Market Update 1 September 2025

writter Lanjar Nafi

Pasar Amerika: Wall Street Pesta Rekor Berkat Nvidia

Pasar saham Wall Street mengawali pekan dengan sedikit keraguan pada Senin, seolah mencerna kembali optimisme dari sinyal penurunan suku bunga yang dilontarkan The Fed pekan sebelumnya. Investor memilih untuk mengambil posisi menanti di tengah antisipasi laporan keuangan krusial dari raksasa cip AI (akal imitasi), Nvidia, yang dijadwalkan rilis pada pertengahan pekan. Namun, keraguan tersebut tidak bertahan lama.

Sentimen positif dengan cepat mengambil alih pada Selasa dan Rabu, mendorong indeks S&P 500 untuk mencetak rekor penutupan tertinggi baru, bahkan sebelum laporan Nvidia dirilis. Gairah ini menunjukkan betapa besar keyakinan pasar terhadap revolusi kecerdasan buatan sebagai motor penggerak utama, meski sempat diwarnai isu politik terkait upaya Presiden Amerika Serikat untuk memberhentikan salah satu gubernur The Fed yang memicu kekhawatiran independensi bank sentral.

Puncak penantian pasar tiba pada Kamis. Meskipun laporan keuangan Nvidia sedikit di bawah ekspektasi analis yang luar biasa tinggi—terutama karena ketidakpastian penjualan ke Tiongkok, investor justru melihatnya sebagai konfirmasi solid. Lonjakan pendapatan sebesar 56% dianggap sebagai bukti tak terbantahkan bahwa permintaan untuk infrastruktur AI masih sangat kuat dan jauh dari kata melambat.

Reaksi pasar pun positif; alih-alih terkoreksi, S&P 500 dan Dow Jones kembali mencetak rekor penutupan tertinggi baru. Reli ini didukung oleh berbagai saham teknologi besar lainnya seperti Alphabet dan Amazon, serta data ekonomi yang menunjukkan pasar tenaga kerja yang solid, semakin memperkuat harapan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada bulan September.

Namun, setelah pesta rekor, Wall Street menutup pekan pada Jumat dengan koreksi wajar. Investor melakukan aksi ambil untung menjelang akhir pekan, terutama setelah S&P 500 menembus level psikologis 6.500 untuk pertama kali. Pelemahan ini juga dipengaruhi data inflasi PCE inti yang, meskipun sesuai ekspektasi, mencatat laju tercepat sejak Februari.

Sentimen negatif tambahan datang dari saham Nvidia yang tertekan oleh berita kemajuan cip pesaing dari Alibaba, serta kekhawatiran baru tentang dampak tarif impor pada perusahaan industri seperti Caterpillar. Meskipun ditutup melemah, Wall Street berhasil membukukan kinerja bulanan yang kuat pada Agustus dan kini bersiap menghadapi bulan September, yang secara historis dikenal sebagai bulan yang lebih menantang bagi pasar saham.

Pasar Eropa: Melemah Dihantam Gejolak Politik dan Kekhawatiran The Fed

Pasar saham Eropa mengakhiri pekan dengan langkah gontai, mencatat kerugian mingguan pertama dalam empat pekan terakhir setelah bergerak di zona merah selama empat dari lima hari perdagangan. Dua awan kelabu utama secara konsisten membayangi sentimen investor: ketidakpastian politik di Prancis dan kekhawatiran atas independensi bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve.

Di Prancis, bursa CAC 40 menjadi yang paling tertekan setelah tiga partai oposisi mengancam akan menggagalkan mosi percaya terhadap Perdana Menteri Francois Bayrou, memicu kekhawatiran akan jatuhnya pemerintahan. Sementara itu, dari seberang Atlantik, upaya Presiden Donald Trump untuk memecat Gubernur The Fed Lisa Cook dan tekanannya terhadap kebijakan moneter menimbulkan kegelisahan di pasar global mengenai intervensi politik terhadap bank sentral.

