Suku Bunga Turun, Obligasi dan Reksa Dana Naik

writter Lanjar Nafi

Angin segar berembus di lanskap ekonomi global dan domestik. Di tengah dinamika data yang terus bergerak, dua bank sentral paling berpengaruh di dunia pasar modal, yakni Bank Indonesia dan The Federal Reserve AS (The Fed) memberikan sinyal yang semakin jelas. Era suku bunga tinggi mungkin akan segera berakhir, membuka jalan bagi periode moneter yang lebih longgar.

Hal ini adalah momentum, peluang apik yang jika dipahami dengan benar, bisa menjadi fondasi untuk pertumbuhan portofolio kita. Mari bedah alasan saat ini adalah waktu yang menarik untuk mempertimbangkan obligasi pemerintah (seri fixed rate) dan reksa dana pendapatan tetap.

Panggung Disiapkan oleh Bank Sentral

Lihat saja data terbaru. Di tanah air, Bank Indonesia mengambil langkah proaktif dengan memangkas suku bunga acuan menjadi 5,00%. Keputusan ini bukan tanpa alasan. Ekonomi kita menunjukkan ototnya dengan pertumbuhan PDB yang berakselerasi ke 5,12% dan kepercayaan konsumen yang menguat.

Bank Indonesia seolah berkata, “Ekonomi kita kuat, mari berikan stimulus tambahan agar bisa berlari lebih kencang.” Meskipun inflasi sedikit naik ke 2,37%, angka ini masih dalam level terkendali, memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk kemungkinan kembali memangkas suku bunga pada masa depan demi menjaga momentum pertumbuhan.

Sementara itu, di seberang Pasifik, The Fed menahan suku bunganya di 4,50%. Ini bukanlah tanda keraguan, melainkan sikap wait-and-see yang bijaksana. Dengan inflasi dan PDB yang stabil di Amerika Serikat, The Fed tidak memiliki tekanan menaikkan suku bunga lebih lanjut. Justru, pasar global kini mengantisipasi kapan The Fed akan memulai siklus pemangkasan suku bunganya sendiri untuk menyegarkan kembali ekonomi.

Ketika dua raksasa moneter yang berpengaruh pada pasar modal Indonesia ini bergerak ke arah yang sama, yaitu potensi suku bunga yang lebih rendah—sebuah peluang emas terbuka di kelas aset pendapatan tetap.

Efek Jungkat-jungkit yang Menguntungkan Investor Obligasi

Untuk memahami peluang ini, coba bayangkan sebuah jungkat-jungkit sederhana. Di satu sisi ada suku bunga, dan di sisi lain ada harga obligasi yang sudah beredar. Keduanya bergerak berlawanan arah.

Ketika suku bunga turun, harga obligasi yang sudah ada di pasar akan naik. Mengapa? Karena obligasi yang sudah kamu pegang menawarkan kupon dan imbal hasil yang lebih tinggi dan lebih menarik dibandingkan obligasi baru yang akan terbit dengan kupon lebih rendah. Akibatnya, permintaan terhadap obligasi lama meningkat dan harganya pun naik.

Inilah inti dari peluang yang ada di depan mata. Dengan membeli obligasi sekarang, kamu tidak hanya “mengunci” imbal hasil yang relatif lebih tinggi untuk beberapa tahun ke depan, tetapi juga berpotensi mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga obligasi itu sendiri (capital gain) ketika Bank Indonesia benar-benar kembali memangkas suku bunga.

Pilihan Investasi di Era Bunga Rendah

1. Obligasi Pemerintah (Surat Berharga Negara seri FR).

Ini pilihan langsung buat kamu yang ingin memanfaatkan tren penurunan suku bunga. Obligasi FR (fixed rate) menawarkan kupon tetap yang dibayarkan secara periodik hingga jatuh tempo.

  • Mengapa sekarang? Dengan membeli FR saat ini, Anda mengamankan kupon di level yang masih relatif tinggi sebelum suku bunga acuan turun lebih jauh.

  • Keamanan: Dijamin 100% oleh pemerintah Indonesia, menjadikannya salah satu instrumen investasi paling aman di pasar.

  • Potensi capital gain: Jika Bank Indonesia kembali menurunkan BI Rate, harga portofolio Obligasi FR kamu berpotensi besar meningkat. Fundamental ekonomi domestik yang kuat (PDB 5,12%, ekspor naik 11,29%) juga menjadi penopang kepercayaan investor terhadap surat utang negara kita.

2. Reksa Dana Pendapatan Tetap

Jika kamu menginginkan cara yang lebih praktis, terdiversifikasi, dan terjangkau, reksa dana pendapatan tetap adalah jawabannya. Produk ini berisi kumpulan berbagai seri obligasi pemerintah maupun korporasi yang dikelola secara profesional oleh Manajer Investasi.

  • Mengapa sekarang? Manajer Investasi akan secara aktif mengelola portofolio untuk menangkap peluang dari penurunan suku bunga. Ketika harga-harga obligasi di dalam portofolio reksa dana tersebut naik, maka Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit reksa dana kamu juga akan ikut meningkat.

  • Diversifikasi otomatis: kamu tidak perlu pusing memilih seri obligasi mana yang terbaik. Risiko Anda tersebar di banyak instrumen.

  • Akses mudah dan terjangkau: kamu bisa mulai berinvestasi dengan modal yang jauh lebih kecil dibandingkan membeli obligasi secara langsung.

Perekonomian Indonesia dalam momentum positif. Bank Indonesia pun membuka pintu menuju era suku bunga yang lebih rendah. Di tingkat global, The Fed juga diperkirakan akan berada pada langkah serupa.

Kombinasi ini menciptakan sweet spot, jadi pertimbangkan untuk melakukan diversifikasi ke obligasi pemerintah FR atau reksa dana pendapatan tetap untuk mengunci imbal hasil yang menarik dan menangkap potensi kenaikan harga di masa mendatang.

 


SMBC Indonesia tidak bertanggung jawab atas pernyataan apa pun sehubungan dengan keakuratan atau kelengkapan informasi yang terkandung pada artikel ini atau atas kehilangan atau kerusakan yang timbul dari penggunaan isi artikel ini.
Informasi yang terkandung dalam artikel ini adalah informasi publik, tidak dimaksudkan dan tidak seharusnya menjadi dasar pengambilan keputusan. Pengguna tidak boleh menyalin atau menggunakan isi artikel ini untuk tujuan apa pun atau mengungkapkan isinya kepada orang lain tanpa persetujuan sebelumnya dari SMBC Indonesia. Isi artikel ini dapat berubah tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Pengguna disarankan untuk menilai kemampuan sendiri dalam menanggung risiko keuangan dan lainnya terkait investasi atau produk apa pun, dan untuk membuat penilaian independen atau mencari nasihat independen sehubungan dengan masalah apa pun yang tercantum pada artikel ini.