Data ekonomi Amerika yang solid memicu aksi jual investor di pasar saham dan obligasi sepanjang pekan ini. Tingkat inflasi yang dirilis lebih tinggi daripada ekspektasi, membuat spekulasi negatif terhadap pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
Meskipun tingkat inflasi bulanan tidak berubah, secara tahunan naik ke 3,5% dari 3,2%. Hal ini dipicu oleh lonjakan harga BBM, hipotek, sewa properti, dan jasa. Dampaknya, peluang pemangkasan suku bunga mundur dari Juli 2024 menjadi September 2024 menurut CME FedWatch dan Bloomberg.
Hal ini memperkuat permintaan terhadap USD dan melemahkan harga obligasi, ditandai dengan kenaikan imbal hasil acuan ke 4,522%. Investor sekarang menunggu data pekerja Amerika dan memperhatikan dampaknya terhadap harga komoditas, terutama geopolitik yang memanas setelah serangan balasan Iran ke Israel.
Pertumbuhan produksi sektor industri di Eropa naik secara bulanan menjadi 0,8%, mengalihkan perhatian dari sentimen negatif terhadap inflasi Amerika. Hal ini memicu kenaikan indeks saham di Inggris lebih dari 1%, sementara CAC 40 di Prancis hanya terkoreksi sedikit.
Penurunan harga komoditas energi, terutama gas alam yang turun 1,18% selama sepekan juga memberikan sentimen positif. Investor akan menantikan data inflasi zona Euro dengan ekspektasi stabil untuk bulan Maret 2024.
Bursa saham di Asia mengalami variasi, dengan penguatan signifikan terjadi pada indeks utama di Jepang dan pelemahan terjadi pada indeks utama di Tiongkok.
Penguatan terjadi di Jepang berkat surplus yang lebih besar daripada yang diharapkan dalam Current Account Balance (CAD) yang mencapai ¥2644.2 miliar dibandingkan sebelumnya (¥438.2 miliar).
Namun, aktivitas ekspor dan impor Tiongkok yang masih negatif menjadi faktor penekan, dengan penurunan ekspor tahunan sebesar -7,5% (sebelumnya 5,6%), dan impor tahunan sebesar -1,9% (sebelumnya -8,2%) pada Maret 2024. Fokus investor akan tertuju pada data GDP Tiongkok untuk kuartal pertama yang rilis pekan ini.
Selama sepekan sebelum libur Lebaran, sentimen pasar bervariasi. Awal pekan ditandai sentimen global dan domestik yang cenderung negatif karena data ekonomi Amerika yang solid menurunkan spekulasi pemangkasan suku bunga The Fed.
Hal ini mengakibatkan penguatan USD dan depresiasi nilai tukar rupiah hingga mencapai level psikologis 16.000. Meski demikian, menjelang akhir pekan sentimen membaik dengan pernyataan anggota The Fed yang lebih dovish, meredam permintaan USD dan menguatkan pasar obligasi.
Imbal hasil obligasi turun 3,9 basis poin, menandai penguatan pasar obligasi minggu pertama dalam 3 minggu terakhir. Sementara itu, pasar saham tetap terkonsolidasi menjelang libur panjang Lebaran karena antisipasi investor.
Cadangan devisa juga turun menjadi $140,40 miliar (dari $144.04 miliar) karena langkah intervensi yang agresif dari Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Di bawah ini merupakan reksa dana saham yang memiliki performa NAV naik di atas 3% sepanjang tahun 2024.
Ashmore Dana Progresif Nusantara
Ashmore Dana Ekuitas Nusantara
Ashmore Saham Dinamis Nusantara