Market Update 22 Juli 2025

writter Lanjar Nafi

Pasar Amerika: Wall Street Kebal Gejolak Politik, Sektor Teknologi Pimpin Penguatan

Pasar saham Amerika  melewati pekan yang penuh gejolak dengan hasil yang cukup memuaskan, terutama bagi investor di sektor teknologi. Sepanjang minggu, investor seakan diajak bermain roller coaster emosi oleh ancaman tarif baru dari Presiden Donald Trump terhadap Uni Eropa dan Meksiko, serta drama menegangkan seputar rumor pemecatan Chairman The Fed, Jerome Powell. Namun, alih-alih panik, pasar menunjukkan sikap yang lebih dewasa dan mulai “kebal” terhadap rentetan berita politik. Fokus investor kini bergeser dari sekadar merespons ancaman menjadi mencari bukti nyata dampak kebijakan tersebut pada data ekonomi dan kinerja perusahaan.

Pekan kemarin menjadi ajang pembuktian penting, dan data yang dirilis memberikan gambaran yang beragam tapi meyakinkan. Meskipun data inflasi menunjukkan kenaikan harga akibat tarif, laporan penjualan ritel yang kuat pada hari Kamis seakan menjadi penawar, mengindikasikan bahwa konsumen Amerika masih percaya diri untuk berbelanja. Di sisi lain, musim laporan keuangan yang baru dimulai juga memberikan sinyal positif. Walaupun kinerja saham perbankan cenderung fluktuatif, laporan optimistis dari raksasa seperti PepsiCo, United Airlines, dan terutama produsen cip akal imitasi (AI) global TSMC, berhasil menyuntikkan energi positif dan mendorong Nasdaq mencetak rekor penutupan tertinggi berulang kali.

Menjelang akhir pekan, pasar tampak sedikit mengambil napas setelah reli yang kuat, ditutup nyaris datar pada hari Jumat di tengah kabar ancaman tarif baru lainnya. Secara keseluruhan, indeks S&P 500 dan Nasdaq berhasil menutup pekan dengan penguatan masing-masing 0,59% dan 1,5%, sementara Dow Jones sedikit terkoreksi 0,07%. Pekan kemarin membuktikan bahwa meskipun bayang-bayang perang dagang masih ada, fundamental ekonomi yang solid dan kinerja korporasi yang kuat, khususnya di sektor teknologi, mampu menjadi fondasi kokoh bagi Wall Street untuk tetap bergerak maju.

Pasar Eropa: Terombang-ambing Antara Ancaman Tarif dan Laporan Laba

Pasar saham Eropa melewati pekan yang penuh ketidakpastian, di mana sentimen investor ditarik ulur antara dua katalis utama: ancaman tarif dari Amerika Serikat dan dimulainya musim laporan keuangan kuartalan. Pada awal pekan, bayang-bayang perang dagang begitu terasa ketika ancaman tarif 30% dari Presiden Amerika Serikat secara khusus menghantam saham-saham sektor otomotif yang sensitif. Ketidakpastian ini terus menjadi latar belakang yang menekan pasar, membuat investor cemas menanti kejelasan dari perundingan dagang yang berlangsung di Washington.

Puncak ketegangan terasa di pertengahan pekan ketika pasar diguncang oleh katalis negatif ganda. Peringatan laba dari produsen mobil Renault dan prospek pertumbuhan yang mengecewakan dari raksasa teknologi ASML menjadi pukulan telak yang menyeret turun indeks secara luas. Drama pasar semakin menjadi-jadi dengan adanya laporan sesaat bahwa Trump mempertimbangkan untuk memecat pimpinan The Fed. Namun, pasar membuktikan ketahanannya keesokan harinya. Laporan kinerja yang sangat solid dari perusahaan industri seperti ABB dan Legrand, ditambah sentimen positif dari rekor laba produsen chip global TSMC, berhasil membalikkan keadaan dan memicu reli kuat.

Menjelang akhir pekan, fokus investor semakin tajam pada kinerja masing-masing perusahaan, dengan reaksi pasar yang sangat tegas. Laporan keuangan yang mengecewakan langsung dihukum dengan penurunan tajam, seperti yang dialami Epiroc dan Electrolux. Sebaliknya, berita positif seperti kenaikan proyeksi dari Saab atau peningkatan peringkat untuk Vestas disambut dengan lonjakan harga saham. Pekan ini pun ditutup dengan penurunan mingguan yang tipis, memberikan pelajaran bahwa di tengah kebisingan politik, katalis yang paling berpengaruh bagi investor saat ini adalah fundamental nyata: data laba perusahaan dan bagaimana mereka menavigasi prospek bisnis di tengah tantangan global.

