A Trip to Remember: Nonton Konser Coldplay di Tokyo Dome, Jepang

writter Ria SW

“There’s a first time for everything.”

Apa sih yang tebersit di benak kamu ketika baca istilah itu? Aku pribadi, jadi teringat beberapa abad lalu. Maksudku, kejadiannya tuh sudah lama banget gitu lho. Eh, tetap gak boleh pakai “abad”, ya? Gak boleh hiperbola atau pakai kata kiasan seperti itu? Duh, karierku sebagai penulis patut dipertanyakan, HAHAHA.

Waktu itu aku hampir nonton konser Coldplay bareng pasangan (yang sekarang sudah jadi mantan). Tapi karena dia keburu cemburu sama Chris Martin, akhirnya aku batal nonton konsernya. Jangan tanya aku alasan dia cemburu, soalnya yang mau aku ceritain bukan tentang percintaannya, melainkan konser Coldplay-nya!

Beberapa tahun setelahnya, alias tahun 2023, kabar gembira datang. Coldplay bakal konser di Jakarta. Hal ini akan jadi pengalaman pertama mereka konser di tanah air kita! Tentu saja aku gak akan melewatkan kesempatan emas ini.

Aku dan teman-temanku pun langsung bikin group chat khusus membahas konser Coldplay: mulai dari penentuan kategori tiket, sampai strategi ticket war nanti.

Strategi Menang Ticket War Nonton Konser

Salah satu strategi menang ticket war adalah tenang. Ketenangan adalah kunci dari segala hal. Disusul dengan persiapan memakai beberapa gadget. Ketika itu aku pakai laptop, tablet, dan smartphone. Terus, jangan refresh halaman website! Kalau gak, bisa-bisa kita malah terlempar jauh dari nomor antrean sebelumnya. Kunci terakhir: kita serahkan pada takdir.

Lantas, bagaimana hasilnya? Nihil! Rasanya aku kepingin menangis! Masa gak ada satu pun dari kami yang berhasil mendapat tiket konser Coldplay? Semua strategi yang sudah dipersiapkan ternyata kalah saing dengan “Voldemort”. Kenapa aku sebut gitu? Karena aku gak tau dengan siapa aku (dan ribuan orang lainnya) kalah. Huft!

Kemudian temanku bilang, “Kita coba yang di Jepang, yuk.” Aku merasa kepingin banget sekaligus takut. Mau karena ini kan konser Coldplay! Mendengar lagu Yellow secara langsung sudah ada di wishlist aku sejak dulu. Takut karena aku belum pernah sama sekali nonton konser di Tokyo Dome.

“Bakalan susah gak, ya? Nanti cari tempat duduknya bagaimana? Antreannya seperti apa? Sistemnya bagaimana?” Begitulah kira-kira yang ada di benakku, disusul dengan segudang pertanyaan lainnya.

Saat merasa ragu, aku malah teringat pertanyaan ini: “When was the last time you did something for the first time?” Kayaknya sudah lama banget deh. Kenapa gak menjadikan ini sebagai pengalaman pertama?

Oke deh, akhirnya aku pun mengiakan ajakan temanku untuk nonton konser Coldplay di Tokyo Dome, Jepang. Untuk urusan pertiketan, aku serahkan ke temanku yang hokinya jauh lebih besar.

Apa kaitannya tiket konser dengan hoki? Karena sistem konser Coldplay di Jepang sangat berbeda dengan Indonesia. Kalau di Indonesia kan kita harus ticket war alias rebutan tiket (siapa cepat, dia dapat). Di Jepang, kita gak perlu rebutan tiket soalnya sistemnya raffle (undian).

Lalu temanku mendorongku untuk tetap ikutan raffle. Menurut dia, peluang untuk mendapatkan tiket akan lebih besar dibandingkan hanya dia yang ikutan undian itu sendiri.

Akhirnya dengan bermodalkan doa, takdir, dan harapan semoga kali ini tangan aku dan temanku “wangi” alias hoki. Aku pun langsung ikutan raffle juga, dan bayarnya pakai Kartu Debit Jenius Visa.

Gimana caranya kita tau kalau menang undian? Kita akan dapat notifikasi melalui e-mail yang menyatakan pembayaran sudah berhasil ditarik secara otomatis dan mereka akan memberikan kita tiket elektronik. Bagaimana kalau gak berhasil? Apa uangnya akan hangus? Ya gaklah! Gak akan ada penarikan pembayaran apa pun. Semudah itu, lho.

Lalu, gimana hasilnya? Ternyata “Voldemort” di Jepang lebih manusiawi. Aku dan temanku menang undian dan mendapat 4 tiket dengan mulus! Tokyo, legoh!

Langkah berikutnya aku harus menyiapkan tiket pesawat, hotel, dan transportasi. Yang gak kalah penting: mata uang yen Jepang untuk memenuhi kebutuhan hidup selama di Tokyo.

Masalahnya, karena jadwal aku lumayan padat, aku agak kesulitan untuk ke money changer. Sedangkan uang tunai yang aku punya hanya 15.000 yen. Itu pun sisa dari perjalananku ke Jepang 4 tahun lalu.

