Obligasi tertekan sedangkan saham terkonsolidasi menguat setelah Gubernur Fed, Christopher Waller, menunjukkan sikap hati-hati terkait ekspektasi penurunan suku bunga yang berlebihan. Presiden Fed Atlanta, Raphael Bostic, mendorong kebijakan hati-hati, sementara Patrick Harker dari Philadelphia mengharapkan penurunan inflasi ke target.
Saham Morgan Stanley turun karena peringatan tentang margin rendah, sementara Goldman Sachs naik karena laba melebihi perkiraan. Saham Apple naik setelah peningkatan peringkat, sementara prospek saham TSMC memperkuat harapan pemulihan teknologi global.
Data penjualan eceran yang kuat menimbulkan kekhawatiran tentang kebijakan dovish Fed, dan pedagang obligasi mengurangi taruhan penurunan suku bunga Maret. Meskipun klaim pengangguran AS mengejutkan, investor tampak tidak terpengaruh—yang mana pasar saham tetap bergerak positif meski pejabat Fed mencari tanda perlambatan ekonomi. Pekan ini investor akan menanti data Kinerja Sektor Manufaktur, Data PCE Deflator, serta pengeluaran dan pendapatan masyarakat.
Sejumlah pejabat Bank Sentral Eropa atau European Central Bank (ECB) di Davos bersikap hawkish mengenai suku bunga. Hal ini memperingatkan bahwa meskipun ada kemajuan dalam mengatasi inflasi, pasar masih terlalu terburu-buru dalam hal ekspektasi penurunan suku bunga pada musim semi.
Data tingkat inflasi Eropa pada Bloomberg menunjukkan angka inflasi yang relatif flat di level yang cenderung tinggi. Tingkat inflasi secara tahunan tetap di level 2,9% dan inflasi inti secara tahunan tetap di level 3,4%. Hal ini membuat investor cenderung pesimistis dan indeks utama di Eropa bergerak melemah. Selanjutnya, investor akan menunggu data kinerja sektor manufaktur dan keputusan suku bunga ECB.
Bank Rakyat Tiongkok atau People’s Bank of China (PBoC) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga pinjaman kebijakan satu tahunnya pada 2,5%. Hal ini mengejutkan pasar yang mengharapkan pemangkasan suku bunga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Meskipun demikian, PBoC mengalirkan 995 miliar yuan melalui fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF), memberikan suntikan bersih sebesar 216 miliar yuan untuk meningkatkan likuiditas dan memenuhi permintaan pendanaan.
Angka pertumbuhan ekonomi di Tiongkok sebagian besar mengecewakan pasar. Pertumbuhan PDB tahunan Tiongkok mencapai 5,2%, lebih rendah dari konsensus Bloomberg (5,3%) untuk tahun 2023.
Sebagian besar pertumbuhan ini didorong oleh basis yang lebih rendah untuk perbandingan dari tahun 2022. Sebuah ukuran perubahan harga secara luas mencatat penurunan kuartal terpanjang sejak tahun 1999. Harga rumah di Tiongkok mengalami depresiasi terbesar dalam hampir 9 tahun pada Desember. Penurunan harga properti yang berkelanjutan di Tiongkok telah menjadi hambatan utama bagi perekonomian.
Dalam sepekan pasar saham Indonesia kembali mengalami pelemahan sebesar 0,19% untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan 0.53% untuk LQ45. Hal ini dipengaruhi oleh sentimen yang relatif negatif dari data ekonomi Tiongkok yang beragam masih menghantui keyakinan investor.
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada Kuartal IV-2023 yang berada di bawah ekspektasi sehingga menunjukkan hasil yang beragam untuk data ekonomi Tiongkok. Hasil RDG Bank Indonesia yang memilih untuk menahan tingkat suku bunga dan membuka peluang pemangkasan mengikuti Fed gagal meningkatkan optimisme di pasar saham tapi berhasil pada pasar obligasi.
Imbal hasil obligasi tenor 10 tahun sebagai acuan selama sepekan turun 4 basis poin, melanjutkan penurunan pada pekan sebelumnya. Hal ini memberikan indikasi pasar obligasi yang lebih optimis dengan kenaikan harga di mayoritas tenor di tengah terdepresiasinya nilai tukar rupiah untuk 3 pekan beruntun.
Hasil lelang dengan antusiasme yang tinggi berhasil jadi sentimen yang positif. Lelang Surat Utang Negara (SUN) yang dilakukan pada tanggal 16 Januari 2024 mencatat animo yang tinggi dari pelaku pasar dengan total permintaan mencapai Rp67,56 triliun.