Pasar Asia: Pasar Tiongkok Tutup Pekan dengan Optimis

Pasar Asia memulai pekan kemarin dengan nada yang sangat hati-hati. Meskipun data perdagangan menunjukkan angka ekspor yang lebih baik dari perkiraan, para investor menahan diri sambil menunggu rilis data PDB kuartal kedua. Sentimen pasar semakin tertekan oleh kekhawatiran yang terus-menerus mengenai sektor properti yang melemah, dengan data menunjukkan penurunan investasi dan harga rumah baru. Akibatnya, pergerakan pasar pada awal minggu cenderung stagnan, mencerminkan tarik-menarik antara berita ekonomi yang positif dan kekhawatiran yang membayangi.

Namun, suasana pasar berubah secara signifikan menjelang akhir pekan. Katalis utama datang dari dua sumber penting. Pertama, Citigroup menaikkan peringkat saham Tiongkok menjadi overweight, mengutip potensi pendapatan yang lebih baik dan tren pertumbuhan yang kuat. Kedua, ketegangan perdagangan sedikit mereda setelah muncul laporan Presiden Amerika Serikat melunakkan retorikanya dan berupaya untuk mencapai kesepakatan dagang dengan Tiongkok. Perkembangan positif ini secara efektif meredakan kekhawatiran investor dan memicu kembali minat beli di pasar.

Menutup pekan dengan optimisme, pasar saham Tiongkok membukukan kenaikan yang solid. Pendorong utama di akhir pekan adalah antusiasme yang meningkat di sektor akal imitasi (AI). Harapan ini dipicu oleh berita bahwa Nvidia akan melanjutkan pengiriman chip AI H20 ke Tiongkok, sebuah langkah yang diperkuat oleh pertemuan antara CEO Nvidia dan Menteri Perdagangan Tiongkok. Kombinasi antara sentimen perdagangan yang membaik dan prospek cerah di sektor teknologi tinggi berhasil mengangkat pasar dan mengakhiri minggu dengan catatan yang sangat positif.

Pasar Indonesia: IHSG Berbalik Optimis Berkat Katalis Global

Pasar keuangan Indonesia melewati pekan penuh gejolak dengan sentimen yang silih berganti, mencerminkan tarik-menarik antara kabar domestik dan dinamika global. Awal pekan dibuka dengan optimisme tinggi di pasar saham, terutama oleh pengumuman MSCI yang batal mengecualikan saham-saham Grup Barito dari indeksnya. Katalis ini mendorong IHSG menguat signifikan, meskipun pada saat bersamaan indeks LQ45 justru tertekan oleh pelemahan saham-saham perbankan besar. Namun, sentimen positif ini dibayangi kekhawatiran investor terhadap negosiasi perdagangan Amerika Serikat dan kenaikan utang luar negeri Indonesia yang membebani rupiah dan pasar obligasi.

Memasuki pertengahan pekan, fokus pasar beralih sepenuhnya ke dalam negeri menantikan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia. Ekspektasi akan adanya penurunan suku bunga berhasil menjaga mood positif di pasar, mendorong kenaikan IHSG dan LQ45. Puncaknya, Bank Indonesia benar-benar memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Namun, respons pasar ternyata di luar dugaan. Alih-alih disambut euforia, keputusan ini justru direspons beragam. IHSG memang masih menguat, tapi aksi jual investor asing yang masif sebesar Rp1,10 triliun membuat saham-saham unggulan dan nilai tukar rupiah melemah, menandakan langkah Bank Indonesia yang dianggap mengejutkan ini belum sepenuhnya meyakinkan pelaku pasar.

Menjelang akhir pekan, sentimen kembali berbalik arah. Euforia dari pemangkasan suku bunga yang sempat tertunda akhirnya terasa, membawa IHSG dan LQ45 melesat naik didorong oleh sektor teknologi dan infrastruktur yang diuntungkan oleh biaya pinjaman lebih rendah. Sebagai penutup pekan, katalis positif datang dari Amerika Serikat setelah pejabat The Fed memberikan sinyal dovish yang kuat, membangkitkan harapan pasar akan pemangkasan suku bunga di Amerika Serikat pada bulan September. Sentimen global ini menjadi penopang utama yang membawa IHSG ditutup di zona hijau, mengakhiri minggu yang penuh drama dengan nada optimis.


SMBC Indonesia tidak bertanggung jawab atas pernyataan apa pun sehubungan dengan keakuratan atau kelengkapan informasi yang terkandung pada artikel ini atau atas kehilangan atau kerusakan yang timbul dari penggunaan isi artikel ini.
Informasi yang terkandung dalam artikel ini adalah informasi publik, tidak dimaksudkan dan tidak seharusnya menjadi dasar pengambilan keputusan. Pengguna tidak boleh menyalin atau menggunakan isi artikel ini untuk tujuan apa pun atau mengungkapkan isinya kepada orang lain tanpa persetujuan sebelumnya dari SMBC Indonesia. Isi artikel ini dapat berubah tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Pengguna disarankan untuk menilai kemampuan sendiri dalam menanggung risiko keuangan dan lainnya terkait investasi atau produk apa pun, dan untuk membuat penilaian independen atau mencari nasihat independen sehubungan dengan masalah apa pun yang tercantum pada artikel ini.