Market Update 22 Juli 2024

writter Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah

Pasar Amerika: Tragedi Trump Tingkatkan Elektabilitas, Tapi Tekan Sektor Teknologi

Tragedi Donald Trump menjadi topik utama yang memicu peningkatan elektabilitas dan jumlah simpatisan Trump. Namun, kejadian ini juga memberikan sentimen negatif terhadap sektor teknologi.

Kebijakan “Trump Trade” yang diusulkan, dengan kenaikan tarif impor, menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya beban bagi perusahaan-perusahaan teknologi yang bergantung pada komponen impor dari Tiongkok dan Taiwan.

Selain itu, banyak investor yang memanfaatkan momen ini untuk melakukan aksi ambil untung, terutama setelah penguatan signifikan di sektor teknologi sejak awal tahun yang dianggap overvalue.

Selanjutnya, investor akan fokus pada data GDP dan PCE sebagai indikator utama dalam memperkirakan masa depan suku bunga The Fed.

Pasar Amerika Update 22 Juli 2024
Pasar Eropa: ECB Tidak Pangkas Suku Bunga

Tingkat inflasi di Eropa tetap flat di tengah harapan pemangkasan suku bunga lanjutan oleh ECB. Pada bulan Juni 2024, inflasi tahunan tidak berubah di level 2,5% dan inflasi bulanan tetap di 0,2%.

Keputusan suku bunga ECB juga tidak mengalami perubahan, dengan ECB Deposit Facility Rate tetap pada level 3,75%. Hal ini mengecewakan para investor yang mengharapkan adanya pemangkasan suku bunga lanjutan untuk menopang pemulihan ekonomi di Eropa.

Ketiadaan perubahan dalam kebijakan moneter ini dianggap tidak memberikan stimulus yang cukup untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat. Akibatnya, mayoritas pasar saham di Eropa mengalami pelemahan. Indeks DAX di Jerman dan CAC40 di Prancis mencatat penurunan terbesar, mencerminkan sentimen negatif di kalangan investor.

Pasar Eropa Update 22 Juli 2024
Pasar Asia: Indeks Tiongkok Rebound Pasca Kebijakan Komite Sentral

Pelemahan signifikan terjadi pada Indeks Hang Seng di Hong Kong, yang sebagian besar didorong oleh penurunan berbagai saham teknologi. Saham-saham seperti Tencent, Alibaba, dan Meituan mengalami penurunan yang tajam, mencerminkan kekhawatiran investor terkait peningkatan tekanan dari kebijakan perdagangan AS di bawah Trump Trade. Kebijakan ini menargetkan eksportir komponen sektor teknologi yang beroperasi di Asia, khususnya Hong Kong, sehingga menambah beban pada sentimen pasar.

Selain itu, pelemahan juga terlihat pada indeks Nikkei di Jepang. Saham-saham di sektor teknologi Jepang, termasuk perusahaan seperti Sony, Panasonic, dan Toshiba; turut tertekan oleh meningkatnya kekhawatiran akan dampak negatif dari kebijakan perdagangan Amerika Serikat.

Sementara itu, di Tiongkok indeks utama justru mengalami rebound setelah adanya optimisme dari langkah kebijakan lanjutan yang diumumkan pada sesi pleno ketiga dari Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok. Kebijakan ini diharapkan dapat merespons data GDP Tiongkok yang meleset dari perkiraan.

Untuk kuartal kedua tahun 2024, GDP Tiongkok tercatat sebesar 4,7%, yang menunjukkan penurunan tahunan dari 5,3% pada periode sebelumnya. Angka ini juga berada di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan GDP akan tumbuh sebesar 5,1%.

Pasar Asia Update 22 Juli 2024
Pasar Indonesia: Rupiah Depresiasi, Neraca Perdagangan Masih Surplus

Pasar saham terkoreksi 0,45% yang merupakan penurunan mingguan pertama sejak 4 minggu terakhir. Pasar obligasi pun terkoreksi dengan imbal hasil acuan naik 0.7 basis poin mengiringi terdepresiasinya nilai tukar rupiah sebesar 0,32%.

Sentimen global mendominasi selama sepekan setelah tragedi Donald Trump justru membuat elektabilitasnya meningkat tajam. Sehingga, kekhawatiran kebijakan tarif dan Trump Trade dapat meningkatkan USD terhadap mata uang mitra dagang dan negara berkembang.

Sentimen positif dalam negeri mengenai neraca perdagangan Indonesia yang masih catatkan surplus selama 50 bulan berturut-turut dan hasil RDG Bank Indonesia yang kembali penuh optimisme gagal mendorong optimisme pasar.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor Indonesia pada Juni 2024 mencapai $20,84 miliar, naik 1,17% (yoy) didorong oleh ekspor besi dan baja, nikel, dan tembaga.

Neraca perdagangan Indonesia masih mencatat surplus sebesar $2,39 miliar. Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Juli yang mana keputusan ini sejalan dengan ekspektasi pasar.

BI juga memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal III dan IV 2024 tetap positif dengan rencana peningkatan stimulus fiskal dari 2,3% menjadi 2,7% terhadap PDB dan memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan akan mencapai batas atas kisaran 10%-12% pada 2024.

Pasar Indonesia Update 22 Juli 2024

SMBC Indonesia tidak bertanggung jawab atas pernyataan apa pun sehubungan dengan keakuratan atau kelengkapan informasi yang terkandung pada artikel ini atau atas kehilangan atau kerusakan yang timbul dari penggunaan isi artikel ini.
Informasi yang terkandung dalam artikel ini adalah informasi publik, tidak dimaksudkan dan tidak seharusnya menjadi dasar pengambilan keputusan. Pengguna tidak boleh menyalin atau menggunakan isi artikel ini untuk tujuan apa pun atau mengungkapkan isinya kepada orang lain tanpa persetujuan sebelumnya dari SMBC Indonesia. Isi artikel ini dapat berubah tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Pengguna disarankan untuk menilai kemampuan sendiri dalam menanggung risiko keuangan dan lainnya terkait investasi atau produk apa pun, dan untuk membuat penilaian independen atau mencari nasihat independen sehubungan dengan masalah apa pun yang tercantum pada artikel ini.