Yogyakarta: Sebuah Perjalanan Mengenal Tradisi dan Masyarakat Lokal

writter Fifi Nurfitrianti

Semua tentu setuju bahwa sebuah perjalanan wisata gak hanya bentuk aktivitas untuk menyegarkan pikiran, tapi juga kesempatan untuk belajar. Ada ilmu yang hanya bisa kamu temukan melalui sebuah perjalanan. Tapi tentunya traveling gak hanya tentang destinasinya saja, tapi juga aktivitas yang kamu lakukan untuk mengenal budaya yang berbeda dan terutama bertemu orang-orang lokal yang membawa sebuah tradisi atau pesan.

Musa Dagdeviren, seorang chef kebangsaan Turki yang terkenal akan usahanya melestarikan makanan tradisional Turki pernah mengatakan, “Culture is what everyone lives”. Orang-orang lokal yang kamu temui selama perjalanan adalah pembawa pesan yang meneruskan tradisi dan kebudayaan di mana pun mereka tinggal.

Inilah yang dirasakan para peserta #jalan2jenius ke Yogyakarta pada tanggal 22-24 November 2018 lalu. Kota yang menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Indonesia ini memang terkenal akan pertemuan budaya tradisional dan modern yang menjadi daya tarik utamanya.

Selain itu, perjalanan ini juga menciptakan pengalaman baru melalui kunjungan ke beberapa profil ternama yang berkecimpung di bidang bisnis hingga seni dan kreatif. Mereka adalah pribadi yang memperjuangkan sebuah harapan, menciptakan ragam cerita baru, tanpa meninggalkan jati diri Yogyakarta. Menghabiskan waktu bersama mereka membuat perjalanan ini jadi penuh makna.

Baca juga: 5 Alasan Bikin Traveling Lebih Bermakna

Papermoon Puppet Theatre
#jalan2jenius to Jogja

Para puppeteer di Papermoon Puppet Theatre percaya bahwa semua benda atau obyek, yang ada di sekitar kita memiliki nyawa. Ini juga yang membuat pertunjukkan mereka begitu hidup. Setiap detail pergerakan yang mereka lakukan pada boneka yang mereka tampilkan terlihat begitu nyata.

Pertunjukkan mereka memang menarik, gak heran banyak yang ingin menonton dan merekam penampilan Papermoon Puppet Theatre. Walaupun begitu, Ria, co-founder Papermoon Puppet Theatre, melarang smartphone dibawa selama menonton pertunjukkan. Ia percaya bahwa memori terbaik adalah mata dan hati kita. Selama kita menikmati sebuah pertunjukkan dengan dua hal tersebut, kita akan selalu mengingatnya.

Membahas soal perjalanan bermakna, bagi Ria dalam perjalanan itu yang penting adalah orang-orang lokalnya, bukan soal berfoto di tempat tujuan, karena destinasi atau lokasi itu akan selalu ada.

Kaloka Pottery
#jalan2jenius to Jogja

Nama Kaloka diambil dari bahasa Sankerta yang berarti ‘termasyhur’. Dalam setiap proses perjalanannya sendiri, Kaloka selalu berpijak pada local wisdom. Pengrajin Kaloka adalah ibu-ibu Yogyakarta yang dalam kesederhanaannya, berkarya dengan tangan-tangan terampil mereka dan membuat hasil karya tanah liat sepenuh hati.

Kika, pendiri Kaloka Pottery, mengaku mengawali terbentuknya Kaloka dengan banyak keterbatasan, tapi hal ini justru menjadi kekuatan baginya. Ia selalu mengasah kemampuannya dan mempertahankan kreasi desain yang masih kental dengan budaya Indonesia. Bahkan dalam kesempatan untuk membuat custom design bersama klien, Kika selalu berusaha untuk berkarya dengan memahami soul dari klien dan gak lepas dari DNA Kaloka itu sendiri.

Jejamuran
#jalan2jenius to Jogja

Makan di Restoran Jejamuran yang dibangun oleh Agung dan Yuyung ini akan membuat kamu takjub, begitu banyak menu masakan dibuat dengan berbahan utama jamur. Begitu pula ketika berkunjung ke pertanian jamur yang masih menjadi bagian dari Restoran Jejamuran, kamu akan melihat ragam jenis jamur dikembangbiakkan di sana.

