Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2024 mencapai 150,2 miliar dolar Amerika Serikat (AS), sedikit turun dibandingkan posisi akhir Oktober (151,2 miliar dolar AS). Meski mengalami penurunan, angka ini tetap tinggi dan memadai untuk mendukung ketahanan sektor eksternal, setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Penurunan cadangan devisa sebagian besar dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah. Namun, BI optimistis cadangan devisa yang dimiliki saat ini mampu menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan Indonesia.
Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal Desember menunjukkan stabilitas di tengah fluktuasi pasar global. Pada Kamis, 5 Desember 2024, rupiah ditutup di level Rp15.855 per dolar AS. Kemudian pada pagi hari Jumat, 6 Desember 2024, rupiah dibuka menguat ke level Rp15.825 per dolar AS.
Pasar obligasi juga mengalami sedikit kenaikan imbal hasil. Yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun naik ke level 6,90%, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS (UST 10 tahun) mencapai 4,176%.
Indeks dolar AS (DXY) tercatat melemah ke level 105,71, yang turut membantu mengurangi tekanan pada nilai tukar rupiah.
Selama minggu pertama Desember, pergerakan modal asing mencatat aktivitas yang dinamis.
Nonresiden melakukan jual neto sebesar Rp5,13 triliun, yang terdiri dari:
beli neto Rp1,24 triliun di pasar saham,
jual neto Rp1,37 triliun di pasar SBN, dan
jual neto Rp5,00 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Namun, secara tahunan, aliran modal asing menunjukkan tren positif:
Rp22,13 triliun beli neto di pasar saham,
Rp32,33 triliun beli neto di pasar SBN, dan
Rp175,89 triliun beli neto di SRBI.
BI mencatat penurunan premi risiko Indonesia, yang terlihat dari Credit Default Swap (CDS) 5 tahun yang turun dari 74,01 bps (29 November) menjadi 70,91 bps (5 Desember). Hal ini mengindikasikan kepercayaan investor global terhadap stabilitas ekonomi Indonesia tetap terjaga.
Bank Indonesia yakin prospek cadangan devisa Indonesia akan tetap kuat didukung oleh beberapa faktor di bawah ini.
Kinerja ekspor yang positif, sejalan dengan permintaan global yang stabil.
Surplus neraca transaksi modal dan finansial, yang mencerminkan aliran investasi asing ke Indonesia.
Persepsi investor yang positif terhadap prospek ekonomi nasional serta daya tarik imbal hasil investasi.
BI bersama Pemerintah Indonesia terus memperkuat sinergi dalam menjaga ketahanan eksternal guna mendukung stabilitas ekonomi serta pertumbuhan yang berkelanjutan.
Meski tantangan global terus berlangsung, cadangan devisa yang solid, stabilitas rupiah, serta kepercayaan investor memberikan sinyal bahwa Indonesia berada pada jalur yang aman dalam menjaga stabilitas ekonomi. Hal ini menjadi modal kuat bagi pemerintah dan BI untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.