Market Update 10 Juni 2025

writter Lanjar Nafi

Pasar Amerika: Dari Optimisme Hati-hati, Kepanikan, hingga Euforia di Akhir Pekan

Pasar saham Amerika Serikat mengawali pekan dengan optimisme yang hati-hati. Meskipun dihadapi pada ancaman kenaikan tarif impor dari Presiden Donald Trump, para investor memilih untuk fokus pada harapan bahwa ini hanyalah bagian dari taktik negosiasi untuk mencapai kesepakatan dagang.

Sentimen positif ini didorong oleh saham-saham teknologi seperti Nvidia, yang berhasil membawa bursa Wall Street menghijau di awal pekan, dengan keyakinan bahwa kesepakatan pada akhirnya akan tercapai dan resesi dapat dihindari.

Namun, optimisme tersebut mulai goyah di pertengahan pekan saat data-data ekonomi yang suram mulai dirilis. Laporan yang menunjukkan pelemahan di sektor jasa dan data ketenagakerjaan swasta yang mengecewakan seolah menjadi pengingat nyata bahwa perang dagang mulai memberikan dampak negatif pada ekonomi.

Ketegangan pasar semakin memuncak pada hari Kamis, diperparah oleh anjloknya saham Tesla secara dramatis akibat perseteruan publik antara CEO Elon Musk dan Presiden Trump, yang menambah sentimen negatif dan menyeret pasar ke zona merah.

Suasana pasar berbalik arah secara dramatis pada hari Jumat, ditutup dengan euforia. Laporan ketenagakerjaan (nonfarm payrolls) yang jauh lebih kuat dari perkiraan berhasil meredakan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi dan meyakinkan investor bahwa fundamental ekonomi AS masih solid.

Ditambah lagi dengan sinyal positif mengenai kelanjutan perundingan dagang AS-China, pasar menguat signifikan. Indeks S&P 500 bahkan berhasil ditutup di atas level psikologis 6.000 untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, mengakhiri pekan yang penuh gejolak dengan kenaikan yang solid dan memulihkan kepercayaan investor.

Pasar Eropa: Di Antara Ancaman Trump dan Kebijakan ECB, Bursa Eropa Menutup Pekan dengan Optimis

Pasar Eropa mengawali pekan dengan langkah gontai di bawah bayang-bayang ketegangan perdagangan baru. Ancaman kenaikan tarif impor baja dan aluminium dari Presiden AS Donald Trump secara langsung menekan sentimen investor pada hari Senin, dengan sektor otomotif dan barang mewah menjadi korban utama.

Kegelisahan ini berlanjut hingga Selasa, di mana pasar bergerak datar karena investor menimbang antara kekhawatiran dagang global dan harapan akan langkah pelonggaran moneter dari Bank Sentral Eropa (ECB) yang akan datang.

Suasana pasar mulai berbalik pada pertengahan pekan, terutama didorong oleh berita positif dari dalam negeri. Pada hari Rabu, persetujuan paket stimulus pajak perusahaan oleh Jerman berhasil memicu optimisme dan mengangkat bursa.

Namun, puncak perhatian tertuju pada pertemuan ECB hari Kamis. Meskipun ECB sesuai prediksi memangkas suku bunga, komentar Presiden Christine Lagarde yang bernada hawkish dan mengisyaratkan jeda dalam siklus pelonggaran, sempat memicu volatilitas sebelum pasar akhirnya ditutup di zona hijau.

Menjelang akhir pekan, sentimen membaik secara signifikan, memungkinkan bursa Eropa mencatatkan kenaikan mingguan untuk kedua kalinya berturut-turut. Penggerak utamanya adalah laporan data pekerjaan AS yang solid yang meredakan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi, serta tanda-tanda meredanya ketegangan dagang AS-China.

Meskipun demikian, bayang-bayang proteksionisme belum sepenuhnya hilang, terbukti dari sektor otomotif yang tetap tertekan sepanjang pekan akibat pemberlakuan tarif logam.

