Pasar saham Amerika Serikat (AS) menghadapi pekan penuh tekanan, dimulai dari pelemahan akibat kekhawatiran tarif baru yang diisyaratkan Presiden AS terhadap Kanada dan Meksiko setelah penangguhan 30 hari berakhir. Sentimen semakin negatif setelah data kepercayaan konsumen AS mencatat penurunan terbesar sejak Agustus 2021, menunjukkan perlambatan ekonomi yang lebih dalam.
Saham Tesla anjlok 8,4% setelah laporan menunjukkan penurunan signifikan dalam penjualan di Eropa, diperburuk oleh kritik terhadap dukungan Elon Musk terhadap tokoh politik sayap kanan. Di Eropa, ekonomi Jerman terkontraksi 0,2% pada kuartal terakhir 2024, yang juga memperburuk kekhawatiran global.
Nasdaq sempat menguat karena optimisme terhadap laporan keuangan Nvidia, yang dianggap sebagai barometer utama industri kecerdasan buatan. Namun, harapan itu pupus setelah laporan keuangan perusahaan gagal memenuhi ekspektasi tinggi investor. Hal tersebut memicu aksi jual besar-besaran yang menyeret Nasdaq turun 2,78% dalam satu hari, penurunan terburuk dalam sebulan. Laporan analis juga menambah tekanan dengan menyebutkan bahwa Microsoft membatalkan beberapa sewa pusat data, memunculkan kekhawatiran akan kelebihan kapasitas akal imitasi (AI).
Ketegangan geopolitik turut membebani pasar setelah pertemuan panas antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy di Gedung Putih yang berakhir tanpa kesepakatan. Hal ini meningkatkan ketidakpastian terkait konflik Ukraina dan Rusia. Meskipun sempat tertekan sepanjang pekan, pasar akhirnya ditutup menguat setelah sesi yang fluktuatif, dengan saham teknologi tertentu bangkit dan membantu memulihkan sebagian kerugian. Namun, volatilitas tetap tinggi di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik yang terus membayangi investor.
Indeks Saham Eropa mencatat kenaikan mingguan ke-10 secara berturut-turut, mempertahankan tren positif sejak awal tahun meskipun sempat tertekan menjelang akhir pekan akibat ancaman tarif perdagangan dari Presiden AS Donal. Trump berencana mengenakan tarif tambahan 10% pada impor dari Tiongkok yang sempat menekan saham berbagai perusahaan mewah seperti LVMH, Christian Dior, dan Kering.
Namun, saham-saham tersebut berhasil bangkit dari level terendah selama sesi perdagangan. Optimisme pasar juga didukung oleh laporan keuangan perusahaan yang kuat, harapan akan kemajuan dalam perundingan damai antara Rusia dan Ukraina, serta kenaikan saham sektor pertahanan Jerman karena ekspektasi peningkatan belanja pertahanan di bawah pemerintahan baru.
Menjelang akhir pekan, data terbaru menunjukkan prospek inflasi zona Euro yang membaik, meskipun pertumbuhan ekonomi masih melambat. Hal ini semakin memperkuat ekspektasi kalau Bank Sentral Eropa (ECB) akan memangkas suku bunga setidaknya 25 basis poin pada pekan depan untuk mendukung perekonomian.
Pasar saham Tiongkok berfluktuasi sepanjang pekan di tengah ketegangan dengan AS akibat kebijakan investasi dan perdagangan yang lebih ketat. Indeks utama melemah setelah Presiden AS Donald Trump membatasi investasi Tiongkok di sektor teknologi, infrastruktur, dan perawatan kesehatan, yang turut menekan pasar Hong Kong. Ketidakpastian semakin besar setelah pengumuman tarif tambahan dan pembatasan pada industri strategis seperti semikonduktor dan akal imitasi (AI), memicu aksi jual besar-besaran di sektor teknologi.
Optimisme muncul ketika Beijing menunjukkan komitmen mendukung inovasi dan penelitian, mendorong investor kembali ke saham teknologi. Namun, reli tersebut terhenti setelah laporan keuangan kuat dari Nvidia menggoyahkan pasar, menyebabkan saham AI dan semikonduktor Tiongkok turun. Meskipun demikian, sentimen di Jepang justru menguat berkat optimisme terhadap prospek Nvidia.
Pasar kembali tertekan setelah Trump mengancam tarif tambahan 10% pada barang-barang Tiongkok dan penyelidikan AS terhadap impor tembaga. Indeks utama Tiongkok anjlok, dengan Shanghai Composite turun 2% dan Shenzhen Component merosot hampir 3%. Beijing memperingatkan akan mengambil tindakan balasan, memperburuk ketegangan perdagangan yang masih jauh dari mereda.
Pasar saham dan obligasi di Indonesia mengalami tekanan signifikan sepanjang pekan, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 7,83% dalam seminggu. Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut pelemahan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik global maupun domestik, serta kinerja emiten yang belum sesuai harapan.
Dari sisi global, ketidakpastian akibat kebijakan perdagangan AS menjadi perhatian utama, terutama dengan potensi proteksionisme di bawah kepemimpinan Donald Trump dalam periode keduanya (Trump 2.0) yang berisiko membawa dampak besar bagi pasar keuangan dunia, termasuk Indonesia.
Selain itu, kebijakan suku bunga bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), turut memengaruhi aliran dana investor. Proyeksi The Fed hanya akan menurunkan suku bunga sekali tahun ini membuat instrumen keuangan AS lebih menarik dibandingkan pasar negara berkembang seperti Indonesia.
Dari sisi domestik, dominasi investor asing juga memperburuk kondisi IHSG. Kini sekitar 40% dari total investor di pasar modal Indonesia berasal dari luar negeri, membuat indeks lebih rentan terhadap arus keluar dana asing. Sebelumnya, sekitar 70% pasar dikuasai oleh investor domestik dan ritel, yang mampu menyerap tekanan jual. Namun, dengan berkurangnya peran investor lokal, pasar semakin terpuruk.
Di samping faktor eksternal dan struktur kepemilikan investor, laporan keuangan emiten juga turut menjadi faktor yang menekan IHSG. Meskipun beberapa perusahaan masih mencatatkan kenaikan laba, hasilnya belum sesuai ekspektasi pasar. Walaupun ada pertumbuhan, tekanan tetap muncul karena laba yang dicatatkan berada di bawah konsensus, sehingga sentimen negatif masih mendominasi pergerakan indeks.