atau kafe. Sepengalamanku, bisanya makanannya gak enak! Hahaha.

Well, di perjalanannya, London memberikan pengalaman kuliner yang begitu bermakna untukku. Tanpa malu, sering kali aku sampaikan ke pemilik atau juru masaknya tentang sajian mereka yang mengingatkanku pada Indonesia. Mulai dari presentasi hingga rasa.

Hal-hal simpel seperti ini ah yang membuat London begitu spesial dan menginspirasi. Terutama untuk aku yang juga hobi memasak.

Aku tunggu kedatangannya di London ya!


Artikel ini ditulis oleh Fitria Sungkar, teman Jenius yang merupakan seorang part-time journalist dan food blogger yang saat ini tinggal di London. Cek artikel dari guest writer-guest writer lain pada laman Blog Jenius.
Ilustrasi pada artikel ini merupakan karya Tissa Florika, teman Jenius yang merupakan freelance ilustrator asal Yogyakarta.

Artikel lainnya