Wall Street menguat secara mingguan, meskipun sempat tertekan pada awal pekan akibat penurunan saham teknologi dan ekspektasi pemangkasan suku bunga yang lebih besar—yang mana mengindikasikan perlambatan ekonomi.
Saham teknologi seperti Apple dan Nvidia menjadi kontributor utama setelah muncul kekhawatiran dari institusi keuangan mengenai permintaan iPhone 16 dan cip komputer yang lebih rendah dari ekspektasi.
The Fed mengumumkan pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps). Mereka menjelaskan keputusan tersebut berdasarkan data ekonomi yang menunjukkan kebijakan moneter sebelumnya sudah “cukup ketat”, akan tetapi kini waktunya beralih ke kebijakan yang “lebih netral”.
Menjelang akhir pekan, pasar mulai mengapresiasi pemangkasan suku bunga 50 bps ini, terutama setelah Ketua The Fed, Jerome Powell, mengatakan ekonomi AS tetap kuat. Beliau juga menegaskan bahwa bank sentral akan mempertimbangkan kecepatan yang tepat untuk pemotongan suku bunga di masa mendatang.
Pasar saham Eropa cenderung bergerak moderat di tengah kehati-hatian investor menunggu keputusan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed), yang dijadwalkan berlangsung seminggu setelah keputusan pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral Eropa (ECB).
Meski demikian, menjelang akhir pekan, pasar saham di Eropa berbalik menguat setelah The Fed memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps). Penguatan ini didorong oleh komentar ketua The Fed yang menyampaikan pandangan optimis mengenai prospek ekonomi AS, sehingga memberikan sentimen positif bagi investor.
Mayoritas indeks utama di Asia mencatatkan penguatan selama sepekan. Saham-saham di Tiongkok mengalami kenaikan setelah pasar dibuka kembali pasca libur. Sementara itu, investor menanti potensi penurunan suku bunga di AS.
Meskipun data ekonomi Tiongkok yang dipublikasikan minggu lalu beragam, para pedagang lebih fokus pada prospek pelonggaran kebijakan moneter oleh Federal Reserve AS. Pemangkasan suku bunga di AS diharapkan memberikan lebih banyak ruang bagi bank sentral Tiongkok untuk melonggarkan kebijakan moneter mereka, sekaligus mempersempit selisih suku bunga antara kedua negara.
Indeks Hang Seng, yang didominasi oleh saham-saham teknologi, mencatat penguatan signifikan karena pemangkasan suku bunga The Fed diharapkan dapat menurunkan biaya pinjaman, yang mendukung ekspansi sektor teknologi.
Pasar saham mengalami tekanan, sementara itu pasar obligasi dan nilai tukar rupiah justru menunjukkan penguatan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penurunan sebesar 0,88% dengan penurunan tajam terjadi pada hari Jumat, yang menghapus optimisme terkait pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) dan Federal Reserve (The Fed).
Sentimen negatif utama yang memengaruhi pasar adalah keluarnya saham BREN dari Indeks FTSE Large Cap, yang menyebabkan harga saham tersebut jatuh hingga 20% pada akhir pekan. Mengingat bobot BREN yang cukup besar, hal ini memberikan dampak signifikan terhadap penurunan IHSG.
Di sisi lain pasar obligasi mengalami tren penguatan dengan imbal hasil obligasi acuan tenor 10 tahun turun sebesar 13,3 basis poin. Sentimen positif di pasar obligasi dipicu oleh pemangkasan suku bunga oleh BI dan The Fed. BI memangkas suku bunga sebesar 25 bps ke level 6,00%, sedangkan The Fed mengambil langkah yang lebih besar dengan pemangkasan 50 bps ke 5,00%.
Meskipun pemangkasan suku bunga The Fed yang lebih agresif menimbulkan kekhawatiran tentang kondisi ekonomi AS, hal ini justru menyebabkan permintaan dolar AS menurun. Akibatnya, investor beralih ke pasar negara berkembang seperti Indonesia untuk mencari imbal hasil yang lebih tinggi
Penguatan rupiah juga menjadi sorotan dengan nilai tukar menguat 1,62% dalam sepekan. Selain itu, arus masuk dana asing ke pasar saham reguler Indonesia tercatat lebih dari Rp5 triliun, menambah sentimen positif di pasar obligasi dan mata uang.