Market Update 15 Juli 2025

writter Lanjar Nafi

Pasar Amerika: Tarik Ulur Ancaman Tarif Trump dan Euforia Teknologi Akal Imitasi (AI)

Pasar saham Amerika Serikat melalui pekan penuh gejolak, yang mana sentimen investor ditarik-ulur antara dua kekuatan besar: kekhawatiran atas kebijakan dagang Presiden Donald Trump yang agresif dan euforia yang tak terbendung di sektor teknologi. Katalis negatif utama datang dari rentetan pengumuman tarif baru yang menyasar banyak mitra dagang, mulai dari Jepang, Korea Selatan, Brasil, hingga puncaknya ancaman tarif 35% terhadap Kanada pada akhir pekan. Aksi Trump ini secara konsisten menekan pasar dan menimbulkan ketidakpastian. Namun, di sisi lain, antusiasme terhadap akal imitasi (AI) menjadi pendorong yang sangat kuat, terbukti dari saham Nvidia yang mencetak sejarah dengan valuasi pasarnya sempat menembus $4 triliun.

Di tengah tekanan isu tarif, pasar sempat menunjukkan tanda-tanda “kebal” atau imunitas pada pertengahan pekan. Investor mulai terbiasa dengan gaya negosiasi Trump dan berharap ancaman tersebut tidak sepenuhnya terwujud. Sentimen ini diperkuat oleh katalis positif dari risalah rapat The Fed yang mengisyaratkan bahwa dampak inflasi akibat tarif kemungkinan hanya bersifat sementara, sehingga takkan menggagalkan rencana pemangkasan suku bunga pada akhir tahun. Laporan kinerja yang solid dari perusahaan seperti Delta Air Lines dan kenaikan target harga untuk Boeing juga turut membantu mengangkat pasar untuk sementara waktu.

Meskipun demikian, eskalasi ancaman tarif terhadap Kanada pada hari Jumat terbukti terlalu berat untuk diabaikan, mendorong Wall Street ditutup melemah dan mencatatkan kinerja mingguan yang negatif untuk ketiga indeks utama. Sentimen pasar pada akhir pekan menjadi sangat berhati-hati, dengan investor menyadari bahwa isu tarif masih jauh dari selesai. Kini fokus pasar sepenuhnya beralih ke musim laporan keuangan kuartal kedua yang akan segera dimulai, untuk mendapatkan gambaran konkret mengenai dampak kebijakan dagang yang tidak menentu ini terhadap kinerja dan laba perusahaan-perusahaan besar Amerika.

Pasar Eropa: Pesta Reli Empat Hari di Bursa Eropa Berakhir

Bursa saham Eropa mengawali pekan dengan sentimen yang optimis tapi berhati-hati, dengan katalis utama datang dari harapan akan tercapainya kesepakatan dagang antara Uni Eropa dan Amerika Serikat. Investor memantau dengan cermat dinamika negosiasi untuk menghindari ancaman tarif dari Presiden Donald Trump. Harapan ini sempat mendorong kenaikan pada awal pekan, yang dipimpin sektor teknologi dan perbankan karena pasar menginterpretasikan adanya sinyal positif dari pembicaraan antara para pemimpin. Namun, bayang-bayang ketidakpastian tetap terasa, membuat pergerakan pasar sangat bergantung pada berita terbaru dari Washington dan Brussels.

Memasuki pertengahan pekan, sentimen berubah menjadi euforia ketika investor memilih untuk mengabaikan ancaman tarif dan lebih fokus pada kemungkinan tercapainya kesepakatan setelah tenggat waktu negosiasi diperpanjang hingga 1 Agustus. Optimisme ini memicu reli kuat, yang jugamendorong indeks pan-Eropa STOXX 600 ke level tertinggi dalam beberapa pekan. Puncaknya terjadi pada hari Kamis, ketika indeks FTSE 100 Inggris berhasil mencetak rekor tertinggi sepanjang masa, didukung oleh lonjakan saham sektor pertambangan yang diuntungkan dari kenaikan harga komoditas dan sentimen positif dari kesepakatan dagang yang sudah lebih dulu diamankan dengan Amerika Serikat.

Namun, pesta kenaikan tersebut berakhir secara tiba-tiba pada hari Jumat. Tren positif selama empat hari beruntun patah setelah sentimen risiko global terguncang hebat oleh katalis negatif dari Amerika Serikat: pengumuman tarif 35% terhadap Kanada oleh Presiden Trump. Langkah ini membangkitkan kembali kekhawatiran akan perang dagang yang lebih luas dan memicu aksi jual di seluruh bursa Eropa, terutama pada sektor perbankan dan kesehatan. Meskipun sebagian besar indeks masih mencatatkan kenaikan secara mingguan, pasar menutup pekan dengan sentimen kewaspadaan tinggi, menyadari bahwa ancaman tarif masih menjadi risiko terbesar.

