Tensi di Timur Tengah Meningkat, Bagaimana Sikapi Portofolio Investasi?

writter Lanjar Nafi

Eskalasi tensi geopolitik di Timur Tengah pada 13-14 Juni 2025 mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh pasar keuangan global. Investor dihadapkan pada ketidakpastian yang meningkat, mendorong pergeseran signifikan dalam alokasi aset dan strategi investasi.

Ulasan ini akan membahas secara mendalam dampak konflik tersebut ke pasar keuangan serta merumuskan strategi khusus untuk instrumen reksa dana, obligasi, dan valuta asing (forex).

Ringkasan Situasi Geopolitik Terkini

Konflik antara dua negara Timur Tengah, Israel dan Iran, memasuki fase baru. Situasi ini secara langsung mengancam stabilitas pasokan minyak global, mengingat Iran adalah salah satu produsen minyak utama dan lokasinya yang strategis di dekat Selat Hormuz, jalur vital bagi perdagangan minyak dunia.

Pengaruh terhadap Pasar Keuangan Global dan Domestik

Dampak dari eskalasi konflik ini terasa secara instan di berbagai kelas aset.

1. Pasar Saham

Bursa saham global, mulai dari Eropa (DAX, CAC 40), Asia (Shanghai Composite, Hang Seng), hingga Amerika Serikat (Dow Jones, S&P 500), serempak terkoreksi. Investor cenderung melepas aset berisiko tinggi di tengah ketidakpastian. Di dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga dibuka melemah, tertekan oleh sentimen negatif global dan potensi keluarnya modal asing.

2. Komoditas

Harga minyak mentah melonjak signifikan, dengan beberapa analis memproyeksikan kenaikan bisa menembus level US$120 per barel jika terjadi gangguan pasokan yang serius. Harga emas, sebagai aset aman (safe haven), juga meroket, didorong oleh permintaan investor yang mencari perlindungan nilai di tengah gejolak.

3. Pasar Valuta Asing

Dolar Amerika Serikay (USD) menguat secara signifikan terhadap hampir semua mata uang utama dan emerging market. Statusnya sebagai safe haven utama membuatnya menjadi buruan. Sebaliknya, mata uang negara berkembang, termasuk rupiah (IDR), mengalami tekanan hebat.

Apa Langkah yang Perlu Dipertimbangkan?

Dalam kondisi seperti ini, panik adalah musuh terbesar. Keputusan yang terburu-buru sering kali bukan yang terbaik. Mari kita lihat beberapa langkah strategis yang bisa dipertimbangkan untuk setiap jenis investasi kamu.

1. Portofolio Reksa Dana: Waktu tepat meninjau kembali alokasi aset.
  • Perkuat Area Bertahan — Pertimbangkan menambah porsi pada Reksa Dana Pasar Uang (RDPU) yang memiliki risiko paling rendah dan likuiditas tinggi. Ini bisa menjadi “ruang tunggu” yang aman untuk sebagian danakamu. Selain itu, Reksa Dana Pendapatan Tetap yang fokus pada obligasi pemerintah juga merupakan pilihan yang baik untuk menjaga stabilitas portofolio.

  • Melihat Peluang dengan Hati-hati — Kenaikan harga komoditas membuka potensi bagi reksa dana saham yang memiliki eksposur ke sektor energi atau pertambangan emas. Namun, perlu diingat bahwa reksa dana saham tetap memiliki volatilitas tinggi. Alokasikan dana ke sektor ini secara proporsional dan sadari risikonya.

  • Pentingnya Diversifikasi — Jika belum, pertimbangkan untuk memiliki alokasi pada emas, baik melalui reksa dana, tabungan emas, maupun fisik. Emas berfungsi sebagai penyeimbang yang baik saat aset lain sedang bergejolak.

2. Bagi yang Berinvestasi di Obligasi: Bisa menjadi penyeimbang di tengah ketidakpastian pasar saham.
  • Prioritaskan Obligasi Pemerintah — Surat Berharga Negara (SBN) adalah pilihan utama karena dijamin oleh negara. Di tengah sentimen flight to quality, permintaan terhadap SBN cenderung meningkat.

  • Lebih Selektif pada Obligasi Korporasi — Berhati-hatilah dengan obligasi yang diterbitkan perusahaan, terutama yang fundamental atau peringkatnya kurang solid. Risiko gagal bayar cenderung meningkat dalam kondisi ekonomi yang penuh tekanan.

3. Untuk Trader Valuta Asing — Kini menunjukkan volatilitas yang sangat tinggi.
  • Kecenderungan Penguatan Dolar Amerika Serikat: Dolar AS menunjukkan kekuatannya sebagai mata uang safe haven. Para trader umumnya akan menghindari posisi yang berlawanan dengan tren penguatan dolar saat ini.

  • Tekanan pada Mata Uang Regional — Rupiah dan mata uang negara berkembang lainnya menghadapi tekanan akibat arus modal keluar dan penguatan dolar. Hal ini menjadi faktor penting yang harus diperhitungkan dalam setiap strategi trading.

  • Utamakan Manajemen Risiko — Di tengah volatilitas tinggi, disiplin adalah kunci. Selalu gunakan stop loss untuk membatasi potensi kerugian dan hindari mengambil posisi yang terlalu besar.

Situasi geopolitik saat ini memang menantang. Sebagai investor, fokus kita sebaiknya bukan pada spekulasi, melainkan pada bagaimana cara melindungi nilai aset dan mengelola risiko. Dengan tetap tenang, melakukan diversifikasi yang tepat, dan memperkuat posisi pada aset-aset yang lebih defensif, kita dapat melalui periode ketidakpastian ini dengan lebih baik.

 


SMBC Indonesia tidak bertanggung jawab atas pernyataan apa pun sehubungan dengan keakuratan atau kelengkapan informasi yang terkandung pada artikel ini atau atas kehilangan atau kerusakan yang timbul dari penggunaan isi artikel ini.
Informasi yang terkandung dalam artikel ini adalah informasi publik, tidak dimaksudkan dan tidak seharusnya menjadi dasar pengambilan keputusan. Pengguna tidak boleh menyalin atau menggunakan isi artikel ini untuk tujuan apa pun atau mengungkapkan isinya kepada orang lain tanpa persetujuan sebelumnya dari SMBC Indonesia. Isi artikel ini dapat berubah tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Pengguna disarankan untuk menilai kemampuan sendiri dalam menanggung risiko keuangan dan lainnya terkait investasi atau produk apa pun, dan untuk membuat penilaian independen atau mencari nasihat independen sehubungan dengan masalah apa pun yang tercantum pada artikel ini.