Market Update 3 Juni 2024

writter Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah

Pasar Amerika: Dampak Tensi Geopolitik & Data PCE Deflator terhadap Pasar Saham dan Obligasi

Memanasnya tensi geopolitik di Timur Tengah dan aksi tunggu investor terhadap data PCE Deflator (Personal Consumption Expenditures Price Index) menjadi faktor utama yang menyebabkan pasar saham dan obligasi di Amerika cenderung tertekan selama sepekan.

PCE Deflator merupakan salah satu indikator inflasi yang paling penting bagi Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan kebijakan suku bunga. Data terbaru PCE Deflator dirilis sesuai harapan, yang mana PCE Deflator tahunan tetap pada level 2,7% dan PCE Deflator bulanan tetap pada level 0,3%.

The Fed lebih memilih PCE Deflator dibandingkan CPI (Consumer Price Index) karena beberapa alasan teknis. PCE Deflator menggunakan metode penghitungan yang memungkinkan adanya penggantian antara barang dan jasa, yang mana lebih mencerminkan perilaku konsumen dalam menghadapi perubahan harga.

Selanjutnya, investor akan menunggu data awal bulan seperti ISM Manufaktur, Klaim Awal Pengangguran (Initial Jobless Claim), dan tingkat pengangguran.

Pasar Amerika Update 3 Juni 2024
Pasar Eropa: Tekanan Geopolitik & Inflasi Tinggi Eropa

Indeks CAC 40 dan DAX melemah lebih dari 1% karena tertekan oleh sentimen global dan geopolitik di Timur Tengah. Tingkat inflasi di wilayah Eropa yang tumbuh lebih tinggi dari ekspektasi membuat investor merasa ragu akan adanya pemangkasan suku bunga pada bulan Juni 2024 seperti yang pernah disampaikan Bank Sentral Eropa (ECB).

CPI Estimate YoY naik menjadi 2,6% (sebelumnya 2,4%) dan CPI Core YoY naik ke level 2,9% (sebelumnya 2,7%). Sebelumnya, Kepala Ekonom ECB, Philip Lane, mengungkapkan bahwa ECB akan mulai memangkas suku bunga pada bulan Juni 2024. Namun, ECB juga akan mempertahankan kebijakan ketat hingga akhir 2024.

Pasar Eropa Update 3 Juni 2024
Pasar Asia: Indeks Hang Seng & CSI 300 Tertekan Sentimen Global

Aksi jual investor juga tak terbendung di regional Asia akibat sentimen global. Indeks Hang Seng memimpin pelemahan, diikuti oleh CSI 300 di Tiongkok. Sentimen positif dari International Monetary Fund (IMF) pada hari Rabu minggu lalu gagal mendorong optimisme pasar.

IMF menaikkan perkiraan pertumbuhan Tiongkok tahun ini menjadi 5% (sebelumnya 4,6%) karena angka kuartal pertama yang kuat dan berbagai langkah kebijakan baru-baru ini. Peningkatan tersebut menyusul kunjungan IMF ke Tiongkok untuk melakukan penilaian rutin. IMF kini memperkirakan perekonomian Tiongkok akan tumbuh sebesar 4,5% pada tahun 2025, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 4,1%.

Perekonomian Tiongkok tumbuh lebih baik dibandingkan perkiraan sebesar 5,3% pada kuartal pertama, didukung oleh ekspor yang kuat. Data bulan April menunjukkan belanja konsumen masih lesu, sementara aktivitas industri meningkat. Selanjutnya, data PMI Manufaktur di Tiongkok akan sangat dinanti oleh investor sebagai pelengkap data konkret pemulihan ekonomi.

Pasar Asia Update 3 Juni 2024
Pasar Indonesia: Dampak Fenomena “Sell In May and Go Away”

Sepekan terakhir, IHSG ditutup turun 3,48%, yang merupakan penurunan mingguan terbesar sejak Desember 2022. Indeks LQ45 juga turun 2,73%, penurunan mingguan terbesar sejak April 2024. Pasar saham terpuruk akibat fenomena Sell In May and Go Away yang kembali relevan tahun ini.

Pada Mei 2023, IHSG turun 4,08%, tahun 2022 turun 1,11%, dan tahun 2021 turun 0,80%. Tahun ini, IHSG terkoreksi tajam sebesar 3,64% yang mana didorong oleh aksi jual bersih investor asing sekitar Rp14 triliun. Pasar saham juga tertekan oleh saham grup Barito yang merosot setelah saham BREN ditegur oleh BEI karena sebelumnya mengalami kenaikan yang signifikan.

Sentimen negatif pada Mei 2024 termasuk pernyataan hawkish dari pejabat Federal Reserve AS terkait inflasi tinggi dan tingkat suku bunga yang dipertahankan lebih lama. Hal ini meningkatkan minat terhadap dolar Amerika dan melemahkan nilai tukar rupiah.

Sementara itu, pasar obligasi berhasil menguat dengan imbal hasil acuan tenor 10 tahun turun 1,2 basis poin di tengah nilai tukar rupiah yang terdepresiasi 1,61% selama sepekan. Pasar obligasi terkonsolidasi dengan dukungan dari surplus APBN dan antusiasme investor pada lelang dengan penawaran yang masuk relatif lebih besar. Pada lelang SUN minggu ini, total penawaran yang masuk sebesar Rp47,11 triliun, sedangkan total nominal yang dimenangkan sebesar Rp22 triliun.

Di bawah ini merupakan reksa dana saham yang telah alami penurunan NAV lebih dari 3% dalam satu bulan terakhir per 31 Mei 2024.

  • Ashmore Dana Ekuitas Nusantara

  • Ashmore Digital Equity Sustainable Fund

  • BNP Paribas Pesona

Pasar Indonesia Update 3 Juni 2024

SMBC Indonesia tidak bertanggung jawab atas pernyataan apa pun sehubungan dengan keakuratan atau kelengkapan informasi yang terkandung pada artikel ini atau atas kehilangan atau kerusakan yang timbul dari penggunaan isi artikel ini.
Informasi yang terkandung dalam artikel ini adalah informasi publik, tidak dimaksudkan dan tidak seharusnya menjadi dasar pengambilan keputusan. Pengguna tidak boleh menyalin atau menggunakan isi artikel ini untuk tujuan apa pun atau mengungkapkan isinya kepada orang lain tanpa persetujuan sebelumnya dari SMBC Indonesia. Isi artikel ini dapat berubah tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Pengguna disarankan untuk menilai kemampuan sendiri dalam menanggung risiko keuangan dan lainnya terkait investasi atau produk apa pun, dan untuk membuat penilaian independen atau mencari nasihat independen sehubungan dengan masalah apa pun yang tercantum pada artikel ini.