2 Strategi Agar Bisa Sering Pergi Traveling

writter Claudia Von Nasution

Di media sosial, sering muncul pertanyaan seragam setiap melihat orang posting foto traveling. “Kak, kok bisa sih jalan-jalan terus?”

Ada banyak layer dari pertanyaan “kok bisa sih” tersebut. Pertama, kok ada waktunya sih? Cutinya dalam setahun banyak banget ya? Kedua, tapi yang paling utama, kok sanggup—uangnya dari mana sih? Dan jika dilanjutkan, pertanyaannya akan terus berkembang sampai ke poin, “Emang penghasilannya berapa sih kak, sampai bisa liburan terus-terusan?”

Sebenarnya, sebesar apa pun penghasilanmu, tetap gak akan bisa sering berlibur kalau memang gak diniatkan menabungnya untuk liburan. Sementara jika sudah ada niat dan tekad kuat untuk melihat dunia dengan sering traveling, akan ada jalan untukmu. Salah satu kunci keberhasilannya adalah strategi yang digunakan.

Ada beberapa #temanjenius yang punya strategi berbeda dalam merencanakan traveling. Yuk, kita sontek strategi mereka!

Shintya yang Traveling Gak Pulang-Pulang
Bagi Shintya, #temanjenius yang baru pulang dari perjalanan 375 harinya keliling dunia, salah satu strategi dia biar bisa “jalan-jalan terus” adalah dengan pergi yang lama dan gak pulang-pulang. Harga tiket pesawat ke luar negeri yang gak bisa dibilang murah, apalagi ke negara yang gak terlalu populer sesuai dengan bucket list-nya, membuat Shintya memilih menjadi slow traveler.

Menurut Shintya, dia kurang cocok dengan tipe jalan-jalan yang hanya berdurasi satu-dua minggu, karena keterbatasan waktu membuatnya gak puas menikmati alam eksotis dan kultur menarik di tempat-tempat yang dikunjungi. Dia lebih memilih berjalan pelan dan lama karena semakin lama berada di suatu tempat, akan semakin banyak, dalam, dan juga genuine pengalaman yang bisa dirasakan. Apalagi di negara-negara yang jauh dari Indonesia dan anti-mainstream.

Ngomongin perjalanan panjang, urusan budget tentu perlu disiapkan dengan lebih cermat. Berikut tiga strategi Shintya yang mungkin bisa kamu jadikan inspirasi sebelum memulai perjalanan panjang.
  1. Tabung biaya hidup minimal tiga bulan pertama dan siapkan alternatif pendapatan bulanan yang bisa tetap diterima selama melakukan perjalanan. Jika kamu seperti Shintya yang merupakan freelancer, kamu bisa mencari pekerjaan atau proyek yang bisa dilakukan secara remote. Sementara jika kamu punya properti seperti rumah atau apartemen, kamu juga bisa menyewakannya sehingga setiap bulan ada pendapatan sewa yang bisa kamu terima selama traveling.
  2. Disiplin dengan budget harian yang sudah ditentukan sejak awal. Untuk perjalanan setahun keliling Amerika Latin, Eropa Timur, dan Timur Tengah, Shintya dan pasangan mem-budget-kan EUR40 per hari untuk berdua. Budget ini termasuk untuk makan dan penginapan, sehingga untuk durasi menginap yang lama, Shintya memilih untuk tinggal di guesthouse, homestay, hostel, atau apartemen yang bisa disewa mingguan bahkan bulanan. Sementara jika sedang berkunjung ke negara-negara yang biaya akomodasinya lebih mahal lagi, Shintya memilih mencari alternatif melalui komunitas hospitality exchange.
  3. Menyiapkan mata uang asing sesuai dengan destinasi traveling. Karena selama perjalanan, otomatis seluruh pengeluaran menggunakan mata uang setempat, di antaranya USD dan EUR. Sehingga, Shintya memutuskan untuk langsung menyiapkan dua mata uang asing tersebut, dengan cara memilih pekerjaan yang dibayar dengan USD atau EUR.
Baca juga: Tujuh Tips Liburan ke Luar Negeri dengan Budget Terbatas

Rahmat yang Hobi Mengecek Tiket Promo
“Kenapa ya kalau ada promo, bawaannya langsung pengin klik beli?”

