Data Ekonomi Awal Bulan Indonesia Rilis Positif

writter Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah

Data inflasi untuk bulan September telah diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. Inflasi bulanan mengalami peningkatan sebesar 0,19%—yang mana lebih tinggi dari bulan Agustus yang mencatat deflasi 0,2%.

Secara tahunan, inflasi mencapai 2,28%, meningkat dari angka 3,27% pada bulan Agustus. Konsensus ekonom pada Bloomberg memproyeksikan inflasi bulanan sebesar 0,12% dan inflasi tahunan sebesar 2,22%.

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tersebut sebagian besar disebabkan oleh kenaikan harga beras yang memberi kontribusi inflasi sebesar 0,18%. Namun, BPS mencatat bahwa curah hujan pada September cenderung rendah dan pemerintah juga menyesuaikan harga bahan bakar minyak nonsubsidi pada awal September. Meskipun demikian, inflasi pangan di Indonesia tetap relatif rendah dengan angka 2,51%. Hal ini merupakan salah satu yang terendah di antara negara-negara G20.

Peningkatan inflasi bulan ini menunjukkan tantangan bagi stabilitas harga di Indonesia. Hal ini pun dapat memengaruhi daya beli masyarakat. Meskipun inflasi tahunan menurun, perhatian tetap diberikan terhadap beberapa faktor seperti perubahan harga bahan bakar minyak dan cuaca yang dapat memengaruhi harga-harga komoditas.

Inflasi tahunan yang lebih rendah memberikan fleksibilitas bagi Bank Indonesia dalam mengelola kebijakan moneter di tengah kenaikan harga global. Jika situasi nilai tukar rupiah tetap stabil, kemungkinan besar bank sentral akan melanjutkan pemotongan suku bunga sebagai upaya mendukung pertumbuhan ekonomi.

Sebelumnya, data aktivitas manufaktur Indonesia bulan September 2023 dirilis dengan masih berada dalam zona ekspansi dengan indeks PMI sebesar 52,3 (meskipun mengalami penurunan dari 53,9 pada bulan Agustus). Hal ini menandakan ekspansi industri manufaktur selama 24 bulan berturut-turut walau pertumbuhannya sedikit melambat.

Peningkatan produksi, pemesanan baru, dan ekspor masih solid, meskipun laju pertumbuhannya melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Keyakinan pelaku usaha pun meningkat. Bahkan, meskipun terdapat tekanan kenaikan harga bahan baku, tingkatnya relatif rendah dibandingkan sejarahnya. Hal ini dapat mendukung peningkatan produksi pada masa mendatang.

Investor dapat memperhatikan bahwa walaupun ada perlambatan dalam aktivitas manufaktur, sektor ini masih dalam kondisi ekspansi. Hal ini menunjukkan potensi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, meskipun perlu diwaspadai perubahan dalam tren produksi dan permintaan global yang dapat memengaruhi sektor manufaktur di Indonesia.

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, S&P, Bloomberg, dan Wealth Insight Bank BTPN.


SMBC Indonesia tidak bertanggung jawab atas pernyataan apa pun sehubungan dengan keakuratan atau kelengkapan informasi yang terkandung pada artikel ini atau atas kehilangan atau kerusakan yang timbul dari penggunaan isi artikel ini.
Informasi yang terkandung dalam artikel ini adalah informasi publik, tidak dimaksudkan dan tidak seharusnya menjadi dasar pengambilan keputusan. Pengguna tidak boleh menyalin atau menggunakan isi artikel ini untuk tujuan apa pun atau mengungkapkan isinya kepada orang lain tanpa persetujuan sebelumnya dari SMBC Indonesia. Isi artikel ini dapat berubah tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Pengguna disarankan untuk menilai kemampuan sendiri dalam menanggung risiko keuangan dan lainnya terkait investasi atau produk apa pun, dan untuk membuat penilaian independen atau mencari nasihat independen sehubungan dengan masalah apa pun yang tercantum pada artikel ini.