Neraca Dagang Indonesia Agustus 2023 Perpanjang Surplus 40 Bulan Beruntun

writter Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah

Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan bahwa impor Indonesia mengalami penurunan signifikan pada bulan Agustus 2023. Namun, berita baiknya adalah neraca perdagangan Indonesia masih mencatatkan surplus untuk yang ke-40 kalinya secara berturut-turut.

BPS mengungkapkan bahwa nilai impor pada bulan Agustus mencapai US$18,88 miliar. Angka ini mengalami penurunan sebesar 14,77% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Diperoleh dari Bloomberg, nilai impor yang terjadi nyatanya melampaui perkiraan konsensus yang awalnya memprediksi penurunan impor hanya sebesar 9% YoY. Dalam perbandingan bulanan (month-to-month/MtM), tercatat secara keseluruhan bahwa impor mengalami penurunan sebesar 3,53%.

Di sisi lain, ekspor Indonesia pada bulan Agustus mencapai US$22 miliar, yang turun 21,21% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/YoY). Secara tahunan, ekspor 3 produk unggulan—seperti batu bara, minyak kelapa sawit, serta besi dan baja—mengalami penurunan yang cukup dalam.

Dengan pencapaian ini, neraca perdagangan Indonesia berhasil mencatatkan surplus sebesar US$3,12 miliar. Sebagai hasilnya, neraca perdagangan Indonesia telah berhasil mencatat surplus selama 40 bulan berturut-turut.

Kesimpulan ini mengarah pada beberapa aspek yang dapat memengaruhi ekonomi Indonesia dan investasi, yakni:

1. Penurunan Impor yang Signifikan

Penurunan impor sebesar 14,77% pada bulan Agustus 2023 dapat memiliki dampak positif pada neraca perdagangan Indonesia. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa Indonesia berhasil mengendalikan defisit perdagangan dan mengurangi ketergantungannya pada impor.

Bagi investor, hasil ini bisa menjadi sinyal positif karena stabilitas neraca perdagangan dapat menciptakan lingkungan yang lebih stabil untuk investasi.

2. Penurunan Ekspor

Meskipun neraca perdagangan masih mencatatkan surplus, penurunan ekspor sebesar 21,21% merupakan sebuah tantangan besar. Ekspor produk unggulan seperti batu bara, minyak kelapa sawit, besi, dan baja mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa permintaan global untuk produk-produk ini sedang melemah.

3. Ketergantungan pada Ekspor

Penurunan ekspor yang signifikan menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia masih sangat tergantung pada kinerja ekspor. Diversifikasi ekonomi dapat menjadi fokus penting bagi pemerintah Indonesia untuk mengurangi kerentanannya terhadap fluktuasi dalam permintaan global.

4. Stabilitas Neraca Perdagangan

Fakta bahwa Indonesia telah mencatatkan surplus neraca perdagangan selama 40 bulan berturut-turut dapat menjadi sinyal positif bagi investor. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kemampuan untuk menjaga keseimbangan perdagangan, yang dapat menciptakan stabilitas ekonomi jangka panjang.

Sumber: Badan Pusat Statistik, Bloomberg, & Wealth Insight SMBC Indonesia


SMBC Indonesia tidak bertanggung jawab atas pernyataan apa pun sehubungan dengan keakuratan atau kelengkapan informasi yang terkandung pada artikel ini atau atas kehilangan atau kerusakan yang timbul dari penggunaan isi artikel ini.
Informasi yang terkandung dalam artikel ini adalah informasi publik, tidak dimaksudkan dan tidak seharusnya menjadi dasar pengambilan keputusan. Pengguna tidak boleh menyalin atau menggunakan isi artikel ini untuk tujuan apa pun atau mengungkapkan isinya kepada orang lain tanpa persetujuan sebelumnya dari SMBC Indonesia. Isi artikel ini dapat berubah tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Pengguna disarankan untuk menilai kemampuan sendiri dalam menanggung risiko keuangan dan lainnya terkait investasi atau produk apa pun, dan untuk membuat penilaian independen atau mencari nasihat independen sehubungan dengan masalah apa pun yang tercantum pada artikel ini.