Market Update 11 September 2023

writter Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah

Pasar Amerika: Spekulasi Kenaikan Suku Bunga

Optimisme investor tumbuh pada awal pekan kemarin setelah data pekerja dirilis jauh lebih longgar, serta adanya peningkatan tingkat pengangguran bulan Agustus 2023. Namun, sentimen berubah menjadi negatif jelang akhir pekan kemarin setelah data klaim pengangguran pada awal bulan September 2023 lebih sedikit daripada yang diprakirakan; dan ISM sektor jasa di Amerika yang naik lebih tinggi berkontraksi terhadap ekonom yang memprakirakan adanya penurunan.

Hal ini memicu kembali adanya peningkatan probabilitas dan spekulasi kenaikan tingkat suku bunga The Fed pada FOMC bulan November 2023 mendatang. Menurut Bloomberg, spekulasi pasar bergeser dari probabilitas 30% menjadi sekitar 40% dengan adanya kenaikan tingkat suku bunga bulan November.

Instrumen investasi saham dan obligasi pun terkoreksi. Pekan ini investor akan terfokus dan sangat berhati-hati karena data tingkat inflasi Amerika akan rilis. Secara survei Bloomberg, tingkat inflasi di Amerika mengalami kenaikan secara keseluruhan.

Pasar Eropa: Data Ekonomi Negatif di Tengah Sikap Hawkish ECB

Instrumen saham Eropa bergerak variatif dengan penguatan pada pasar saham Inggris dan pelemahan pada pasar saham Prancis. Kinerja sektor jasa di zona Eropa yang dilaporkan lebih rendah dan penjualan ritel yang tetap di zona negatif memicu kekhawatiran lanjutan mengenai sikap hawkish ECB terhadap kebijakan suku bunga dalam memerangi tingkat inflasi Eropa.

Kenaikan harga komoditas energi turut menjadi faktor negatif selama sepekan kemarin. Investor akan terfokus pada sentimen global, yakni tingkat inflasi di Amerika dan keputusan ECB terhadap kebijakan moneter dalam pekan ini.

Pasar Asia: Data Ekonomi Tiongkok Terus Menunjukkan Perlambat Jadi Faktor Utama Pelemahan

Terbawa sentimen negatif global, instrumen saham dan obligasi di Asia bergerak lebih rendah. Padahal, menurut Bloomberg selama sepekan pemerintah telah mengeluarkan lebih banyak langkah dukungan untuk sektor properti yang tengah terpuruk dan telah menahan pertumbuhan ekonomi.

Pelemahan dipimpin oleh Cina setelah survei swasta Caixin terhadap sektor jasa menunjukkan aktivitas yang melambat pada tingkat terendah tahun ini pada bulan Agustus. Data impor dan ekspor Cina pun menyusut dengan tingkat yang lebih lambat dari prakiraan pada bulan Agustus.

Kedua hal di atas masih tetap mendekati level terendah dalam sejarah, pasalnya bisnis bergulat dengan permintaan lokal dan luar negeri yang lesu. Selanjutnya, dalam pekan ini investor akan terfokus pada keputusan PBOC terhadap suku bunga selain sentimen global.

Pasar Indonesia: Terseret Sentimen Negatif Global Meski Data Ekonomi Rilis Tetap Solid

Selama sepekan kemarin, pasar saham bergerak melemah dengan IHSG dan LQ45 turun beriringan dengan pelemahan pasar obligasi dengan imbal hasil obligasi acuan yang naik. Akibat tingginya capital outflow yang terjadi selama sepekan, nilai tukar rupiah terdepresiasi.

Katalis negatif yang terjadi selama sepekan kemarin di antaranya: sentimen global dan regional yang cenderung negatif, perubahan mekanisme perdagangan saham yang simetris mulai diimplemtasikan, antisipasi hasil pertemuan ASEAN, dan posisi cadangan devisa RI. Hal ini mencatat penurunan menggarisbawahi besarnya tekanan eksternal yang dihadapi oleh rupiah sepanjang bulan lalu dan akhirnya menguras persediaan dolar Amerika di Indonesia.

Sementara itu, katalis positif yang berhasil menahan pelemahan di antaranya: lelang DHE kemarin yang mana nilai permintaan masuk dalam lelang DHE mencapai US$277,25 juta—rekor tertinggi sejak gelar lelang dimulai awal Maret lalu. Tidak tertutup kemungkinan, nilai total penyerapan DHE bulan ini bisa 2 kali lipat dari nilai Agustus.

Keyakinan konsumen RI pada Agustus pun kembali meningkat setelah menyentuh level terendah 4 bulan pada Juli. Bank Indonesia melaporkan hasil Survei Konsumen Agustus mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Pekan ini investor akan menanti data aktivitas perdagangan Indonesia dengan komposisi nilai ekspor, nilai impor, dan neraca perdagangan.


SMBC Indonesia tidak bertanggung jawab atas pernyataan apa pun sehubungan dengan keakuratan atau kelengkapan informasi yang terkandung pada artikel ini atau atas kehilangan atau kerusakan yang timbul dari penggunaan isi artikel ini.
Informasi yang terkandung dalam artikel ini adalah informasi publik, tidak dimaksudkan dan tidak seharusnya menjadi dasar pengambilan keputusan. Pengguna tidak boleh menyalin atau menggunakan isi artikel ini untuk tujuan apa pun atau mengungkapkan isinya kepada orang lain tanpa persetujuan sebelumnya dari SMBC Indonesia. Isi artikel ini dapat berubah tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Pengguna disarankan untuk menilai kemampuan sendiri dalam menanggung risiko keuangan dan lainnya terkait investasi atau produk apa pun, dan untuk membuat penilaian independen atau mencari nasihat independen sehubungan dengan masalah apa pun yang tercantum pada artikel ini.