Market Update 5 Mei 2025

writter Lanjar Nafi

Pasar Amerika: Ketegangan Dagang dan Laporan Keuangan Campur Aduk

Pasar saham Amerika Serikat (AS) bergerak naik turun sepanjang minggu, dipengaruhi kekhawatiran soal kebijakan tarif Presiden Donald Trump dan laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan besar. Awal pekan dimulai lesu S&P 500 nyaris tidak bergerak karena investor menahan diri, menunggu data ekonomi dan hasil kinerja emiten utama seperti Amazon dan Nvidia. Sentimen pasar juga tertekan karena kekhawatiran bahwa ketegangan dagang bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menekan proyeksi laba perusahaan.

Namun, suasana pasar mulai membaik di tengah pekan meskipun ada data mengejutkan: ekonomi AS ternyata menyusut pada kuartal pertama, untuk pertama kalinya dalam tiga tahun. Di sisi lain, konsumen tampak tetap aktif berbelanja, yang sedikit menenangkan pasar.

Kabar gembira datang dari laporan keuangan Microsoft dan Meta yang sangat solid, keduanya berhasil membangkitkan optimisme bahwa investasi besar di bidang kecerdasan buatan mulai menunjukkan hasil. Saham teknologi pun memimpin reli dan membawa indeks-indeks utama mencetak kenaikan berturut-turut.

Menjelang akhir pekan, suasana menjadi lebih positif. Pasar menyambut baik laporan ketenagakerjaan yang menunjukkan penambahan lapangan kerja melebihi perkiraan. Ditambah lagi, kabar bahwa Tiongkok bersedia mempertimbangkan tawaran pembicaraan dagang dari AS membuat investor semakin lega.

Hasilnya, Wall Street berhasil menutup minggu ini di zona hijau dan bahkan mencatat kenaikan mingguan kedua berturut-turut yang merupakan tanda bahwa, meski masih penuh gejolak, pasar mulai menemukan harapan di tengah ketegangan dagang.

Pasar Eropa: Laporan Keuangan Solid

Pasar saham Eropa mencatat performa positif sepanjang pekan, ditopang oleh meredanya ketegangan perdagangan AS-Tiongkok dan laporan keuangan perusahaan yang umumnya solid. Optimisme investor muncul sejak awal pekan setelah Tiongkok mengisyaratkan niat meredakan konflik dagang dengan membebaskan beberapa barang AS dari tarif balasan, sementara Rusia menyatakan gencatan senjata sementara di Ukraina. Meskipun belum ada konfirmasi resmi dari pihak AS mengenai kelanjutan negosiasi tarif, sikap terbuka dari kedua belah pihak sudah cukup untuk mengangkat sentimen pasar.

Laporan keuangan menjadi sorotan utama minggu ini, dengan bank-bank besar seperti HSBC dan Deutsche Bank memberikan hasil yang meyakinkan, sementara beberapa emiten seperti Rolls-Royce dan Novo Nordisk ikut mendorong indeks lewat prospek bisnis yang kuat.

Di Inggris, FTSE 100 mencetak rekor dengan 13 sesi penguatan berturut-turut, meskipun beberapa perusahaan seperti Lloyds dan LSEG mengalami tekanan akibat laporan laba yang di bawah ekspektasi. Secara umum, optimisme investor tetap tinggi meski ketidakpastian tarif dan kenaikan biaya tetap menjadi bayang-bayang.

Menjelang akhir pekan, pasar Eropa ditutup menguat, dengan sektor teknologi dan industri menjadi motor utama penggerak. Data ekonomi AS yang stabil turut membantu suasana hati pelaku pasar global, di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi sebelumnya. Di Eropa, inflasi zona euro naik lebih tinggi dari perkiraan, akan tetapi belum mengubah ekspektasi bahwa Bank Sentral Eropa akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

Pasar Asia: Indeks Saham Tiongkok Tertahan

Pasar saham Tiongkok memulai minggu ini dengan nada lesu. Ketidakpastian yang terus menyelimuti pembicaraan dagang antara AS dan Tiongkok membuat investor ragu melangkah. Indeks Shanghai turun tipis pada Senin, sementara Shenzhen juga melemah, seiring pernyataan ambigu Presiden AS Donald Trump soal komunikasi dengan Presiden Xi Jinping yang tak disertai rincian. Tiongkok justru membantah adanya pembicaraan, menyebut klaim AS sebagai “berita palsu”.

