Mayoritas saham teknologi pada indeks NASDAQ tercatat turun selama sepekan. Beberapa faktor utama yang memengaruhinya antara lain:
komentar pejabat The Fed yang selama sepekan cenderung hawkish melihat masa depan suku bunga,
tingkat inflasi keseluruhan Amerika yang lebih tinggi meskipun adanya perlambatan pada tingkat inflasi inti dari sisi konsumen maupun produsen, serta
data ekonomi yang cenderung solid di Amerika dengan penjualan ritel yang tumbuh di bulan Agustus meningkatkan spekulasi bahwa soft landing ekonomi masih dapat terjadi meskipun suku bunga tetap berada di level tinggi dalam waktu yang lebih lama.
Instrumen obligasi juga kembali tertekan selama sepekan dengan imbal hasil obligasi acuan Amerika naik cukup tinggi yang diiringi naiknya permintaan USD. Naiknya spekulasi pada kemungkinan kenaikan suku bunga lanjutan The Fed pada akhir tahun membuat indeks dolar sebagai indikator permintaan USD meningkat.
Pekan ini investor akan menanti hasil pertemuan The Fed yang akan diumumkan pada FOMC hari Kamis menjadi cukup krusial; yang mana investor mengharapkan pernyataan langsung dari The Fed pada kondisi ekonomi dan masa depan tingkat suku bunga AS.
Perkiraan pada tingkat inflasi Eropa yang masih tinggi menghasilkan kenaikan suku bunga yang dilakukan European Central Bank. Pada data Bloomberg, ECB Deposit Facility Rate naik 25 basis poin yang tadinya 3,75% menjadi 4% beserta ECB Marginal Lending Facility dan ECB Main Refinancing Rate yang masing-masing naik 25 basis poin dari 4,50% menjadi 4,75%.
Langkah ECB yang cukup konsisten membuat pasar Eropa cenderung direspons stabil. Harga komoditas energi yang melambung tinggi selama sepekan menjadi pemicu ECB dalam memperkirakan tingkat inflasi Eropa. Selanjutnya pada pekan ini investor akan terfokus pada data tingkat inflasi, tingkat kepercayaan konsumen, dan indeks kinerja sektor manufaktur Eropa.
Sektor industri di Jepang yang membaik dari data Industrial Production MoM dan Tertiary Industry Index MoM menjadi faktor utama naiknya pasar saham dengan optimnis di Jepang. Hal ini seakan melanjutkan tren positif sejak pekan sebelumnya.
Sementara itu, di Hong Kong dan Tiongkok terlihat terkoreksi tipis selama sepekan karena penantian investor terhadap data ekonomi lanjutan dan stimulus People Bank of China (PBoC). Jelang akhir pekan semua itu terjawab positif, yang mana Industrial Production YoY dan Retail Sales YoY naik di atas ekspektasi. Hal ini menandakan adanya perbaikan dari aktivitas produksi sektor industri dan penjualan ritel.
PBoC juga melakukan kebijakan perbankan dengan memangkas data wajib minimum bank guna meningkatkan likuiditas sektor perbankan. Pekan ini, investor akan terfokus pada hasil pertemuan Bank of Japan dalam pembahasan dan pengumuman kebijakan moneter.
Selama sepekan pasar saham menguat sedangkan pasar obligasi tertekan. IHSG naik 0,84% dan LQ45 naik 0,93%. Sementara itu, imbal hasil obligasi acuan tenor 10 tahun Indonesia naik 13.5 basis poin lanjutkan kenaikan pada pekan sebelumnya.
Sentimen positif yang memengaruhi pasar saham selama sepekan di antaranya:
data penjualan mobil meningkat pada bulan Agustus sebagai tanda daya beli yang terjaga,
neraca perdagangan Indonesia surplus untuk 40 bulan beruntun mesikpun nilai ekspor lebih rendah yang menandakan pengendalian impor yang cukup baik dari pemerintah, dan
dukungan sentimen positif dari Tiongkok yang berpotensi membawa imbas positif terhadap indikasi permintaan ekspor bahan baku dari Indonesia ke depannya.
Sementara itu, sentimen negatif yang mengimbangi cenderung berasal dari faktor eksternal terutama pasar Amerika. Selanjutnya, pada pekan ini investor akan menanti hasil dari Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDGBI) dengan pandangan ekonomi dan keputusan kebijakan moneter Bank Indonesia.