Peningkatan ekspektasi dari laporan kinerja keuangan kuartal kedua berhasil mendorong berbagai saham perbankan dan teknologi besar menguat sejak awal pekan. Hal tersebut membuat indeks utama di Wall Street kembali mencetak rekor tertinggi lebih dari 35 kali pada tahun 2024.
Oppenheimer Asset Management menaikkan target S&P 500 menjadi 5.900 pada tahun ini karena prospek pendapatan yang kuat, serta ketahanan ekonomi yang dapat mendukung penilaian lebih tinggi.
Inflasi di Amerika Serikat melambat pada bulan Juni ke tingkat terendah sejak 2021, yang turut menjadi katalis pendorong yang ditunggu-tunggu investor. Data dari Biro Statistik AS melaporkan bahwa inflasi tahunan AS melambat ke 3,0% (sebelumnya 3,3%) pada periode sebelumnya, dan 3,1% dari ekspektasi.
Dengan demikian, investor kini memperkirakan pemangkasan suku bunga pada bulan September, November, dan Desember dengan peluang di atas 50%, menurut World Interest Rate Probability Bloomberg.
Sentimen positif dari tingkat inflasi di AS berdampak pada pasar saham di Eropa yang cenderung optimis. Penurunan tingkat inflasi di AS membuka peluang bagi bank sentral di negara-negara besar Eropa untuk memangkas suku bunga mereka.
European Central Bank (ECB) telah memimpin dengan memangkas suku bunga bulan lalu, dan hal ini memberi harapan bahwa bank sentral lainnya di Eropa akan mengikuti langkah sama. Hal ini menciptakan ekspektasi positif di pasar saham Eropa.
Indeks Hang Seng di Hongkong dan CSI 300 di Tiongkok mengalami rebound yang optimis selama sepekan terakhir. Rebound ini terjadi meskipun diawali dengan pelemahan yang disebabkan oleh penurunan tingkat inflasi dari sisi konsumen dan produsen di Tiongkok.
Namun, menjelang akhir pekan, data aktivitas neraca perdagangan Tiongkok memberikan dorongan positif bagi pasar. Data ini menunjukkan adanya perputaran ekonomi yang kuat, yang meningkatkan kepercayaan investor. Salah satu faktor utama yang mendorong optimisme ini adalah peningkatan signifikan dalam aktivitas ekspor.
Nilai ekspor Tiongkok tumbuh sebesar 8,6%, jauh di atas ekspektasi pasar. Peningkatan ekspor ini berkontribusi secara signifikan terhadap surplus neraca perdagangan, yang naik menjadi $99,05 miliar dari $82,62 miliar pada periode sebelumnya. Hal ini memberikan sinyal positif bagi investor, yang berharap pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan terus berlanjut dan mendukung stabilitas pasar saham di wilayah tersebut.
Saham dan obligasi di Indonesia menguat mengikuti tren positif nilai tukar rupiah selama dua minggu terakhir. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik sebesar 1,02% dan LQ45 naik sebesar 1,52%, mencatat penguatan mingguan keempat berturut-turut, dengan sektor properti, infrastruktur, dan industri memimpin penguatan sektoral.
Imbal hasil obligasi turun 12,2 basis poin, penurunan mingguan terbesar dalam 7 minggu terakhir. Optimisme ini didukung oleh penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar 0,86%, aksi beli investor asing, dan intervensi Bank Indonesia yang meningkat sejak akhir bulan lalu.
Meskipun pasar sempat terbebani oleh penurunan Indeks Keyakinan Konsumen dalam empat bulan terakhir, katalis positif seperti defisit anggaran 2025 yang ditetapkan di bawah 3%, rencana pemangkasan penerbitan surat utang negara, serta penurunan permintaan dolar AS setelah data inflasi AS melambat, berhasil menciptakan sentimen positif di pasar saham dan obligasi Indonesia hingga akhir pekan.