Market Update 28 Agustus 2023

writter Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah

Pasar Amerika: Saham Teknologi Menguat

Laporan pendapatan perusahaan teknologi besar di AS seperti NVIDIA melampaui prakiraan pada kuartal ke-2 tahun 2023. Hal ini menjadi sentimen positif sektor teknologi yang terdorong oleh antusiasme perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

Menurut Bloomberg, indeks NASDAQ yang sarat akan teknologi berhasil bergerak rebound; menguat selama sepekan setelah terjadi pelemahan pada pekan sebelumnya. Investor juga mengimbangi adanya Simposium Jackson Hole pada akhir pekan yang memberikan The Fed petunjuk langkah selanjutnya terhadap kebijakan moneter. Hal tersebut menjadi penekan indeks S&P 500.

Pasar obligasi AS bergerak positif setelah mengalami tren negatif dalam pekan sebelumnya dengan imbal hasil obligasi yang terpantau turun. Selanjutnya, investor kembali mencerna pidato Jerome Powell pada Simposium Jackson Hole yang tetap “bersiap” untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut ”jika diperlukan”. Powell menyampaikan tugas The Fed adalah menurunkan inflasi mencapai sasaran di 2%, tidak berubah dari target sebelumnya.

Pasar Eropa: ECB Mulai Mengkaji untuk Menahan Tingkat Suku Bunga

HCOB Eurozone Manufacturing PMI naik lebih daripada yang diprakirakan. ECB pun dikabarkan sedang mengkaji untuk berhenti menaikkan suku bunga. Kedua hal ini pun menjadi sentimen positif selama sepekan menurut yang diberitakan Bloomberg.

Mayoritas indeks saham utama di Eropa menguat, meskipun tetap sedikit tertahan akibat sentimen aksi tunggu pidato para pejabat ekonomi dan bank sentral di Jackson Hole. Investor juga mencermati kinerja saham produsen chip NVIDIA yang berbasis di California (AS) setelah kuartal pertama mencatat performa luar biasa.

Sementara itu, saham-saham teknologi Eropa menguat minggu lalu karena Microsoft mengakuisisi Blizzard, perusahaan raksasa game Inggris; serta pengajuan perusahaan chip Arm untuk listing di Nasdaq, AS. Selanjutnya data tingkat inflasi Eropa akan menjadi fokus investor dalam pekan ini.

Pasar Asia: Kebijakan Suku bunga yang Tidak Sesuai

Bank-bank Cina memangkas suku bunga pinjaman lebih kecil daripada yang diharapkan. Selain itu, mereka juga tidak memangkas bunga acuan untuk KPR.

Suku bunga pinjaman utama satu tahun diturunkan 10 basis poin dari 3,55% menjadi 3,45%; sebuah pemotongan yang lebih kecil daripada yang diprakirakan oleh sebagian besar ekonom yang disurvei Bloomberg.

Sementara itu, suku bunga 5 tahun—yang menjadi acuan untuk KPR—tetap pada 4,2% sesuai data dari Bank Sentral Cina (PBOC).

Banyak ekonom memprakirakan pemotongan sebesar 15 basis poin. Hal tersebut membuat Goldman Sachs Inc. mulai menghindari saham-saham yang ditransaksikan di Bursa Cina dan menilai ada potensi penurunan harga, sampai Beijing benar-benar mengeluarkan kebijakan yang kuat untuk mengatasi perlambatan ekonomi dan kehancuran di sektor properti.

Dalam pekan ini investor akan menanti data Caixin China PMI Manufaktur dengan survei Bloomberg yang kembali turun di zona kontraksi.

Pasar Indonesia: Pasar Saham Menguat Karena Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI)

Pasar obligasi terkoreksi tipis mengiringi terkoreksinya pasar obligasi Amerika. Imbal hasil obligasi acuan tenor 10 tahun Indonesia pun naik. Investor secara global menanti petunjuk baru mengenai masa depan tingkat suku bunga The Fed pada pidato Jerome Powell di Simposium Jackson Hole sembari mencerna beragam komentar pejabat The Fed yang cenderung menginginkan suku bunga tetap tinggi.

Sementara itu, pasar saham menguat selama sepekan. IHSG naik karena saham-saham sektor energi dan material dasar mengalami tren positif di tengah naiknya harga komoditas akibat gangguan distribusi di Kanal Panama dan permintaan yang meningkat di seluruh dunia.

Nilai tukar rupiah terdepresiasi tipis selama sepekan, melanjutkan tren negatif selama 7 pekan terakhir. Meskipun demikian, depresiasi nilai tukar rupiah mulai menipis setelah adanya capital inflow yang mulai terjadi di pasar saham dan obligasi.

Hasil RDG Bank Indonesia yang menetapkan suku bunga dan membuat instrumen baru, yakni Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebagai alat intervensi menjadi katalis positif.


SMBC Indonesia tidak bertanggung jawab atas pernyataan apa pun sehubungan dengan keakuratan atau kelengkapan informasi yang terkandung pada artikel ini atau atas kehilangan atau kerusakan yang timbul dari penggunaan isi artikel ini.
Informasi yang terkandung dalam artikel ini adalah informasi publik, tidak dimaksudkan dan tidak seharusnya menjadi dasar pengambilan keputusan. Pengguna tidak boleh menyalin atau menggunakan isi artikel ini untuk tujuan apa pun atau mengungkapkan isinya kepada orang lain tanpa persetujuan sebelumnya dari SMBC Indonesia. Isi artikel ini dapat berubah tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Pengguna disarankan untuk menilai kemampuan sendiri dalam menanggung risiko keuangan dan lainnya terkait investasi atau produk apa pun, dan untuk membuat penilaian independen atau mencari nasihat independen sehubungan dengan masalah apa pun yang tercantum pada artikel ini.