Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,09% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Februari 2025. Hal ini merupakan pertama kalinya dalam hampir 25 tahun terakhir, sejak Maret 2000, ketika Indonesia terakhir kali mencatat deflasi tahunan sebesar 1,1%. Kala itu deflasi disebabkan penurunan harga kelompok bahan makanan.
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan deflasi Februari 2025 ini utamanya dipengaruhi oleh kebijakan diskon tarif listrik sebesar 50% bagi pelanggan dengan daya hingga 2.200 VA. Kebijakan ini menyebabkan deflasi pada komponen harga diatur pemerintah sebesar 9,02% (yoy) dengan andil inflasi mencapai 1,77%.
Deflasi Februari 2025 didorong oleh penurunan harga di berbagai sektor. Berikut rinciannya!
Mengalami deflasi 2,65%, dengan andil deflasi 0,48%
Faktor utama penyebabnya adalah diskon tarif listrik
Mengalami deflasi 0,93% dengan andil deflasi 0,16%
Komoditas yang berkontribusi terhadap deflasi ini meliputi daging ayam ras, bawang merah, cabai merah, cabai rawit, tomat, dan telur ayam ras
Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami deflasi 3,59% dengan andil deflasi 0,52%
Diskon tarif listrik menyumbang andil deflasi sebesar 0,67%
BPS melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami penurunan dari 105,99 pada Januari 2025 menjadi 105,48 pada Februari 2025. Dengan demikian, secara bulanan (month-to-month/mtm), terjadi deflasi sebesar 0,48%. Secara tahunan, Indonesia mencatat deflasi sebesar 0,09% (yoy), sementara dalam perhitungan tahun kalender (year-to-date/ytd), deflasi mencapai 1,24%.
Meskipun terjadi deflasi secara tahunan, komponen inti—yang mencerminkan daya beli masyarakat—masih mencatat inflasi sebesar 2,48% (yoy) dengan andil inflasi terbesar, yaitu 1,58%. Bahkan, secara bulanan, komponen ini tetap mengalami inflasi sebesar 0,25% dengan andil inflasi 0,16%.
Beberapa komoditas yang dominan menyumbang inflasi dalam komponen ini adalah emas perhiasan, kopi bubuk, dan mobil. Berbeda dengan Maret 2000, komponen harga bergejolak pada Februari 2025 masih mencatat inflasi 0,56% (yoy) dengan andil inflasi sebesar 0,1%. Komoditas yang memberikan andil inflasi dalam komponen ini adalah cabai rawit, bawang putih, kangkung, dan bawang merah.
Meski terjadi deflasi, beberapa komoditas tetap memberikan andil inflasi. Beberapa faktor penyumbang inflasi pada Februari 2025 meliputi sebagai berikut.
Kenaikan tarif air minum PAM yang memberi andil inflasi sebesar 0,13%
Kenaikan harga emas perhiasan yang menyumbang inflasi 0,08%
Kenaikan harga bensin yang memberikan andil inflasi sebesar 0,03%
Dengan berbagai faktor tersebut, meskipun Indonesia mencatat deflasi tahunan pertama sejak 2000, beberapa sektor tetap mengalami kenaikan harga. Hal ini menunjukkan bahwa dinamika harga di Indonesia masih dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari kebijakan pemerintah maupun fluktuasi harga komoditas tertentu di pasar.