Pasar Asia: Sempat Anjlok di Awal Pekan, Pasar China Bangkit dan Reli Tiga Hari Berturut-turut

Pasar saham Asia, khususnya Hong Kong dan China, mengawali bulan Juni dengan pijakan yang goyah akibat kembali memanasnya ketegangan perdagangan AS-China.

Sentimen investor langsung anjlok pada hari Senin setelah Washington mengancam akan menggandakan tarif, yang menyeret turun hampir seluruh sektor. Bahkan, kabar baik dari angka penjualan produsen kendaraan listrik (EV) yang kuat tidak mampu menahan aksi jual, menunjukkan betapa suramnya sentimen investor di awal pekan.

Namun, pasar berhasil bangkit pada hari Selasa, dipimpin oleh rebound sektor otomotif dan rekor baru yang dicapai oleh saham-saham perbankan di China.

Meskipun demikian, kebangkitan ini diiringi oleh sinyal yang mengkhawatirkan saat data menunjukkan sektor manufaktur China mengalami kontraksi, sebuah tanda nyata dari dampak tarif AS.

Hebatnya, pasar menunjukkan kekuatannya dengan terus menguat pada hari Rabu dan Kamis, seolah mengabaikan pemberlakuan resmi tarif baru AS dan ketidakpastian seputar panggilan telepon antara pemimpin kedua negara. Momentum positif ini didukung oleh data domestik yang solid, seperti aktivitas sektor jasa yang terus berekspansi dan laporan turunnya harga listrik yang meringankan beban industri.

Secara keseluruhan, pasar saham China berhasil membalikkan keadaan setelah awal pekan yang penuh tekanan. Pasar berhasil membukukan kenaikan selama tiga hari berturut-turut hingga Kamis, menunjukkan ketahanan yang didorong oleh kekuatan fundamental domestik. Faktor-faktor internal ini pada akhirnya terbukti lebih berpengaruh daripada kekhawatiran eksternal dari perang dagang. Pekan perdagangan di kawasan ini ditutup lebih awal karena pasar libur pada hari Jumat.

Pasar Indonesia: Di Antara Kekhawatiran Ekonomi dan Optimisme Kebijakan Moneter, Pasar RI Tutup Pekan di Zona Hijau

Pasar keuangan Indonesia mengawali pekan pertama Juni dengan tekanan jual yang signifikan. Investor melakukan aksi ambil untung setelah penguatan sepanjang Mei, dipicu oleh rilis data ekonomi yang kurang menggembirakan, mulai dari pelemahan sektor manufaktur hingga menyempitnya surplus perdagangan.

Akibatnya, IHSG anjlok pada hari Senin, dan kelesuan berlanjut pada hari Selasa di mana investor asing turut melakukan aksi jual di tengah kekhawatiran melambatnya daya beli. Di tengah gejolak di pasar saham, pasar obligasi justru mulai bersinar sebagai aset perlindungan (safe haven) bagi investor yang mencari stabilitas.

Suasana pasar berbalik arah secara dramatis pada hari Rabu. Pemicunya adalah munculnya optimisme bahwa Bank Indonesia (BI) memiliki ruang yang cukup besar untuk memangkas suku bunga acuan hingga akhir tahun, terutama setelah data inflasi tercatat lebih rendah dari perkiraan.

Harapan ini diperkuat oleh pernyataan OJK yang optimis terhadap target pertumbuhan kredit perbankan. Sentimen positif ini berhasil mengangkat kembali IHSG dan melanjutkan tren penguatan di pasar obligasi, sementara nilai tukar Rupiah juga bergerak stabil.

Momentum positif dari hari Rabu berhasil membawa IHSG ditutup menguat pada hari Kamis, mengakhiri pekan perdagangan yang singkat dengan catatan manis sebelum libur Idul Adha pada hari Jumat.

Secara keseluruhan, pekan ini menggambarkan perjalanan volatilitas pasar yang cukup tajam, diawali dengan koreksi akibat kekhawatiran data ekonomi, namun diakhiri dengan rebound yang kuat berkat harapan akan kebijakan moneter yang lebih longgar untuk menopang pertumbuhan ekonomi ke depan.