Data tentang tingkat inflasi yang lebih tinggi daripada perkiraan membuat pasar saham di Wall Street bergerak lambat selama sepekan. Pada Februari, harga barang dan jasa yang dibeli konsumen (CPI) naik sebesar 0,4%. Hal ini sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang naik 0,3%.
Secara tahunan, tingkat inflasi naik menjadi 3,2% (sebelumnya 3,1%). Namun, jika tidak memperhitungkan kenaikan harga makanan dan energi, tingkat inflasi inti hanya naik sedikit, yaitu 3,8% (sebelumnya 3,9%).
Di sisi lain indeks harga produsen (PPI)—yang mengukur kenaikan harga dari perspektif produsen—juga ikut naik. Secara tahunan, kenaikan PPI menjadi 1,6% (yang mana sebelumnya 0,9%). Kenaikan harga energi menjadi penyebab utama kenaikan pada kedua indeks CPI dan PPI yang melebihi perkiraan. Pekan ini investor akan menanti hasil pertemuan The Fed pada agenda FOMC bulan Maret 2024.
Bursa saham di Eropa berhasil mempertahankan zona positif dalam sepekan. Indeks CAC40 menjadi pendorong utama kenaikan dengan mengalami peningkatan sebesar 1,70% yang mana merupakan kenaikan mingguan terbesar sejak 23 Februari 2024.
Penurunan tajam dalam data produksi industri yang dirilis jauh di bawah ekspektasi memperkuat bukti perlambatan ekonomi yang terlihat secara nyata. Hal ini juga memberikan dukungan bagi Bank Sentral Eropa (ECB) dalam menentukan kebijakan suku bunga di masa depan.
Selanjutnya, para investor akan menantikan data tingkat inflasi di Eropa setelah data ekonomi yang dirilis sejak awal Maret 2024 menunjukkan kecenderungan perlambatan.
Pelemahan indeks Nikkei 225 di Jepang melukai tren positif penguatan indeks utama di Asia selama sepekan. Data GDP di Jepang yang tidak sesuai harapan jadi katalis negatif. GDP Annualized SA QoQ Jepang rilis hanya sebesar 0,4% (sedangkan ekspektasi sebesar 1,1%).
Penguatan memang terpantau signifikan pada indeks Hang Seng di Hong Kong yang diikuti indeks CSI 300 di Tiongkok dalam pembicaraan mengenai potensi dukungan kebijakan untuk sektor bioteknologi Tiongkok, akan tetapi kehilangan sebagian besar kenaikannya pada penutupan perdagangan.
Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Hong Kong mempercepat program pembelian kembali saham mereka sebagai sarana menggunakan uang tunai cadangan dan meningkatkan kepercayaan investor. Langkah ini mendorong acuan saham tersebut ke level tertinggi dalam tiga bulan.
Perdagangan singkat selama minggu terakhir setelah libur pada hari Senin dan Selasa memberikan sentimen yang relatif negatif bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sektor keuangan dan perbankan yang paling mengalami pelemahan, dengan investor melakukan aksi jual pada beberapa saham perbankan besar setelah periode CUM DATE untuk dividen 2024 berakhir. Mayoritas dividen yang dibagikan cukup besar, sehingga investor melakukan penyesuaian harga pasar sesuai jumlah dividen yang diterima.
Pasar obligasi juga terbebani oleh penguatan imbal hasil obligasi Amerika dan pelemahan nilai tukar rupiah. Ketidakpastian mengenai arah tingkat suku bunga di tahun 2024 menjadi salah satu pemicu utama. Pekan ini, investor akan menantikan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang bertepatan dengan pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) di Amerika Serikat. Respons Bank Indonesia (BI) terhadap inflasi dan arah kebijakan suku bunga akan menjadi fokus utama para pelaku pasar.
Di bawah ini merupakan reksa dana pendapatan tetap atau obligasi yang memiliki total return di atas 5% selama setahun terakhir per 15 Maret 2024.
Schroder Dana Mantap Plus II (+5.67%)
Ashmore Dana Obligasi Nusantara (+5.23%)
Manulife Obligasi Negara Indonesia II (+5.23%)