Bersepeda Saat Pandemi: Tren Sementara atau Akan Berlangsung Lama?

writter Fifi Nurfitrianti

Apa yang banyak kita temukan di media sosial, berita, atau situs pencarian selama beberapa bulan terakhir? Selain berita tentang coronavirus atau new normal, banyak juga informasi tentang kegiatan-kegiatan yang makin populer saat pandemi, seperti bercocok tanam di rumah, belajar memasak, hingga bersepeda.

Nah, minat yang tinggi terhadap sepeda gak hanya terjadi di Indonesia lho, tapi juga di seluruh dunia. Di Eropa misalnya, beberapa kota seperti Paris, Lyon, dan Brussels kini mulai membuat jalur sepeda dan ada permintaan yang tinggi untuk memperbaiki sepeda-sepeda lama. Hal yang sama juga terjadi di London, Inggris.

Hobi bersepeda sendiri bisa dibilang tetap awet sejak dulu. Ayo, siapa yang pengalaman masa kecilnya dipenuhi dengan bersepeda keliling kompleks rumah bareng teman? Hanya saja, sejak pandemi dimulai, bersepeda jadi semakin populer. Gak hanya untuk usia anak-anak atau remaja, dewasa pun berbagi keseruan bersepeda bersama teman atau komunitas.

Baca juga: 7 Olahraga Minim Biaya yang Bisa Kamu Lakukan Sendiri

Olahraga dan transportasi ideal selama pandemi

Sejak dimulainya imbauan untuk beraktivitas dari rumah, perubahan kegiatan sehari-hari pun mempengaruhi tubuh kita. Berolahraga atau bergerak di dalam rumah tentu memiliki batasan. Ini mendorong adanya kebutuhan untuk berolahraga yang tetap mempertahankan protokol kesehatan. Karena itu, berjalan kaki dan bersepeda jadi solusi yang pas. Kamu bisa tetap mempertahankan physical distancing saat melakukan dua aktivitas tersebut. WHO juga menyarankan supaya bersepeda gak hanya dilakukan sebagai olahraga, tapi juga saat bepergian.

Di saat transportasi umum dinilai sangat rentan terhadap penularan Covid-19, transportasi pribadi memang jadi pilihan untuk bepergian. Mengendarai mobil pribadi tentu lebih aman, sayangnya gak semua orang memiliki kenyamanan ini. Kemacetan dan polusi yang meningkat juga menjadi masalah lainnya. Hal itulah yang terjadi di New York, AS.

Lebih terjangkau, menyehatkan, dan ramah lingkungan, gak heran kalau akhirnya sepeda jadi makin populer belakangan ini.

Baca juga: Masak Makanan ala Restoran Selama #dirumahaja

Bersepeda butuh modal besar?

Ramano Loranto adalah salah satu teman Jenius yang sudah bersepeda sejak Juni 2019, sebelum pandemi ini dimulai. Baginya, momen ketika bersepeda, misalnya saat menempuh jalur Bintaro – Lapangan Banteng – Bintaro yang mencapai 100km atau setara Jakarta – Bogor, menimbulkan kebanggaan tersendiri karena dirinya bisa menempuh jarak sejauh itu.

Kalau dibilang bersepeda membutuhkan modal besar, menurutnya, ini balik lagi ke tujuan kita bersepeda. “Tujuan bersepeda akan berpengaruh pada tipe sepeda yang ingin dibeli, berat frame sepeda, bentuk dan model, serta merek sepedanya.”

Jadi, kalau kamu lebih memilih untuk bersepeda di sekitar rumah, kamu hanya membutuhkan sepedamu saja. Kalau kamu ingin bergerak lebih jauh, mungkin jalan raya masuk dalam rutemu, lengkapi dirimu minimal dengan helm dan sepatu sepeda ya.

Selanjutnya, kalau kamu ingin lebih menekuni sepeda dengan mencoba jarak tempuh yang jauh dan mengikuti rute tertentu seperti yang Ramano lakukan, pakai dan gunakan pakaian serta peralatan yang sesuai. Antara lain jersey dan bib short, sepatu sepeda, sarung tangan, helm, kacamata, hingga speedometer untuk mengukur kecepatan serta heart rate monitor. Semua ini tentunya demi keamanan dan kenyamanan kamu selama bersepeda.

Siapkan budget sesuai tujuan dan kebutuhan

Sebelum membeli perlengkapan bersepeda, yang perlu diingat adalah buat pertimbangan dari apa yang kamu butuhkan dan kondisi keuanganmu saat ini ya. Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain. Ini akan mencegah kamu membeli di luar yang kamu butuhkan.

Harga sepeda sendiri tergantung pada merek dan tipe sepeda. Sepeda Brompton, Giant, Polygon, atau tipe gunung, road, urban, dan lainnya memiliki range harga yang berbeda. Lakukan riset atau diskusi dengan teman-teman komunitas gowes untuk mengetahui sepeda yang tepat untukmu. Ramano juga menambahkan bahwa harga untuk pakaian dan peralatan pun variatif. Mulai dari Rp300 ribu hingga Rp3 juta untuk jersey atau Rp300 ribu sampai Rp5 juta untuk helm. Semuanya bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan budget supaya kondisi dompetmu tetap aman.

Kamu juga bisa membeli pakaian dan peralatan tersebut secara bertahap mulai dari yang paling kamu butuhkan. Coba deh alokasikan uangmu ke salah satu Flexi Saver, setiap akan membeli kamu tinggal memakai uang dari tabungan khusus hobi sepedamu ini. Dengan begitu, alokasi uang lainnya akan tetap aman.

Baca juga: 3 Flexi Saver untuk Memenuhi Kebutuhanmu

Pandemi selesai, minat bersepeda menurun?

Bisa dibilang, salah satu yang membuat bersepeda menarik adalah berada di dalam grup atau komunitas dengan ketertarikan yang sama. Kebersamaan ini membuat kegiatan bersepeda jadi lebih seru dan menyenangkan. Kamu bisa bertukar informasi atau sharing pengalaman. Apalagi kalau bertemu builder sepeda custom, kamu bisa memahami lebih dalam bagaimana meng-upgrade sepedamu supaya menyesuaikan postur dan karakter gowes kamu, sehingga lebih nyaman untuk dikendarai.

Bagi mereka yang latah, mungkin akan tetap bersepeda selama ada teman atau komunitas yang mengajak. Tapi bagi mereka yang menekuni hobi sepeda karena keinginan pribadi, ini bisa saja berlangsung lama. Karena motivasi datang dari dalam dirinya, sedangkan teman dan komunitas adalah nilai tambah yang mendukung niatnya. Belum lagi kalau hobi ini sudah kamu lakukan sejak imbauan #dirumahaja dimulai atau jauh sebelumnya. Sesuai aturan 21/90, “It takes 21 days to form a habit and 90 days to form a lifestyle.” Bisa jadi sepeda sudah jadi gaya hidup kamu.

Pemerintah Jakarta sendiri saat ini telah membuat beberapa jalur sepeda yang bisa digunakan pada jam-jam tertentu. Walaupun bersifat sementara, gak menutup kemungkinan kalau hal ini bisa diteruskan atau malah dengan jalur yang ditambah. Begitu pula di kota-kota lainnya.

Jadi, selama ada motivasi dan situasi yang mendukung, gak heran kalau sepeda akan masih diminati atau menjadi gaya hidup baru. Mungkin gak seramai sekarang, tapi masih akan tetap ada bahkan setelah pandemi berakhir.


Artikel lainnya