Penurunan Harga Pangan Sebabkan Deflasi Beruntun di Agustus 2024

writter Lanjar Nafi

Menurut laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Agustus 2024, Indonesia mengalami deflasi tipis sebesar 0,03% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month). Ini merupakan kali keempat Indonesia mengalami deflasi berturut-turut sepanjang tahun 2024. Deflasi ini juga mencerminkan pola yang konsisten selama lima tahun terakhir, di mana setiap bulan Agustus, kecuali tahun 2021, selalu menunjukkan deflasi.

Deflasi pada Agustus 2024 sebagian besar dipicu oleh penurunan harga komoditas pangan yang bergejolak. Menurut Deputi Kepala BPS Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, komoditas utama yang menyumbang deflasi adalah bawang merah, daging ayam ras, tomat, dan telur ayam ras. Pada kelompok ini, terjadi penurunan harga sebesar 1,24% yang berkontribusi pada deflasi nasional.

Meskipun terjadi deflasi secara keseluruhan, inflasi inti yang mencerminkan perubahan harga yang lebih stabil justru mengalami kenaikan sebesar 0,2% month-to-month pada bulan Agustus. Komoditas yang paling banyak menyumbang inflasi inti termasuk kopi bubuk, emas perhiasan, serta biaya pendidikan seperti sekolah dasar, sekolah menengah atas, dan pendidikan tinggi.

Selain itu, barang dan jasa yang diatur pemerintah (administered prices) seperti bensin dan Sigaret Kretek Mesin juga mengalami inflasi sebesar 0,23% yang memberikan kontribusi sebesar 0,04% terhadap inflasi nasional.

Penurunan harga pangan yang bergejolak, seperti bawang merah dan daging ayam, terjadi karena melimpahnya pasokan, terutama di tengah musim panen di beberapa daerah. Hal ini sejalan dengan tren deflasi bulanan yang telah terjadi sejak Mei 2024, di mana setiap bulannya terjadi penurunan harga komoditas pangan.

Secara keseluruhan, meskipun inflasi tahunan (year-on-year) untuk Agustus 2024 tercatat naik 2,12%, namun laju inflasi tetap berada dalam kisaran yang moderat dengan tekanan harga yang sebagian besar terkendali. Sementara itu, tren deflasi bulanan mencerminkan stabilitas harga yang lebih besar di sektor pangan, meskipun tantangan dari segi daya beli dan kebijakan moneter masih menjadi perhatian utama.

Dari data inflasi Agustus 2024, dengan deflasi yang terjadi selama empat bulan berturut-turut dan inflasi tahunan yang tetap moderat di 2,12%, Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan mempertimbangkan kebijakan suku bunga yang lebih akomodatif ke depan. Tren deflasi ini menunjukkan adanya tekanan penurunan harga di beberapa sektor, terutama pangan yang bergejolak, sementara inflasi inti dan administered prices masih mencatat kenaikan.

Jika deflasi terus berlanjut dan inflasi inti tetap terkendali, BI mungkin akan menghadapi tekanan untuk menurunkan suku bunga guna mendorong aktivitas ekonomi dan daya beli masyarakat. Namun, keputusan BI akan tetap mempertimbangkan stabilitas harga jangka panjang dan kondisi ekonomi global, termasuk kebijakan suku bunga di negara-negara maju. Jika risiko terhadap pertumbuhan ekonomi meningkat, BI bisa saja lebih condong untuk menurunkan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan.