Market Update 26 Mei 2025

writter Lanjar Nafi

Pasar Amerika: Wall Street Dihantam Ketidakpastian Fiskal dan Retorika Dagang

Wall Street membuka minggu lalu dengan semangat tinggi, meski sempat diguncang oleh keputusan Moody’s yang menurunkan prospek peringkat kredit Amerika Serikat. Pasar memang bereaksi negatif di awal, akan tetapi sentimen itu cepat mereda.

Investor tampaknya sudah mengantisipasi kabar tersebut, sehingga perhatian pun kembali tertuju pada fundamental ekonomi. Indeks-indeks utama seperti Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq justru berhasil mencatat kenaikan tipis.

Meski demikian, optimisme itu tidak bertahan lama. Semakin dalam minggu berjalan, awan gelap mulai menyelimuti pasar. Lonjakan tajam imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat menjadi perhatian besar, dipicu kekhawatiran atas proposal pemotongan pajak dari Donald Trump.

Banyak pihak menilai rencana ini bisa memperlebar defisit anggaran hingga 5 triliun dolar Amerika. Ketegangan fiskal ini langsung memicu aksi jual besar-besaran di pasar saham, dengan hari Rabu tercatat sebagai hari terburuk dalam sebulan terakhir.

Berbagai saham teknologi dan perusahaan kecil menjadi korban paling parah, sementara volatilitas pasar melonjak tajam. Penurunan minat terhadap lelang obligasi pemerintah juga mempertegas kekhawatiran akan kesehatan fiskal Amerika Serikat.

Puncak tekanan terjadi menjelang akhir pekan. Presiden Trump kembali memanaskan suasana dengan wacana mengenakan tarif 50% terhadap barang-barang asal Eropa. Retorika dagang yang memanas ini mengguncang pasar dan menutup minggu dengan nada pahit: ketiga indeks utama mencatat kerugian mingguan lebih dari 2%.

Pasar Eropa: Ketidakpastian Global Warnai Pergerakan Pasar Saham

Pasar saham Eropa bergerak naik turun sepanjang pekan lalu, mencerminkan betapa rapuhnya sentimen investor di tengah berbagai kabar global yang datang silih berganti. Pekan dibuka dengan awan kelabu: Moody’s menurunkan prospek kredit Amerika Serikat, sementara data ekonomi dari Tiongkok menunjukkan tanda-tanda perlambatan.

Kombinasi di atas langsung menekan sektor mewah: berbagai saham seperti Hermes dan Burberry ikut terseret karena kekhawatiran bahwa permintaan global, terutama dari Asia, akan melemah. Di sisi lain, sektor perbankan justru menemukan pijakan, BNP Paribas, misalnya, menguat setelah mengumumkan rencana pembelian kembali sahamnya (buyback).

Meski demikian, tidak semua berita buruk. Selasa membawa angin segar. Saham sektor utilitas dan telekomunikasi memimpin kebangkitan pasar, dengan Vodafone mencuri perhatian setelah mengungkap arus kas yang kuat.

Dari sisi geopolitik, keputusan pemerintahan Trump untuk mencabut larangan proyek angin lepas pantai juga memberi dorongan positif bagi sektor energi terbarukan. Tambahan dukungan datang dari langkah Tiongkok yang memangkas suku bunga, memberi harapan akan stimulus lebih lanjut. Berbagai saham mewah pun perlahan pulih, mengikuti sentimen itu.

Sayangnya, euforia tersebut tak bertahan lama. Di pertengahan pekan, pasar kembali diterpa kekhawatiran: inflasi Inggris yang belum jinak, negosiasi dagang Amerika Serikat yang masih jalan di tempat, serta laporan keuangan perusahaan yang hasilnya tidak konsisten. Semua itu membuat investor kembali waspada.

Kamis menjadi hari sulit, ketika data PMI dari zona Euro menunjukkan perlambatan aktivitas bisnis. Kekhawatiran bertambah setelah muncul kabar soal rencana pemotongan pajak besar-besaran di Amerika Serikat yang memicu keraguan tentang keberlanjutan fiskal negara tersebut.

Namun, pasar mendapat sedikit pelipur lara pada Jumat. Imbal hasil obligasi menurun memberi napas lega bagi ekuitas dan data ekonomi dari Inggris dan Jerman keluar lebih baik daripada perkiraan. Indeks STOXX 600 akhirnya ditutup di zona hijau, didorong oleh lonjakan saham AJ Bell dan Michelin.

Pasar Asia: Bergerak Hati-hati di Tengah Data Ekonomi yang Lesu

Pergerakan pasar Asia pada awal minggu cenderung datar, dipengaruhi oleh data ekonomi yang kurang menggembirakan. Penjualan ritel pada bulan April hanya tumbuh 5,1% secara tahunan, masih di bawah ekspektasi pasar.

