Market Update 26 Februari 2024

writter Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah

Pasar Amerika: The Fed Lebih Cemas terhadap Risiko Penurunan Suku Bunga Terlalu Cepat

Risalah rapat terbaru dari Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 30-31 Januari 2024 mengungkapkan bahwa sebagian besar pejabat Bank Sentral Amerika atau Federal Reserve (The Fed) lebih cemas akan risiko penurunan suku bunga terlalu cepat daripada membiarkannya tetap tinggi dan berpotensi merusak ekonomi.

Mereka memandang perlu adanya bukti lebih lanjut bahwa inflasi benar-benar menuju target 2% sebelum memutuskan untuk menurunkan suku bunga. Ada kekhawatiran bahwa kemajuan menuju target tersebut bisa terhenti. Secara keseluruhan risalah tersebut memperkuat ekspektasi bahwa biaya pinjaman akan tetap tinggi di masa depan.

Di sisi lain, pasar saham dan obligasi Amerika tetap menguat, terutama saham-saham teknologi yang terkait dengan perkembangan kecerdasan buatan (AI), juga harga obligasi yang pulih setelah terprosok di pekan sebelumnya. Pekan ini investor akan memperhatikan data Pertumbuhan Domestik Bruto (GDP) dan Pengeluaran Konsumsi Personal (PCE).

Pasar Amerika Market Update 26 Februari 2024
Pasar Eropa: Kenaikan CAC 40 & DAX, FTSE Stabil Pertimbangan Stimulus Ekonomi dan Data Inflasi

Di pasar Eropa terjadi pergerakan yang beragam. Indeks CAC 40 di Prancis dan DAX di Jerman mengalami kenaikan lebih dari 1%, sementara FTSE di Inggris mengalami pergerakan moderat. Penurunan kinerja sektor manufaktur di zona Eropa yang menjauhi teritori ekspansi membuat investor yakin kebijakan stimulus ekonomi lebih lanjut mungkin diperlukan.

Data yang menunjukkan tingkat inflasi zona Eropa yang datar, didukung penurunan harga minyak dan gas, juga menjadi faktor positif. Pendapatan dari Standard Chartered menunjukkan peningkatan laba sebelum pajak sebesar 18%, mendorong saham naik 9,8% sebelum mengalami sedikit penurunan.

Sementara itu, kepercayaan konsumen di Inggris mengalami penurunan pada Februari, seperti yang ditunjukkan oleh data survei baru dari GfK pada hari Jumat, yang menyoroti beban inflasi yang lebih tinggi terhadap harapan pemulihan ekonomi, sehingga memberikan sentimen negatif. Selanjutnya, investor akan menantikan data Indeks Keyakinan Konsumen di zona Eropa untuk mendapatkan gambaran lebih lanjut mengenai outlook konsumen di wilayah tersebut.

Pasar Eropa Market Update 26 Februari 2024
Pasar Asia: Tiongkok Melonggarkan Kebijakan Moneter untuk Mendukung Sektor Properti

Sektor properti, teknologi, dan kesehatan di Tiongkok berhasil membantu kenaikan indeks Hang Seng dan indeks utama di Tiongkok—melanjutkan tren penguatan. Langkah ini juga sejalan dengan upaya People’s Bank of China (PBOC) dalam mendukung pemulihan sektor properti. PBOC mengumumkan penurunan suku bunga pinjaman hipotek lima tahun sebesar 25 basis poin, tindakan terbesar sejak 2019, sebagai langkah untuk mendukung sektor properti yang sedang mengalami masalah.

Penurunan tersebut diharapkan dapat meningkatkan permintaan akan apartemen yang mengalami kelesuan dan memberikan stimulus yang lebih kuat pada perekonomian secara keseluruhan. Meskipun beberapa pihak menganggap penurunan tingkat suku bunga ini terlambat, langkah ini menunjukkan komitmen Tiongkok dalam menghadapi tantangan ekonomi yang ada. Penurunan 5-Year Loan Prime Rate menjadi 3,95% (sebelumnya 4,20%) merupakan upaya yang signifikan untuk mendorong aktivitas ekonomi di sektor properti.

Pasar Asia Market Update 26 Februari 2024
Pasar Indonesia: Obligasi Menguat & Rupiah Terapresiasi

Pasar saham tersengat oleh sentimen global terkait arah kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed) setelah data inflasi yang tidak sesuai harapan, sementara investor menunggu hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia dan situasi politik domestik yang kondusif.

Di sisi lain pasar obligasi menguat, dengan imbal hasil obligasi acuan tenor 10 tahun turun sebesar 5,3 basis poin, mengalami penurunan mingguan pertama setelah dua minggu terakhir. Langkah intervensi yang diumumkan oleh Bank Indonesia pada RDG bulan Februari 2024 menjadi faktor utama dalam penguatan pasar obligasi. Rupiah juga mengalami apresiasi sebesar 0,16% selama minggu tersebut, mengalami penguatan mingguan beruntun sepanjang bulan Februari 2024.

Sentimen dari dalam negeri cenderung positif selama seminggu terakhir, dengan keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan selama 4 bulan berturut-turut guna mendukung nilai tukar yang masih rentan. Pertumbuhan kredit perbankan yang melonjak memberikan optimisme bahwa tahun ini dapat menjadi periode yang cerah bagi ekonomi, terutama setelah pemilu selesai dan dengan adanya perbaikan ekonomi global.

Meskipun pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) masih rendah, likuiditas yang tersimpan dalam Surat Berharga Negara (SBN) memberikan peluang untuk dialihkan ke sektor riil, yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi domestik.

Proyeksi pertumbuhan kredit oleh Bank Indonesia tahun ini berada di kisaran 10%-12%, dengan potensi pencapaian di batas atas, didukung oleh likuiditas yang masih longgar dan perkiraan meningkatnya permintaan kredit. Penerimaan pajak pada Januari 2024 mencapai Rp149,25 triliun, setara dengan 7,5% dari target APBN. Pekan ini data tingkat Inflasi dan kinerja sektor manufaktur akan dinanti oleh investor.

Di bawah ini adalah Reksa Dana Pendapatan Tetap atau Reksa Dana Obligasi yang memiliki total return di atas 5% dalam satu tahun terakhir berdasarkan data Bloomberg per 23 Februari 2024.

  • Schroder Dana Mantap Plus II (+5.74%)

  • Ashmore Dana Obligasi Nusantara (+5.54%)

  • Manulife Obligasi Negara Indonesia II Kelas A (+5.46%)

Pasar Indonesia Market Update 26 Februari 2024

SMBC Indonesia tidak bertanggung jawab atas pernyataan apa pun sehubungan dengan keakuratan atau kelengkapan informasi yang terkandung pada artikel ini atau atas kehilangan atau kerusakan yang timbul dari penggunaan isi artikel ini.
Informasi yang terkandung dalam artikel ini adalah informasi publik, tidak dimaksudkan dan tidak seharusnya menjadi dasar pengambilan keputusan. Pengguna tidak boleh menyalin atau menggunakan isi artikel ini untuk tujuan apa pun atau mengungkapkan isinya kepada orang lain tanpa persetujuan sebelumnya dari SMBC Indonesia. Isi artikel ini dapat berubah tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Pengguna disarankan untuk menilai kemampuan sendiri dalam menanggung risiko keuangan dan lainnya terkait investasi atau produk apa pun, dan untuk membuat penilaian independen atau mencari nasihat independen sehubungan dengan masalah apa pun yang tercantum pada artikel ini.