Market Update 5 Februari 2024

writter Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah

Pasar Amerika: Kenaikan Saham Teknologi & Data Pekerjaan Solid

Wall Street mencatatkan rekor tertinggi dalam pekan berkat kenaikan saham teknologi besar dan laporan pekerjaan yang solid. Pasar saham mencapai level tertinggi, dengan S&P 500 mendekati angka 5.000 dan Nasdaq 100 naik 1,7%.

Kinerja positif didorong oleh optimisme terhadap Meta Platforms Inc. dan Amazon.com Inc. Meskipun ada spekulasi kalau Federal Reserve mungkin tidak segera memangkas suku bunga, optimisme terkait ekonomi masih mendominasi. The Fed menahan tingkat suku bunga pada pertemuan FOMC pada akhir Januari 2024 sebesar 5,50%.

Data pekerjaan menunjukkan peningkatan signifikan, dengan Nonfarm Payrolls naik sebanyak 353.000 dalam sebulan terakhir setelah revisi naik untuk dua bulan sebelumnya.

Tingkat pengangguran tetap stabil pada 3,7%, sementara upah per jam mengalami percepatan paling besar sejak Maret 2022. Data terpisah juga menunjukkan kenaikan tajam dalam sentimen konsumen Amerika.

Pasar Eropa: Mood Pasar Saham Eropa Suram

Mood di pasar saham Eropa selama seminggu terakhir terasa kurang positif karena kepercayaan konsumen dan kondisi ekonomi yang menurun, ditambah data tingkat inflasi zona Eropa yang tidak sesuai harapan.

Estimasi tingkat inflasi zona Eropa turun pada Januari 2024, mencapai 2,8% (ekspektasi sebelumnya sebesar 2,9%). Padahal ekspektasi sebelumnya adalah 2,7%. Selain itu, tingkat inflasi inti zona Eropa juga menurun menjadi 3,3% (dari 3,4%), di bawah ekspektasi sebelumnya sebesar 3,2%. Semua ini berkontribusi pada sentimen negatif di pasar saham Eropa, menciptakan ketidakpastian dan kekhawatiran terkait kondisi ekonomi dan inflasi di wilayah tersebut.

Pasar Asia: Pasar Saham Tiongkok Terpukul

Indeks saham utama di Tiongkok mengalami penurunan signifikan karena investor bersiap menghadapi data Indeks Kinerja Sektor Manufaktur dan Jasa di negara tersebut.

Hasil survei resmi menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur di Tiongkok pada Januari mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut. Penurunan ini sebagian besar dipicu oleh aksi jual yang tajam di pasar Tiongkok, diperparah oleh kekhawatiran akan kurangnya langkah stimulus besar dari pihak berwenang untuk mendukung perekonomian.

Kepercayaan investor juga menurun, menciptakan tekanan tambahan. Kekhawatiran terkait sektor properti yang mengalami penurunan di Tiongkok turut membebani pasar, terutama dengan perhatian terfokus pada likuidasi perusahaan properti besar, China Evergrande Group.

Pengumuman regulator sekuritas di Tiongkok untuk menghentikan peminjaman saham tertentu untuk short-selling juga memberikan dampak negatif pada sentimen pasar, menambah ketidakpastian di antara para investor.

Pasar Indonesia: Rupiah Menguat, Pasar Saham & Obligasi Catat Kenaikan Positif

Pasar saham dan obligasi Indonesia mengalami kenaikan positif yang signifikan, didorong penguatan nilai tukar rupiah untuk pertama kalinya dalam minggu ini di tahun 2024. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak lebih dari 1%, sementara indeks LQ45 mengalami kenaikan lebih dari 3%.

Sektor kesehatan, konsumer sektoral, dan saham-saham berkapitalisasi besar menjadi pendorong utama pertumbuhan indeks. Pasar obligasi juga mengalami penguatan, terlihat dari penurunan imbal hasil obligasi acuan tenor 10 tahun sebanyak 12.2 basis poin ke level 6,52% setelah mengalami koreksi pekan sebelumnya.

Arus masuk investor asing dan hasil lelang obligasi yang positif turut menjadi kontributor utama dalam pergerakan pasar. Gubernur Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa intervensi BI di pasar valuta asing (valas) melalui berbagai transaksi, termasuk spot dan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

Langkah-langkah ini diambil untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan memberikan kepastian kepada investor asing. Selain itu, sektor manufaktur Indonesia menunjukkan pertumbuhan dengan mencapai indeks Purchasing Managers’ Index (PMI) sebesar 52,9 pada Januari 2024 (meningkat dari 52,2).

Ini menjadi level tertinggi sejak Agustus, mencerminkan optimisme terkait pertumbuhan sektor manufaktur di Indonesia. Sementara itu, tingkat inflasi tahunan tetap rendah, berada pada 2,57%, sedikit lebih rendah daripada bulan sebelumnya.


SMBC Indonesia tidak bertanggung jawab atas pernyataan apa pun sehubungan dengan keakuratan atau kelengkapan informasi yang terkandung pada artikel ini atau atas kehilangan atau kerusakan yang timbul dari penggunaan isi artikel ini.
Informasi yang terkandung dalam artikel ini adalah informasi publik, tidak dimaksudkan dan tidak seharusnya menjadi dasar pengambilan keputusan. Pengguna tidak boleh menyalin atau menggunakan isi artikel ini untuk tujuan apa pun atau mengungkapkan isinya kepada orang lain tanpa persetujuan sebelumnya dari SMBC Indonesia. Isi artikel ini dapat berubah tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Pengguna disarankan untuk menilai kemampuan sendiri dalam menanggung risiko keuangan dan lainnya terkait investasi atau produk apa pun, dan untuk membuat penilaian independen atau mencari nasihat independen sehubungan dengan masalah apa pun yang tercantum pada artikel ini.