Meskipun terjadi konsolidasi di Wall Street, pasar obligasi bergerak kuat dengan imbal hasil turun secara signifikan, mencatat pergerakan bulanan terbaik sejak 2008. Sentimen positif muncul setelah data kepercayaan konsumen Amerika Serikat (AS) naik pada November, didorong oleh pandangan optimis terhadap prospek tenaga kerja.
Meskipun terjadi pergerakan yang bervariasi di pasar saham, dengan saham industri menguat dan saham teknologi melemah, pasar saham dan obligasi menguat secara keseluruhan setelah spekulasi pemangkasan suku bunga yang lebih cepat akibat perlambatan daya beli yang terindikasi oleh data PCE Deflator terakhir.
Pekan ini data ekonomi yang menjadi pusat perhatian investor diantaranya; indeks kinerja sektor jasa, klaim pengangguran dan neraca perdagangan.
Sentimen positif AS dan beberapa data yang positif di Eropa menjadi katalis penguatan mayoritas indeks utama selama sepekan. Data indeks kepercayaan konsumen meningkat dari 93,3 menjadi 93,8 dan tingkat inflasi Eropa melambat dari yang diperkirakan sebesar 2,4% (dari 2,9%).
Kedua hal tersebut mengindikasikan secara kuat bahwa European Central Bank tidak lagi menaikkan suku bunga pada pertemuan bulan Desember.
Tingkat inflasi Eropa secara bulanan bergerak negatif (deflasi) sebesar 0,5% dari inflasi 0,1%. Hal ini menjadi sentimen positif untuk masa depan tingkat suku bunga AS.
Selanjutnya investor akan menanti data tingkat inflasi sisi produsen, pertumbuhan ekonomi, dan penjualan ritel rilis dipekan ini.
Mayoritas indeks utama di Asia mengalami pelemahan, terutama dipengaruhi oleh data ekonomi Tiongkok yang menunjukkan penurunan 7,8% dalam profit perusahaan industri pada Oktober 2023.
Meskipun pemerintah Tiongkok mengambil langkah-langkah stimulus di sektor properti, berbagai saham tetap turun, terutama di sektor properti dan perangkat lunak.
Indeks Hang Seng pun mengalami penurunan signifikan, membuat investor tampak khawatir akan perlambatan ekonomi Tiongkok yang memengaruhi performa indeks saham sepanjang bulan November.
Sementara itu, antisipasi terhadap data ekonomi akhir dan awal bulan, termasuk Indeks Sektor Kinerja Manufaktur dan Inflasi, serta komentar pejabat The Fed mengenai suku bunga di tahun 2024, juga turut memengaruhi.
Purchasing Managers Index (PMI) Tiongkok untuk bulan November memberikan petunjuk lebih lanjut, aktivitas bisnis terus menunjukkan perbaikan, sedangkan kekhawatiran terhadap kasus gagal bayar perusahaan properti masih menekan sentimen di pasar. Pekan ini data yang ditunggu investor di antaranya adalah neraca perdagangan Tiongkok dan tingkat inflasi di Jepang.
Rupiah yang terapresiasi dan penguatan lanjutan saham-saham di sektor infrastruktur jadi sentimen utama selain sentimen global mengenai arah suku bunga. Imbal hasil obligasi secara acuan lanjutkan tren penurunan sebagai indikasi penguatan harga obligasi di mayoritas tenor.
Di pasar saham, sektor infrastruktur kembali memimpin penguatan mengimbangi pelemahan signifikan pada sektor teknologi. Indeks kinerja bisnis manufaktur yang mengalami kenaikan jadi 51,7 (dari 51,5) jadi sentimen positif yang memberikan tanda aktivitas tetap meningkat pada November sekaligus di era suku bunga tinggi.
Pergerakan sedikit terganjal data tingkat inflasi Indonesa yang mengalami kenaikan secara keseluruhan. Inflasi Indonesia naik di atas ekspektasi menjadi 2,86% (dari 2,56%) dan ekspektasi di level 2,7%. Selanjutnya investor akan menanti data Cadangan Devisa dan Indeks Kepercayaan Konsumen.