Kekhawatiran mengenai potensi hard landing ekonomi Amerika Serikat (AS) kembali memanas setelah data ekonomi terbaru menunjukkan tanda-tanda perlambatan. S&P Global US Manufacturing PMI tercatat lebih rendah daripada yang diharapkan, yaitu di angka 47—dibandingkan proyeksi pasar yang memperkirakan kenaikan ke 48,6—sementara sebelumnya berada di 47,9.
Hal di atas menandakan sektor manufaktur terus mengalami kontraksi. Selain itu, Consumer Confidence dari Conference Board turun ke wilayah pesimistis dengan angka di bawah 100, yang mengindikasikan penurunan kepercayaan konsumen terhadap prospek ekonomi.
Meskipun pertumbuhan GDP sesuai dengan ekspektasi, data lain seperti Personal Consumption & Spending menunjukkan penurunan aktivitas ekonomi. Di sisi lain, indeks harga PCE (Personal Consumption Expenditures) year-on-year turun lebih dari perkirakan, yaitu ke 2,2% (dari 2,5%) yang mana berada di bawah ekspektasi 2,3%.
Para investor kini menantikan data ekonomi awal pekan ini, seperti ISM Manufacturing dan tingkat pengangguran yang bisa memberikan panduan lebih lanjut tentang kondisi ekonomi ke depan.
Pasar saham di Eropa menunjukkan optimisme, dengan penguatan signifikan terlihat pada indeks DAX di Jerman dan CAC 40 di Prancis. Penurunan lanjutan pada indeks kinerja sektor manufaktur seakan menguatkan ekspektasi perlunya pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh European Central Bank (ECB) pada pertemuan mendatang.
Pekan ini para investor akan fokus pada data aktivitas sektor manufaktur, tingkat inflasi, dan pengangguran yang diperkirakan akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai kondisi ekonomi di kawasan tersebut. Data ini akan menjadi faktor kunci dalam menentukan arah kebijakan moneter ECB dan prospek pasar ke depan.
Penguatan indeks saham utama di Asia, seperti Hang Seng dan CSI 300, yang mencatat kenaikan lebih dari 10% dalam sepekan, memberikan sentimen positif bagi pasar regional. Bank Rakyat Tiongkok (PBOC) memainkan peran kunci dalam mendorong momentum ini dengan menurunkan suku bunga fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF) satu tahun menjadi 2% dari 2,3%.
Langkah tersebut bertujuan untuk menyuntikkan likuiditas ke dalam ekonomi dan mendorong pertumbuhan pinjaman. Kebijakan tersebut mengikuti serangkaian pemotongan suku bunga sebelumnya dan pengurangan rasio persyaratan cadangan (RRR) yang telah diumumkan oleh PBOC.
Bank sentral Tiongkok ini akan kembali memangkas RRR bank sebesar 50 basis poin, yang merupakan pemangkasan kedua tahun ini, untuk mendukung ekonomi yang lesu. Pemangkasan ini diperkirakan akan membebaskan sekitar 1 triliun yuan, yang diharapkan dapat meningkatkan aktivitas pinjaman.
Pasar saham dan obligasi terkoreksi meskipun nilai tukar rupiah tetap melanjutkan tren positif. IHSG melemah 0,60%, sementara Indeks LQ45 turun 1,36%. Saham-saham di sektor keuangan, konsumer, dan infrastruktur memimpin penurunan akibat aksi jual investor asing yang dipicu oleh antisipasi revisi valuasi terhadap fundamental, terutama menjelang rilis laporan kinerja bisnis kuartal ketiga.
Di sisi lain, sektor material dasar dan energi justru memimpin penguatan. Hal ini didorong oleh rebound harga saham BREN serta sentimen positif terkait ekspektasi peningkatan permintaan komoditas energi, seiring upaya pelonggaran kebijakan ekonomi di Tiongkok.
Pasar obligasi terkoreksi, mematahkan tren penguatan selama 8 minggu berturut-turut. Imbal hasil obligasi acuan tenor 10 tahun naik 2,2 basis poin; yang mana hl ini mencerminkan penurunan harga obligasi di mayoritas seri. Koreksi ini terbilang wajar setelah sepanjang bulan September pasar mengalami penguatan signifikan dengan imbal hasil yang turun 26,9 basis poin, dipicu oleh dimulainya era penurunan suku bunga.
Sementara itu, nilai tukar rupiah mulai bergerak moderat di tengah meningkatnya arus keluar investor asing di pasar saham. Selama sepekan, rupiah tetap menguat tipis, terapresiasi 0,17%. Minggu ini data tingkat inflasi dan Indeks Kinerja sektor manufaktur akan menjadi yang paling di nanti investor.
Di bawah ini merupakan reksa dana pendapatan tetap yang telah catatkan total return teratas dalam 1 bulan terakhir per 22 September 2024.
Ashmore Dana Obligasi Nusantara
Manulife Obligasi Negara Indonesia II
Syailendra Fixed Income Fund Kelas A
Di bawah ini merupakan reksa dana saham yang telah catatkan total return teratas dalam 1 bulan terakhir per 22 September 2024.
Syailendra Equity Opportunity Fund Kelas A
Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas
BNP Paribas Pesona