Market Update 14 Agustus 2023

writter Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah

Pasar Amerika: Inflasi Terkendali

Lembaga pemeringkatan Moody’s menurunkan peringkat utang 10 perbankan menengah ke bawah Amerika dan menyatakan kemungkinan akan melakukan hal sama pada perusahaan-perusahaan besar nantinya.

Biaya funding yang lebih tinggi, potensi lemahnya modal regulatory, dan meningkatnya risiko terkait real estat komersial merupakan salah satu tekanan yang mendorong peninjauan rating utang tersebut oleh Moody’s. Menurut Bloomberg, ketiga hal itu menjadi sentimen negatif selama sepekan.

Sementara itu, data inflasi inti yang rilis sesuai ekspektasi dengan headline lebih lambat daripada prakiraan. Hal ini sedikit mengimbangi sentimen negatif penurunan peringkat utang perbankan.

Pasar saham dan obligasi terlihat kembali terkoreksi dalam sepekan. Selanjutnya, investor akan menanti pembacaan risalah FOMC dan mengamati pendapat anggota The Fed pada masa depan tingkat suku bunga.

Pasar Eropa: Harga Komoditas Membayangi Inflasi di Masa Depan

Harga komoditas yang menguat setelah serangan drone Ukraina pada kapal Rusia di perairan Laut Hitam yang merupakan rute distribusi ekspor menjadi sentimen negatif. Harga minyak, gas, dan batu bara naik secara signifikan, seakan membebani masa depan tingkat inflasi di Eropa.

Menurut data Bloomberg, pasar saham di Eropa cenderung terkonsolidasi negatif selama sepekan. Investor pun mengambil langkah aman pada tingkat inflasi di Eropa yang akan rilis minggu ini. Menurut survei Bloomberg, tingkat inflasi di Eropa akan tetap berada dalam level yang cenderung tinggi.

Pasar Asia: Daya Beli di Cina Jadi Katalis Negatif

Aktivitas ekspor yang kembali kontraksi dan tingkat deflasi yang terlihat di Cina menjadi katalis negatif pada iklim investasi dan pasar saham di Asia. Cina mengalami deflasi 0,3% secara tahunan pada Juli.

Harga-harga barang dan jasa di ekonomi dunia terbesar kedua ini menurun dibandingkan tahun lalu, seiring keengganan masyarakat berbelanja (daya beli menurun).

Sementara itu, Indeks Harga Produsen (Producer Price Index/PPI) mengalami deflasi 4,4% (yoy). Dengan demikian, PPI sudah mengalami deflasi sepanjang 10 bulan secara beruntun.

Ini pertama kalinya IHK dan PPI Cina sama-sama mengalami deflasi sejak 2009. Saat itu, dunia diguncang krisis keuangan global. PPI mencerminkan pergerakan harga di tingkat produsen dan di awal produksi.

Melemahnya PPI mengindikasikan jika harga akhir barang melemah sehingga deflasi bisa berlanjut. Selanjutnya, investor akan terus menanti langkah pemangku kebijakan di Cina dalam merespons perlambatan ekonomi yang seakan mengagalkan pemulihan ekonomi pasca-pandemi.

Pasar Indonesia: Data Ekonomi yang Baik terhadap Sentimen Negatif Eksternal

Data ekonomi Indonesia rilis sangat solid, bahkan bisa dibilang baik selama sepekan. Hal ini berhasil mengimbangi segala sentimen negatif dari Amerika, Eropa, maupun Asia.

Cadangan devisa Indonesia yang tetap dalam level tertinggi, produk domestik bruto yang tumbuh melebihi prakiraan, serta indeks kepercayaan konsumen yang tetap optimis menjadi faktor positif.

Data tersebut seakan menjadi pemicu bahwa Indonesia bisa mengendalikan volatilitas negatif pada nilai tukar rupiah setelah Bank Indonesia enggan menggunakan alat suku bunga dalam menghadapi potensi arus keluar dan permintaan USD akibat kenaikan suku bunga Amerika.

Selama sepekan pasar saham menguat dengan sektor infrastruktur, material dasar, dan energi. Hal ini pun jadi kontributor utama.

Sementara itu, pasar obligasi tampak menguat, ditandai dengan imbal hasil yang turun karena antusiasme investor tetap tinggi terhadap lelang obligasi. Di sisi lain, pemerintah melakukan strategi kecukupan likuiditas dengan memangkas target lelang menjadi lebih rendah.

Pekan ini investor akan menanti data aktivitas perdagangan Indonesia dengan harapan yang lebih positif pada komposisi ekspor dan impor.


SMBC Indonesia tidak bertanggung jawab atas pernyataan apa pun sehubungan dengan keakuratan atau kelengkapan informasi yang terkandung pada artikel ini atau atas kehilangan atau kerusakan yang timbul dari penggunaan isi artikel ini.
Informasi yang terkandung dalam artikel ini adalah informasi publik, tidak dimaksudkan dan tidak seharusnya menjadi dasar pengambilan keputusan. Pengguna tidak boleh menyalin atau menggunakan isi artikel ini untuk tujuan apa pun atau mengungkapkan isinya kepada orang lain tanpa persetujuan sebelumnya dari SMBC Indonesia. Isi artikel ini dapat berubah tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Pengguna disarankan untuk menilai kemampuan sendiri dalam menanggung risiko keuangan dan lainnya terkait investasi atau produk apa pun, dan untuk membuat penilaian independen atau mencari nasihat independen sehubungan dengan masalah apa pun yang tercantum pada artikel ini.