Sementara itu, harga rumah baru juga stagnan meski pemerintah sudah berupaya memberikan stimulus. Akibatnya, indeks Shanghai Composite dan Shenzhen Component hanya bergerak tipis, mencerminkan kehati-hatian para investor yang masih waspada terhadap pemulihan sektor properti yang lemah serta investasi yang belum bangkit.

Namun, suasana mulai berubah pada hari Selasa dan Rabu. Bank sentral Tiongkok memutuskan memangkas suku bunga pinjaman acuan untuk pertama kalinya sejak Oktober lalu. Kebijakan pelonggaran ini disambut positif, terutama oleh sektor kesehatan, konsumen, dan kendaraan listrik.

Indeks Hang Seng melonjak 1,3%, sementara indeks blue chip Tiongkok CSI300 menguat 0,6%. Sentimen ini makin kuat dengan debut apik perusahaan baterai CATL di bursa Hong Kong serta kabar baik dari negosiasi tarif dengan Amerika Serikat. Berbagai saham di sektor baterai, pertambangan, dan teknologi pun ikut mengangkat pasar pada pertengahan minggu.

Pada akhir pekan, sentimen eksternal kembali menekan pasar. Kekhawatiran terhadap prospek ekonomi Amerika Serikat yang suram dan meningkatnya beban utang membuat banyak investor mengambil untung.

Meskipun bank sentral Tiongkok berusaha menambah likuiditas dan menurunkan batas atas suku bunga simpanan agar konsumsi bisa terdorong, pasar tetap lesu. Indeks Shanghai Composite dan Shenzhen Component sama-sama turun hampir 1% pada hari Jumat, menutup pekan dengan koreksi setelah dua hari berturut-turut mengalami tekanan.

Pasar Indonesia: Tetap Tangguh di Tengah Sentimen dan Tekanan Eksternal

Awal pekan lalu, pasar Indonesia dibuka dengan suasana positif. Meredanya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, ditambah ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia, membuat IHSG dan LQ45 langsung menguat.

Berbagai saham besar seperti BBCA, TLKM, dan BMRI jadi andalan penguatan ini. Di sisi lain, pasar obligasi juga menunjukkan tren positif dengan imbal hasil obligasi sepuluh tahun yang turun, sementara rupiah mulai menguat seiring harapan stabilitas nilai tukar dan suku bunga.

Meski demikian, semangat itu sempat sedikit terganggu di pertengahan pekan. Muncul kekhawatiran terkait varian baru Covid-19 di Asia, ditambah data fiskal yang kurang menggembirakan termasuk penurunan pendapatan negara hingga 12,4% yoy membuat pasar agak hati-hati.

Suasana pun kembali membaik pada hari Rabu, setelah Bank Indonesia resmi menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,50%. Keputusan ini sesuai dengan ekspektasi pasar dan jadi sentimen positif yang mendorong penguatan pasar saham dan obligasi, serta memperkuat rupiah yang berhasil menembus level di bawah Rp16.400 per dolar Amerika Serikat.

Memasuki akhir pekan, sentimen pasar cenderung netral sampai positif, meski ada tekanan dari revisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi dan defisit neraca pembayaran kuartal I tahun 2025. Perlambatan pertumbuhan uang beredar (M2) justru menjadi sinyal positif karena menandakan tekanan inflasi mulai berkurang, sehingga ruang untuk kebijakan moneter yang akomodatif tetap terbuka.

Pasar saham pun menguat kembali di penutupan pekan, imbal hasil obligasi turun, dan rupiah melonjak tajam ke level Rp16.222 per dolar Amerika Serikat setelah Kementerian Keuangan RI melaporkan surplus APBN serta lonjakan pendapatan negara.


SMBC Indonesia tidak bertanggung jawab atas pernyataan apa pun sehubungan dengan keakuratan atau kelengkapan informasi yang terkandung pada artikel ini atau atas kehilangan atau kerusakan yang timbul dari penggunaan isi artikel ini.
Informasi yang terkandung dalam artikel ini adalah informasi publik, tidak dimaksudkan dan tidak seharusnya menjadi dasar pengambilan keputusan. Pengguna tidak boleh menyalin atau menggunakan isi artikel ini untuk tujuan apa pun atau mengungkapkan isinya kepada orang lain tanpa persetujuan sebelumnya dari SMBC Indonesia. Isi artikel ini dapat berubah tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Pengguna disarankan untuk menilai kemampuan sendiri dalam menanggung risiko keuangan dan lainnya terkait investasi atau produk apa pun, dan untuk membuat penilaian independen atau mencari nasihat independen sehubungan dengan masalah apa pun yang tercantum pada artikel ini.