Kemudian, aku minta tolong ke temanku untuk menukarkan yen di money changer. Dia malah bilang, “Ria, lo kenapa harus ke money changer? Lo kan punya Jenius. Buruan beli, hari ini nilai yen lagi turun lho.”

Astaga! Karena otak aku penuh dengan jadwal syuting yang padat, editan video yang menumpuk, dan persiapan konsep untuk travel berikutnya; aku sampai lupa kalau bisa jual & beli mata uang asing di aplikasi Jenius. Parahnya, aku sampai lupa memaksimalkan semua keunggulan dan kemudahan yang ada di sana!

Namun, gak ada kata terlambat. Detik itu juga, aku langsung beli sekitar 55.000 yen di aplikasi Jenius—alias gak harus ke money changer. Aku gak boleh lagi menyia-nyiakan apa yang ada di genggaman tanganku. Kenapa aku bilang gitu? Soalnya keuntungannya beli yen di Jenius sebenarnya bukan hanya hemat tenaga, waktu, dan ongkos untuk gak ke money changer; tapi juga karena bisa dipantau setiap hari!

Aku bisa beli sedikit demi sedikit ketika nilainya turun, lalu sampai akhirnya menjadi bukit alias sudah banyak yen yang dimiliki. Dan itu semua, ada di genggaman tanganku alias di smartphone.

Beberapa minggu kemudian, aku pun berangkat ke Tokyo. Hal pertama yang aku lakukan ketika sampai di sana adalah ke 7-Eleven untuk menukar tiket fisik konser Coldplay. Aku sekalian beli onigiri dan matcha latte.

Karena uang tunai aku pecahannya besar, alhasil aku dapat kembaliannya banyak. Termasuk recehan alias koin. Lalu temanku kaget ketika lihat koin di tanganku, “Lho, kok lo gak pakai Jenius? Kenapa pakai uang tunai?”

Kamu pernah kan lupa ngabarin pacar karena kelamaan jomblo? Nah, itu yang terjadi padaku. Karena kelamaan gak cashless, jadinya aku lupa kalau ada Kartu Debit Jenius Visa.

Setelah kejadian itu, aku menghindari uang tunai dan selalu pakai Kartu Debit Jenius setiap kali ke minimarket. Ngabisin koin akan jadi PR aku sebelum balik ke tanah air karena money changer gak mau terima koin. Lantas, uang tunainya buat apa dong? Nanti aku ceritakan di bawah, ya.

Restoran yang Wajib Dikunjungi di Tokyo

Setiap kali balik ke Tokyo, ada beberapa restoran yang wajib aku kunjungi, salah satunya adalah Gyukatsu Motomura. Meski ada beberapa restoran dengan menu serupa, lidah aku udah sayang banget sama gyukatsu yang ada di sana.

Gyukatsu Motomura sudah jadi comfort food buatku. Harganya pun gak terlalu mahal untuk kualitas makanan dan porsi mengenyangkan seperti itu (sekitar 2.000 yen).

Di sana aku tinggal pakai Kartu Debit Jenius Visa dengan metode contactless. Lebih serunya lagi, aku bisa lihat history pemakaian transaksi kartu debit di aplikasi Jenius dan gak tercampur dengan arus kas rupiah. Jadi, aku bisa tau dengan jelas perkiraan budget makanan atau belanja yang dikeluarkan selama trip di Jepang.

Nah, kalau tadi kamu sempat bingung “uang tunai”-nya untuk apa, di sini jawabannya. Jadi, ada beberapa restoran yang pembayarannya hanya bisa dengan uang tunai.

Biasanya mereka punya mesin khusus yang mengharuskan kita memilih menu lalu menaruh uang cash di mesin tersebut sesuai harga dan bisa langsung dapat kembaliannya. Seperti ketika aku makan di restoran Ramen Nagi di area Shinjuku. Restoran ramen ini juga wajib banget kamu datangi kalau lagi di Tokyo!

Kalau kamu mau coba ramen unik dengan kuah kaldu ikan sarden yang dimasak selama 12 jam dengan aroma kuat, wangi, dan gurih; boleh banget masukin restoran ini ke dalam list! Satu porsi harganya 1.600 yen.

Selanjutnya, hal kedua yang aku lakukan ketika sudah sampai di Tokyo adalah menukarkan tiket fisik transportasi Subway Metro 72-hours yang sudah aku beli secara online.

Cara tukarnya gampang; kamu tinggal cari mesin yang ada logo QR Code di stasiun metro. Ini akan menghemat biaya perjalanan kamu keliling Tokyo selama 3 hari (ada versi 24 jam dan 48 jam juga, tinggal sesuaikan saja).

Selain itu, kamu juga harus punya kartu PASMO atau Suica karena ada beberapa line yang gak di-cover tiket ini. Namun, tetap saja jatuhnya bakalan irit banget! Tiket Subway Metro dan PASMO atau Suica adalah kombo mematikan buat hemat!

