Market Update 2 September 2024

writter Lanjar Nafi

Pasar Amerika: Optimisme Investor Mereda di Tengah Penguatan Data Ekonomi AS, Sinyal Hard Landing Semakin Tipis

Optimisme investor terhadap pemangkasan suku bunga mulai mereda setelah penguatan signifikan yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir. Data GDP dan konsumsi pribadi yang dirilis lebih tinggi dari ekspektasi menjadi alasan bagi investor untuk melakukan aksi ambil untung, terutama di tengah harga saham yang sudah cukup tinggi di Wall Street, terutama di sektor teknologi.

GDP Price Index kuartal kedua dirilis pada level 2,5%, yang naik dari 2,3%, sementara ekspektasi tetap di 2,3%. Di sisi lain, Personal Consumption meningkat menjadi 2,9% dari 2,3%, sementara ekspektasi justru turun ke 2,2%. Data ini menegaskan bahwa peluang perekonomian AS untuk memasuki fase hard landing semakin kecil. Minggu ini data ISM Manufaktur dan tingkat pengangguran akan dinanti oleh investor.

Pasar Amerika Update 2 September 2024
Pasar Eropa: Inflasi Inti Eropa yang Lebih Rendah Dorong Optimisme Kebijakan Moneter ECB

Saham-saham di Jerman terus memimpin tren penguatan, seiring dengan mayoritas indeks utama di Eropa yang masih menunjukkan optimisme di kalangan investor. Pergerakan positif ini didorong oleh data terbaru mengenai inflasi inti (CPI Core) tahunan di kawasan tersebut, yang dirilis lebih rendah dari 2,9% turun pada level 2,8%. Angka ini memberikan sinyal tambahan bahwa tekanan inflasi di Eropa mulai mereda, yang pada gilirannya memberikan ruang lebih besar bagi Bank Sentral Eropa (ECB) untuk melanjutkan kebijakan pelonggaran moneter.

Sebelumnya, ECB telah mengambil langkah pemangkasan suku bunga, dan dengan data inflasi yang lebih rendah ini, ada kemungkinan kebijakan tersebut akan diperluas atau diperkuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil di kawasan Eropa.

Pasar Eropa Update 2 September 2024
Pasar Asia: Lonjakan Saham Teknologi Asia Dipimpin Hang Seng dan Nikkei

Saham teknologi di Asia kembali memimpin tren penguatan, dengan Indeks Hang Seng naik lebih dari 2 persen dalam sepekan, diikuti oleh Indeks Nikkei di Jepang. Optimisme terhadap permintaan yang meningkat untuk komponen industri teknologi dari perusahaan-perusahaan di Asia menjadi faktor utama di balik kenaikan ini, didorong oleh lonjakan kinerja sektor teknologi yang signifikan di AS.

Namun, di Tiongkok, pergerakan pasar cenderung lebih moderat setelah UBS Group menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok menjadi 4,6% untuk tahun 2024 dan 4% untuk tahun 2025. Penurunan proyeksi ini disebabkan oleh kemerosotan pasar properti yang lebih dalam dari perkiraan. Ekonom UBS, termasuk Wang Tao, menyatakan bahwa lemahnya aktivitas properti dan kebijakan fiskal yang ketat menjadi hambatan besar bagi pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Meskipun ada pelonggaran kebijakan sejak akhir 2022, dampaknya terhadap pasar properti masih terbatas.

UBS juga memperkirakan bahwa pembangunan baru di sektor properti akan mencapai titik terendah pada pertengahan 2026, dengan pasar properti yang tetap lemah dan tingkat persediaan yang tinggi. Pekan ini, investor akan menantikan data kinerja sektor manufaktur di Tiongkok sebagai indikasi lebih lanjut tentang arah ekonomi negara tersebut.

Pasar Asia Update 2 September 2024
Pasar Indonesia: Pasar Saham dan Obligasi Indonesia Menguat Menuju Level Tertinggi

Pasar saham dan obligasi Indoensia cenderung melanjutkan penguatan secara moderat ke level tertinggi sepanjang masa, didukung oleh arus masuk investor asing yang terus berlanjut menjelang akhir Agustus 2024. IHSG mencatat kenaikan 1,68% dan Indeks LQ45 naik 0,13%, dengan arus masuk investor asing mencapai lebih dari Rp6 triliun. Pasar obligasi juga menguat, di mana imbal hasil acuan tenor 10 tahun turun 0,8 basis poin, sementara rupiah terapresiasi 0,23%.

Namun, sentimen pasar selama sepekan dipengaruhi oleh aksi tunggu investor terhadap data pertumbuhan GDP dan PCE di Amerika Serikat yang menekan optimisme. Bahwa ada kabar positif dari Bloomberg bahwa JPMorgan Chase & Co menambahkan obligasi Indonesia yang jatuh tempo pada Juli 2035 ke dalam indeks GBI-EM Global Diversified, yang merupakan tolok ukur utang negara berkembang berdenominasi mata uang lokal. Pekan ini investor akan menunggu data tingkat inflasi di Indonesia dan indeks kinerja sektor manufaktur sebagai landasan data ekonomi guna memperkirakan arah kebijakan Bank Indonesia mendatang.

Pasar Indonesia Update 2 September 2024

SMBC Indonesia tidak bertanggung jawab atas pernyataan apa pun sehubungan dengan keakuratan atau kelengkapan informasi yang terkandung pada artikel ini atau atas kehilangan atau kerusakan yang timbul dari penggunaan isi artikel ini.
Informasi yang terkandung dalam artikel ini adalah informasi publik, tidak dimaksudkan dan tidak seharusnya menjadi dasar pengambilan keputusan. Pengguna tidak boleh menyalin atau menggunakan isi artikel ini untuk tujuan apa pun atau mengungkapkan isinya kepada orang lain tanpa persetujuan sebelumnya dari SMBC Indonesia. Isi artikel ini dapat berubah tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Pengguna disarankan untuk menilai kemampuan sendiri dalam menanggung risiko keuangan dan lainnya terkait investasi atau produk apa pun, dan untuk membuat penilaian independen atau mencari nasihat independen sehubungan dengan masalah apa pun yang tercantum pada artikel ini.