Sambil mengajak peserta #jalan2jenius berkeliling, Ahmad Arif Nugroho, salah satu staf Restoran Jejamuran mengatakan bahwa area budidaya tersebut harus dikondisikan agar sesuai dengan habitat asli jamur. Mulai dari jamur merang, kancing, portobello, hingga lingsih berhasil dibudidayakan dan bisa kamu temukan di tempat ini.

Ia juga menjelaskan bahwa selain membudidayakan, para petani juga menerima edukasi tentang cara mengolah bahan makanan yang mereka hasilkan. Arif yakin bahwa kemampuan untuk mengolah hasil panen akan memberi nilai lebih kepada mereka.

Klinik Kopi
#jalan2jenius to Jogja

Kalau kamu sudah menonton Ada Apa Dengan Cinta 2, kamu pasti familiar dengan Pepeng dan Klinik Kopi. Walaupun begitu, mengobrol dengan Pepeng secara langsung akan membuka matamu terhadap kopi produksi lokal. Begitu banyak cerita yang ia miliki dari hasil perjalanan yang ia lakukan selama beberapa tahun terakhir untuk memahami kopi dalam negeri.

Bagi Pepeng, proses menikmati kopi gak hanya dengan datang ke kedai kopi, pesan, bayar, lalu kopi diseduh seperti pada umumnya. Kopi haruslah bercerita dan setiap orang punya selera yang berbeda. Satu jenis kopi yang sama, apabila diberikan kepada dua orang dengan latar belakang berbeda, akan memberikan gambaran rasa yang berbeda pula. Sebagai seseorang yang memiliki passion terhadap kopi, pengalaman tersebut selalu jadi hal yang menarik bagi Pepeng.

Selama berinteraksi dengan petani kopi lokal, Pepeng juga selalu berusaha untuk mengajarkan para petani kopi agar memperbaiki kualitas kopi. Ia yakin, dengan kualitas kopi yang baik, produksi meningkat, hal ini juga akan memperbaiki kualitas hidup para petani.

Cokelat nDalem
#jalan2jenius to Jogja

Ada beberapa negara yang identik dengan cokelat, misalnya cokelat Belgia atau cokelat susu dari Swiss. Karena itu, Meika dan Yuda sadar bahwa mereka perlu membawa ciri khas Indonesia ke dalam cokelat yang mereka produksi. Karena Indonesia terkenal dengan kekayaan rempah, mereka pun memasukkan rempah ke dalam cokelat-cokelat nDalem.

Walaupun gak terlalu menarik minta di Yogyakarta sendiri, Cokelat nDalem dengan rasa rempah ternyata sangat popular di luar negeri. Cokelat dengan serai atau lemongrass misalnya, lebih popular di Jepang karena dinilai memiliki rasa yang unik.

Sama seperti Pepeng Klinik Kopi, Meika dan Yuda juga meyakini bahwa dengan memperbaiki kualitas cokelat, hal ini akan sekaligus meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan para petani cokelat.

Baca juga: Kelas Itu Bernama Perjalanan

Sebuah perjalanan yang bermakna gak hanya soal menikmati pemandangan yang indah atau mengunjungi tempat-tempat bersejarah, tapi juga mengenal tradisi dan berinteraksi dengan masyarakat lokal. Ria ‘Papermoon Puppet’, Kika ‘Kaloka Pottery’, Agung dan Yuyung ‘Restoran Jejamuran’, Pepeng ‘Klinik Kopi’, serta Meika dan Yuda ‘Cokelat nDalem’ misalnya, menciptakan beragam cerita baru bagi wisatawan, tanpa meninggalkan ciri khas Yogyakarta.

Bagaimana denganmu, sudah siap melakukan perjalanan bermakna dengan #jalan2jenius? Ke mana pun tujuan perjalananmu, cerita itu akan selalu ada. Kita hanya perlu mendengarkan.

Artikel lainnya