Hari H Nonton Konser Coldplay

Keesokan harinya, aku datang lebih pagi ke Tokyo Dome. Alasan utamanya karena aku takut kehabisan official merchandise Coldplay yang aku incar. Beberapa official merchandise yang ada di sana: kaus, topi, majalah, poster, sampai DVD/CD. Untungnya kaus alien yang aku mau masih ada. Begitu juga dengan CD konser yang aku incar!

Belajar dari pengalaman kemarin, kali ini aku bayar pakai Kartu Debit Jenius. Aku melihat ada logo contactless dan tulisan Visa di mesin transaksi mereka. Selama ada logo dan tulisan tersebut, Kartu Debit Jenius yang sudah aku hubungkan ke yen pasti bisa langsung dipakai.

Begitu selesai belanja, aku langsung menuju ke Gate 20. Sistem antreannya tertib banget, bahkan aku gak perlu antre dari pagi. Sistem nonton konser di Tokyo Dome tuh berasa kayak nonton bioskop. Kita bisa masuk 10 menit sebelum konser dimulai, gak perlu berdesak-desakan untuk berebutan tempat duduk atau tempat untuk berdiri. Semua sistemnya jelas banget.

Konser dimulai pukul 18:00, dan dibuka dengan penampilan Yoasobi—band Jepang yang populer. Mereka membawakan sekitar 5-6 lagu. Setelah itu, break selama 30 menit untuk persiapan penampilan Coldplay.

Ketika masa break 30 menit inilah aku merasa kagum banget. Kami sebagai penonton bisa keluar untuk ke toilet, sampai beli makanan atau minuman, yang bahkan nantinya boleh dibawa masuk ke venue konser.

Bahkan, ada penjual bir keliling dengan mesin pembayaran elektronik di tangan kiri. Kalian tau petugas di dalam bioskop yang bawa popcorn dan minuman, kan? Nah, persis kayak gitu!

Meski mereka minum bir, gak ada yang mabuk atau rusuh. Semuanya kondusif. Asli, aku merasa kaget, kagum, cengo, semuanya campur jadi satu!

Ketika itu aku beli beef burger dan lemon tea. Pembayarannya pun pakai Kartu Debit Jenius Visa. Aku pun gak perlu khawatir kekurangan yen di aplikasi Jenius. Seandainya kurang, aku bisa beli kapan pun, jadi semuanya aman terkendali.

Lima menit sebelum pukul 19:30, ada pengumuman bahwa penampilan Coldplay akan segera dimulai. Alhasil, semua orang yang ada di luar bergegas masuk dan kembali ke tempat duduk masing-masing. Dan mereka tetap tertib banget dong! Bingung dan kagum banget deh sama budaya di sini. Asli!

Begitu konser Coldplay dimulai, aku gak berhenti terkagum-kagum dengan penampilan mereka. Mulai dari atmosfernya, lighting-nya, performance-nya, fan service-nya, komunikatifnya… pokoknya semuanya deh!

Apalagi ketika lagu A Sky Full of Stars dilantunkan! Chris Martin meminta semua penonton untuk menyimpan ponselnya dan nyanyi bareng. Satu stadion Tokyo Dome loncat sembari nyanyi secara bersamaan. Ini pemandangan dan pengalaman yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Kami semua serasa ada di level energi yang sama!

Malam itu menjadi malam yang sulit untuk aku lupakan. Ternyata benar apa yang dibilang Agatha Christie, “The first time you do a thing is always exciting.”

Pengalaman Pertama Traveling ke Luar Negeri Gak Bawa Recehan

Selama di Tokyo, aku juga gak melewatkan kesempatan untuk menjelajahi wisata kuliner di beberapa tempat yang belum pernah aku datangi sebelumnya. Aku juga thrifting di area Shimokitazawa dan mencari action figure unik yang hanya bisa didapatkan di Nakano Broadway—toko terbesar dan terlengkap untuk urusan manga dan anime.

Semua aktivitas transaksi jajan dan belanja aku terasa sangat mudah dan menyenangkan karena kehadiran Kartu Debit Jenius di dompet mungilku.

Kalau boleh jujur, nonton konser Coldplay di Tokyo Dome adalah pengalaman terbaik sepanjang sejarah aku nonton perkonseran. Ditambah pertama kalinya juga aku pulang ke tanah air tanpa bawa koin yen! Dan tanpa harus meluangkan waktu untuk jual sisa yen di money changer ketika tiba di tanah air—karena aku punya Jenius!

PS: sisa koin dari 7-Eleven aku belanjakan untuk beli buku. Aku harus mulai terbiasa untuk cashless nih untuk traveling selanjutnya!


Artikel ini ditulis oleh Ria SW, teman Jenius sekaligus content creator yang memiliki channel YouTube dengan video yang berfokus pada food and traveling. Cek artikel dari para guest writer lain pada laman Blog Jenius.
Ilustrasi pada artikel ini merupakan karya Zuchal Rosyidin, teman Jenius yang merupakan Ilustrator & Founder Kamaji Studio di Malang.

Artikel lainnya