Begitulah pertanyaan yang sering kali dibagikan Rahmat, #temanjenius sekaligus aviation geek yang mengaku traveling adalah salah satu kebutuhan primer baginya. Saking “keracunan”nya sama traveling dan tiket promo, Rahmat sampai mengalokasikan 30-40% penghasilan bulanan khusus untuk traveling.

Menurut Rahmat, tiket pesawat adalah komponen pengeluaran terbesar traveling, selain hotel. Untuk itu, Rahmat cukup rajin berburu tiket promo untuk menekan budget traveling-nya secara keseluruhan. Belum tahu bagaimana caranya mendapatkan tiket pesawat dengan harga miring? Salah satu cara yang relatif mudah dan efektif adalah dengan rajin-rajin mengecek harga dan kode promo di OTA (online travel agent) dan situs resmi maskapai, seperti yang dilakukan Rahmat setiap pagi!

Kerajinan Rahmat sudah terbukti membuahkan hasil. Dia pernah mendapatkan tiket ke Makassar dengan membayar Rp10 ribu, ke Bali hanya dengan Rp60 ribu, dan ke Manila sebesar Rp80 ribu dengan maskapai LCC. Bahkan yang terakhir, Rahmat juga pernah mendapat tiket ke Singapura seharga Rp200 ribu dengan salah satu maskapai terbaik dunia. Penemuan yang menarik, kan?

Nah, biar lebih seru, kamu juga bisa mengikuti media sosial orang-orang yang suka berbagi informasi promo agar ada lebih banyak informasi yang bisa kamu dapatkan secara cepat. The more sources, the bigger your chance to get the good deals!

Selain mengetahui informasi adanya tiket promo, ada tiga tips tambahan dari Rahmat yang bisa kamu pertimbangan sebelum mulai berburu tiket murah.
  1. Tentukan destinasi traveling yang ingin kamu tuju, paling gak sehari sebelum periode promosi dimulai. Ingat, yang namanya promo, pasti kuotanya terbatas. The more you think, the less seats will be available. Jika destinasi kamu gak saklek, kamu juga bisa menyiapkan dua atau tiga alternatif tujuan, agar kamu punya opsi tambahan kalau kuota promo pilihan pertama sudah habis.
  2. Hindari peak season saat membuat rencana traveling. Saat lebaran dan natal-akhir tahun memang sempurna untuk berlibur. Sayangnya, tiket promo pun biasanya punya blackout date pada tanggal-tanggal tersebut. Tips Rahmat: create your own holiday! Karena di waktu-waktu low season itulah banyak maskapai menawarkan tiketnya dengan harga jauh lebih murah untuk memenuhi kursi mereka.
  3. Bergeraklah dengan cepat untuk membeli dan membayar tiket promo yang telah kamu temukan. Saat menemukan tiket dengan harga yang menurutmu murah dan masuk budget yang sudah kamu siapkan, segera booking dan bayar tiketmu. Realitasnya, banyak orang gagal mendapatkan tiket promo karena bolak-balik cari teman untuk pergi bareng, atau sibuk mencari alternatif lain. Kalau sudah cocok, lebih baik langsung checkout sebelum dibeli oleh traveler lain. Rahmat juga menambahkan, seringnya ada saja teman yang mau ikut atau menyusul kita pergi. So secure your ticket first!
Biasanya, tiket promo identik dengan periode perjalanan yang masih lama—misalnya masih setengah atau satu tahun lagi—atau tiket dadakan yang hanya berlaku satu atau dua bulan ke depan. Biar bisa memanfaatkan tiket promo seperti itu, kamu bisa menabung budget traveling secara reguler, seperti yang dilakukan Rahmat menggunakan fitur Dream Saver.

Baca juga: Selain Travel Fair, Ini Cara Mudah Mendapat Tiket Pesawat Murah

Seperti Shintya yang memilih berpenghasilan dan menabung dalam mata uang asing, kamu juga bisa lho melakukan hal yang sama, karena di Jenius, ada 9 mata uang asing yang tersedia otomatis. Dolar Amerika Serikat, dolar Singapura, yen Jepang, pound sterling Inggris, dolar Hong Kong, dolar Australia, euro, yuan Tiongkok, dan baht Thailand sudah ada di aplikasi Jenius kamu, tanpa perlu repot-repot pergi ke bank untuk mengaktifkannya.

Jadi, apa saja saldo mata uang asing yang sudah kamu sudah aktifkan? Kalau belum sama sekali, cari tau cara aktivasinya di sini. Belum punya Jenius? Download dan aktivasi sekarang.

Artikel lainnya