Pasar Asia: Pasar Saham Dibayangi Ketidakpastian Dagang Amerika, Investor dalam Mode Wait and See

Pergerakan bursa saham Asia, khususnya Jepang dan Tiongkok tampak didominasi oleh satu faktor utama: ketidakpastian kebijakan perdagangan Amerika Serikat. Pasar bergerak sangat fluktuatif, merespons setiap ancaman dan penundaan tarif yang silih berganti. Indeks Nikkei 225 Jepang mengalami minggu yang naik turun layaknya roller coaster, merosot pada awal dan akhir pekan tapi sempat menguat di pertengahan, hingga akhirnya ditutup di level yang hampir sama persis seperti pada hari Senin. Hal ini menunjukkan kebingungan dan kegelisahan investor dalam menavigasi arah pasar. Sementara itu, bursa Tiongkok menunjukkan sedikit lebih banyak ketahanan, berhasil membukukan kenaikan tipis secara mingguan.

Katalis utama yang menggerakkan pasar adalah rentetan pengumuman tarif dari Amerika Serikat. Mulai dari penetapan tarif 25% untuk Jepang yang akan berlaku 1 Agustus, ancaman tarif 50% untuk komoditas tembaga, hingga ancaman baru untuk Kanada dan Eropa. Setiap pernyataan Trump menjadi pemicu aksi jual atau beli jangka pendek. Di sisi lain, data ekonomi domestik menjadi katalis sekunder. Pasar Jepang sempat tertekan oleh laporan penurunan upah riil yang tajam, sementara pasar Tiongkok sedikit terbebani oleh data harga produsen yang terus menurun, mengindikasikan tekanan deflasi. Namun, harapan akan stimulus pemerintah Tiongkok dan beberapa laporan laba perusahaan yang positif menjadi penyeimbang sentimen negatif tersebut.

Secara keseluruhan, sentimen pasar sepanjang pekan dapat diringkas sebagai sangat berhati-hati (cautious). Investor tidak menunjukkan optimisme kuat, melainkan lebih banyak bereaksi terhadap berita utama geopolitik. Di Jepang, pelemahan yen sempat memberikan sedikit kelegaan bagi saham-saham eksportir, tapi tidak cukup mengangkat pasar secara signifikan di tengah ancaman tarif. Di Tiongkok harapan adanya intervensi kebijakan dari Beijing dan berita korporat yang solid mampu menahan pasar dari kejatuhan yang lebih dalam. Investor berada dalam mode wait and see, menantikan kejelasan lebih lanjut mengenai perang dagang yang terus bereskalasi.

Pasar Indonesia: Spekulasi Suku Bunga Bank Indonesia Angkat Pasar Keuangan

Awal pekan lalu diwarnai sentimen kehati-hatian investor global akibat ketidakpastian negosiasi dagang Amerika Serikat dan ancaman tarif balasan. Sentimen eksternal ini sempat menekan rupiah dan membuat pergerakan pasar saham fluktuatif, meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mampu bertahan di zona hijau berkat topangan saham-saham tertentu. Di tengah tekanan tersebut, pasar obligasi domestik menunjukkan stabilitas yang didukung oleh kabar positif naiknya cadangan devisa ke level tertinggi sejak Maret, memberikan sinyal fundamental ekonomi yang cukup solid.

Memasuki pertengahan pekan, fokus pasar mulai beralih dari isu global ke katalis domestik. Rilis data pertumbuhan kredit yang sedikit di bawah ekspektasi sempat menjadi penghambat, tapi sentimen positif dengan cepat mengambil alih. Data penjualan ritel yang menunjukkan pertumbuhan kuat, ditambah dengan spekulasi yang mulai beredar mengenai kemungkinan penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia, menjadi angin segar bagi investor. Optimisme ini berhasil mendorong IHSG menguat signifikan, meskipun pasar obligasi dan rupiah sempat mengalami sedikit koreksi.

Menjelang akhir pekan, sentimen bullish makin mendominasi pasar keuangan domestik. Katalis utama datang dari spekulasi yang semakin kuat bahwa Bank Indonesia akan segera memangkas suku bunga acuannya. Penguatan nilai tukar rupiah yang stabil dan sinyal dari Gubernur Bank Indonesia menjadi dasar keyakinan tersebut. Sentimen ini memicu aksi beli di pasar saham, terutama saham-saham perbankan berkapitalisasi besar yang valuasinya baru saja ditingkatkan oleh lembaga keuangan asing. Alhasil, IHSG ditutup menguat solid pada akhir pekan, diiringi dengan penguatan di pasar obligasi dan stabilitas nilai tukar rupiah.


SMBC Indonesia tidak bertanggung jawab atas pernyataan apa pun sehubungan dengan keakuratan atau kelengkapan informasi yang terkandung pada artikel ini atau atas kehilangan atau kerusakan yang timbul dari penggunaan isi artikel ini.
Informasi yang terkandung dalam artikel ini adalah informasi publik, tidak dimaksudkan dan tidak seharusnya menjadi dasar pengambilan keputusan. Pengguna tidak boleh menyalin atau menggunakan isi artikel ini untuk tujuan apa pun atau mengungkapkan isinya kepada orang lain tanpa persetujuan sebelumnya dari SMBC Indonesia. Isi artikel ini dapat berubah tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Pengguna disarankan untuk menilai kemampuan sendiri dalam menanggung risiko keuangan dan lainnya terkait investasi atau produk apa pun, dan untuk membuat penilaian independen atau mencari nasihat independen sehubungan dengan masalah apa pun yang tercantum pada artikel ini.