Ekspektasi konsumen terhadap pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat menurun. Terlihat dari data yang dirilis Bloomberg: Conf. Board Consumer Confidence turun jauh di bawah ekspektasi.
Kondisi ini dikarenakan kenaikan suku bunga yang tinggi mulai terlihat dalam sektor perbankan setelah First Republic Bank mengalami penurunan pada angka Dana Pihak Ketiga pernyaluran kredit yang dilaporkan pada kinerja keuangan kuartal pertama tahun 2023.
Selain itu, data ekonomi yang dirilis selama sepekan juga terlihat tidak cukup baik. Hal ini menggiring naiknya spekulasi investor akan akhir dari era kenaikan suku bunga Amerika, serta percepatan pemangkasan suku bunga di akhir tahun.
Dampaknya, pasar saham dan obligasi bergerak positif selama sepekan. Dari data Bloomberg, GDP Annualized QoQ Amerika turun di bawah ekspektasi dan PCE Core Deflator MoM sebagai indikasi inflasi Amerika tetap tinggi sesuai ekspektasi.
Seluruh data yang dirilis di Eropa lebih buruk dari prakiraan. Menurut data Bloomberg yang dirilis sepekan, Consumer Confidence dan Industrial Confidence tetap berada di zona negatif. Bahkan, GDP SA YoY dirilis lebih buruk dari prakiraan, yakni sebesar 1,3% (turun dari 1,8% dan lebih rendah dari prakiraan sebesar 1,4%).
Sentimen data ekonomi tersebut disinyalir menjadi faktor utama pergerakan pasar saham di Eropa yang cenderung melemah selama sepekan, meskipun mayoritas harga komoditas energi bergerak turun.
Jepang merilis data Industrial Production MoM dan Retail Sales YoY yang sangat positif. Menurut data Bloomberg, keduanya punya perilisan yang lebih baik daripada periode sebelumnya.
Hal tersebut membuat pasar saham Jepang bergerak maju secara optimis di antara pelemahan bursa saham utama di Asia selama sepekan. Sementara itu, di Cina, Investor mencermati data indeks kinerja sektor manufaktur pada data Manufacturing PMI yang mengalami kontraksi di bawah batas level ekspansi.
Menurut pemberitaan Bloomberg, hal ini dapat menjadi sinyal pemulihan ekonomi Cina yang tidak merata, serta menjadi faktor utama pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun 2023 yang tidak sesuai harapan.
Selama sepekan, pasar keuangan Indonesia cenderung optimis meskipun hanya berjalan 3 hari perdagangan pasca-Lebaran.
IHSG naik 1,38% dan Indeks LQ45 naik 1,41%. Bahkan, harga obligasi mayoritas optimis naik, yang terindikasi dari penurunan imbal hasil obligasi acuan tenor 10 tahun yang turun sebesar 13,6 basis poin. Hal ini merupakan penurunan mingguan terbesar sejak Februari 2023.
Hal tersebut tidak luput dari kuatnya nilai tukar rupiah akibat permintaan yang meningkat. Rupiah tercatat terapresiasi 1,18% selama sepekan, yang mana menjadi nilai apresiasi mingguan terbesar sejak Januai 2023.
Antusiasme investor yang tetap tinggi terhadap aksi korporasi emiten, laporan keuangan kuartal pertama, dan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi faktor utama pasca-Lebaran. Aliran masuk dana investor asing pun tercatat lebih dari 3 triliun rupiah selama 3 hari perdagangan dalam pekan ini.
Bekal rasa optimisme hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia menjelang libur panjang membuahkan hasil yang positif, meskipun sentimen global cenderung beragam dari kekhawatiran akan krisis utang di AS hingga pertumbuhan ekonomi AS yang di bawah ekspektasi.