Hidup memang sering kali sulit diduga. Ada saja kejadian dalam hidup yang gak diinginkan. Bisa hal sederhana seperti kehujanan dalam perjalanan, pengeluaran besar yang gak terencana seperti ketinggalan pesawat, hingga situasi yang meresahkan seperti pemutusan hubungan kerja (PHK).
Kita menyebut kejadian itu sebagai bencana kehidupan dan dalam dunia keuangan hal itu disebut sebagai risiko finansial, yakni risiko yang datang tanpa diundang, tanpa permisi, dan tanpa pemberitahuan. Siap gak siap, terkadang tetap harus dihadapi.
Semisal PHK mampir ke dalam perjalanan kehidupanmu, apa saja langkah-langkah yang perlu dilakukan?
Hal ini memang bisa terjadi dalam hidup, bahkan bisa lebih buruk. Semakin cepat kamu bisa menerima situasinya, maka akan semakin dekat pada solusi dan mulai melangkah maju keluar dari masalah.
Setelah penghasilan terhenti, bagaimana kamu bisa memenuhi pengeluaran rutin dan berbagai kewajiban keluarga sampai situasi membaik?
Untuk menyelesaikannya, kamu perlu memecah masalah dalam beberapa langkah. Yuk, simak!
Langkah 1: Kamu bisa mulai memikirkan: “Apa saja sumber daya keuangan yang bisa saya miliki untuk bertahan sementara waktu?”
Buatlah daftar berbagai aset likuid yang dimiliki seperti tabungan; rekening investasi kayak reksa dana, saham, obligasi; logam mulia; perhiasan; kendaraan; dan sebagainya.
Lalu, tuliskan nilai pasar terkini dan tandai aset mana yang bisa dijadikan sumber untuk bertahan sementara.
Langkah 2: Catat juga sumber keuangan lainnya yang bisa diperoleh karena mengalami PHK, misalnya uang pesangon, saldo Jaminan Hari Tua (JHT) atau program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) dari BPJS Ketenagakerjaan, hingga Dana Pensiun bila perusahaan mengikutsertakan kamu dalam program tersebut. Namun, pastikan kamu telah mempelajari cara dan syarat pencairannya, ya.
Segera cek semua potensi penghasilan yang mungkin kamu dapatkan dari berbagai fasilitas sebagai karyawan. Karena setiap angka akan sangat berarti untuk menyambung penghasilan sementara waktu sampai ditemukan sumber penghasilan baru yang lebih stabil.
Baca juga: Panduan Lengkap Persiapan Pindah Karier
Langkah 3: Rekap utang-utang yang dimiliki: baik sisa saldo, tingkat bunga, serta jumlah cicilan tiap bulan.
Ini penting karena saat terjadi penurunan pendapatan, kamu harus menentukan apa yang harus dilakukan terkait dengan kewajiban utang ini dan seberapa besar dampaknya terhadap total pengeluaranmu.
Setelah paham kondisimu, kamu bisa cari alternatif solusi: apakah perlu melunasi sebagian, mengajukan restrukturasi, atau keringanan lainnya kepada kreditur.
Langkah 4: Buat anggaran sedetail mungkin untuk pengeluaran beberapa bulan ke depan sampai sekitar 3-4 bulan. Lakukan prioritas ulang pengeluaran dan kurangi pengeluaran yang gak terlalu penting untuk sementara waktu.
Buat yang gak terbiasa melakukan pencatatan, kamu bisa mulai dengan mengecek berbagai pengeluaran dari catatan rekening, transaksi dompet digital, dan berbagai struk untuk melihat besaran pengeluaran tiap bulan.
Kemudian, antisipasi pengeluaran besar yang akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan seperti pembayaran pajak kendaraan, pajak bumi dan bangunan, uang sekolah anak, dan sebagainya.
Jadi, gak perlu takut akan hasilnya. Catat dulu sedetail mungkin biar kamu bisa mengategorikan tingkat prioritas pengeluaran.
Utamakan rasionalitas dalam membuat keputusan anggaran pengeluaran dibandingkan kenyaman dan gengsi untuk sementara waktu demi kesehatan keuangan dan bertahan.
Langkah 5: Sesuaikan antara sumber daya finansial yang tersedia agar dapat bertahan selama 3-4 bulan ke depan sampai ditemukan penghasilan pengganti.
Caranya sederhana, setelah menghitung berbagai sumber daya keuangan, ternyata dana yang tersedia sebesar Rp100 juta.
Sementara itu, perkiraan anggaran pengeluaran tiap bulan adalah Rp25 juta. Dengan demikian, berarti dana ini dapat mengamankan pengeluaran selama empat bulan ke depan.
Langkah 6: Cek kesediaan proteksi kesehatan untuk keluarga.
Segera urus proteksi yang paling dasar seperti BPJS Kesehatan. Jadi, jangan sampai keuangan berantakan karena ada anggota keluarga yang sakit.
Evaluasi kebutuhan proteksi lainnya (misalnya asuransi jiwa). Pertimbangkan juga apakah proteksi tambahan tersebut perlu dipertahankan atau disesuaikan kebutuhannya.
Langkah 7: Cek potensi penghasilan tambahan sementara waktu dengan mengumpulkan keahlian dan minat pada bidang yang bisa segera memberikan penghasilan sesuai kebutuhan orang-orang di sekitar.
Kamu juga bisa cek BPJS Ketenagakerjaan yang memberikan peluang pelatihan gratis untuk mempelajari keahlian baru melalui lembaga pelatihan secara gratis.
Libatkan pasangan agar hal ini menjadi pekerjaan rumah bersama. Pos-pos pengeluaran mana yang mungkin dapat dikontrol dan dikurangi sementara waktu.
Diskusikan juga bagaimana strategi yang diatur biar belanja gak melebihi anggaran yang sudah ditentukan. Bersama pasangan, sepakati cara mengatasi rasa gak nyaman karena harus melakukan penyesuaian penghasilan. Berikan parameter kapan akhirnya pengeluaran dapat menjadi lebih longgar.
Hal yang sering diabaikan adalah penyesuaian-penyesuaian ini, berharap situasi segera membaik. Tentunya harapan tetap perlu ada, tapi kamu juga perlu realistis biar keuangan dapat bertahan selama mungkin.
Pada situasi ini, tetap penting menjaga kesehatan mental. Kuatkan spiritual dan milikilah keyakinan bahwa segala sesuatu yang berat pada akhirnya akan dapat dilalui dengan kesabaran dan ketekunan.
Siapa tau justru dengan adanya kejadian ini, malah meningkatkan satu keahlian keuangan yang sebenarnya banyak diidam-idamkan banyak orang, yaitu keahlian kewirausahaan mandiri. Benar, kan?
Artikel ini ditulis oleh Budi Raharjo, teman Jenius yang berprofesi sebagai Certified Financial Planner, juga Founder & Konsultan Perencanaan Keuangan OneShildt Financial Independence. Cek artikel dari para guest writer lain pada laman Blog Jenius.