Kondisi pasar berlanjut stagnan pada Selasa, dengan indeks nyaris tak bergerak tapi tetap tertekan. Penolakan tegas dari pihak Tiongkok terhadap klaim AS membuat ketegangan tetap tinggi. Pada saat bersamaan, sejumlah lembaga seperti Goldman Sachs dan S&P Global memberikan peringatan serius: hingga 16 juta pekerjaan di Tiongkok bisa terdampak akibat tarif AS, khususnya di sektor ekspor utama seperti peralatan komunikasi dan tekstil. Bahkan, throughput pelabuhan Tiongkok diprediksi bisa anjlok tajam jika tarif berlarut-larut.

Rabu menghadirkan sedikit dinamika, meski tetap dalam nuansa muram. Indeks Shanghai masih tertekan, sementara Shenzhen justru naik tipis. Data ekonomi menunjukkan sinyal peringatan: sektor manufaktur Tiongkok kembali mengalami kontraksi di April, dengan PMI resmi jatuh ke level 49,0. Produksi, pesanan baru, dan perekrutan tenaga kerja semua melemah. Bahkan ekspor mulai terganggu, membuat pelaku pasar semakin waspada terhadap dampak nyata dari perang dagang. Pasar tutup Kamis dan Jumat karena libur Hari Buruh.

Pasar Indonesia: Sinyal Campuran Jelang Keputusan Bank Indonesia

Pasar keuangan Indonesia menutup pekan dengan catatan positif, mengikuti jejak penguatan mayoritas indeks global. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik lebih dari 2% dalam sepekan penguatan mingguan terbaik sejak Januari 2023. Kinerja cemerlang ini ditopang oleh sektor kesehatan, transportasi, dan material dasar yang mencatat lonjakan tertinggi. Tidak hanya saham, pasar obligasi juga mencatat penurunan imbal hasil di seluruh tenor, mencerminkan meningkatnya minat investor terhadap aset pendapatan tetap dalam negeri.

Akhir pekan lalu, investor asing masuk cukup deras ke pasar, mendorong penguatan signifikan di nilai tukar. Rupiah menguat tajam hingga 2,35% terhadap dolar AS juga menjadi penguatan mingguan terbesar sejak Januari 2023. Arus modal ini tak lepas dari sentimen positif global, terutama setelah muncul sinyal peredaan tensi dagang antara AS dan Tiongkok. Bahkan dolar Taiwan, sebagai salah satu barometer mata uang Asia, sempat melesat lebih dari 3%, menunjukkan kebangkitan kolektif mata uang regional.

Namun, di tengah euforia pasar, ekonomi domestik menyuguhkan campuran sinyal. Inflasi April melonjak ke level tertinggi dalam delapan bulan terakhir, melebihi ekspektasi pasar. Pada saat bersamaan, sektor manufaktur justru tergelincir ke zona kontraksi untuk pertama kalinya dalam lima bulan terakhir, dengan PMI anjlok ke 46,7. Laporan Bank Indonesia melalui Survei Kegiatan Dunia Usaha pun menunjukkan perlambatan signifikan. Meski begitu, analis memperkirakan masih ada ruang bagi BI untuk memangkas suku bunga pada RDG Mei, guna menjaga momentum pertumbuhan di tengah tantangan global yang belum mereda.


SMBC Indonesia tidak bertanggung jawab atas pernyataan apa pun sehubungan dengan keakuratan atau kelengkapan informasi yang terkandung pada artikel ini atau atas kehilangan atau kerusakan yang timbul dari penggunaan isi artikel ini.
Informasi yang terkandung dalam artikel ini adalah informasi publik, tidak dimaksudkan dan tidak seharusnya menjadi dasar pengambilan keputusan. Pengguna tidak boleh menyalin atau menggunakan isi artikel ini untuk tujuan apa pun atau mengungkapkan isinya kepada orang lain tanpa persetujuan sebelumnya dari SMBC Indonesia. Isi artikel ini dapat berubah tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Pengguna disarankan untuk menilai kemampuan sendiri dalam menanggung risiko keuangan dan lainnya terkait investasi atau produk apa pun, dan untuk membuat penilaian independen atau mencari nasihat independen sehubungan dengan masalah apa pun yang tercantum pada artikel ini.