Di tengah gejolak makroekonomi tersebut, perhatian pasar juga tersedot pada sejumlah laporan kinerja dan berita korporasi yang signifikan. Rilis laporan keuangan Nvidia menjadi sorotan utama, yang mana prospek bisnis yang sedikit di bawah ekspektasi pasar memicu pergerakan yang variatif di saham-saham sektor semikonduktor Eropa. Di sisi lain, berita akuisisi senilai 15,7 miliar euro oleh Keurig Dr Pepper membuat saham JDE Peet’s melesat tajam pada awal pekan. Kisah dramatis juga datang dari saham energi terbarukan Orsted yang sempat anjlok ke rekor terendah setelah proyeknya di Amerika Serikat dihentikan, sebelum akhirnya sedikit pulih. Menjelang akhir pekan, giliran saham perbankan Inggris seperti NatWest dan Barclays yang anjlok akibat rekomendasi pengenaan pajak baru dari sebuah lembaga kajian.

Dari sisi data ekonomi dan kebijakan moneter, investor dihadapkan pada sinyal yang beragam. Data inflasi dari Amerika Serikat pada Jumat, meskipun sesuai perkiraan, menimbulkan sedikit keraguan apakah The Fed akan tetap memangkas suku bunga pada September. Pada saat bersamaan, data dari Jerman menunjukkan inflasi yang lebih tinggi daripada prediksi dan angka pengangguran yang menembus tiga juta orang untuk pertama kalinya dalam satu dekade.

Bank Sentral Eropa (ECB) diperkirakan akan menahan suku bunga pada pertemuan bulan depan, setelah melakukan serangkaian pemangkasan agresif selama setahun terakhir. Kombinasi dari ketidakpastian politik, drama korporasi, dan data ekonomi yang ambigu ini pada akhirnya mendorong investor untuk mengambil sikap hati-hati dan merealisasikan keuntungan.

Pasar Asia: Reli Cip AI Angkat Bursa Tiongkok, Jepang Ambil Untung

Pasar saham Asia mengalami minggu penuh gejolak, diawali optimisme tinggi yang mendorong bursa Tiongkok dan Hong Kong ke level tertinggi dalam beberapa tahun. Pada Senin, Shanghai Composite melonjak 1,5% ke level tertinggi sejak 2015, dipicu likuiditas yang melimpah, relaksasi aturan pembelian rumah di Shanghai yang mendongkrak sektor properti, serta reli saham rare earth setelah Beijing memperketat kontrol pasokan.

Di Jepang, Nikkei juga menguat pada awal pekan, terdorong harapan pelonggaran kebijakan moneter Amerika Serikat setelah pidato Ketua The Fed, Jerome Powell. Antusiasme pasar terlihat jelas dengan nilai transaksi di bursa Shanghai dan Shenzhen yang sempat menembus tiga triliun yuan, menunjukkan kepercayaan investor yang tinggi.

Namun, sentimen positif tersebut berbalik arah pada pertengahan minggu. Pada Selasa dan Rabu, pasar terkoreksi tajam akibat aksi ambil untung setelah reli panjang pada Agustus. Penurunan ini diperparah ancaman tarif baru dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkait ekspor magnet dari Tiongkok dan pemecatan mendadak Gubernur The Fed Lisa Cook yang menimbulkan ketidakpastian. Akan tetapi, bursa Tiongkok menunjukkan ketahanannya dengan rebound kuat pada hari Kamis, terutama dipimpin oleh sektor semikonduktor dan AI. Pemicunya adalah berita bahwa Tiongkok berencana melipatgandakan produksi cip AI pada tahun 2026, mengurangi ketergantungan pada cip Nvidia yang aksesnya dibatasi oleh Amerika Serikat.

Menutup pekan pada Jumat, bursa Tiongkok kembali menguat, dengan Shanghai Composite naik 0,37% dan Shenzhen Component melonjak 0,99%, memperpanjang tren positifnya. Secara keseluruhan, bulan Agustus menjadi bulan yang sangat baik bagi Tiongkok, yang mana indeks Shanghai naik sekitar 8% dan Shenzhen meroket 15%. Sebaliknya, pasar Jepang menghadapi tekanan di akhir pekan. Nikkei turun 0.26% pada Jumat karena investor merealisasikan keuntungan dari kenaikan kuat bulan Agustus, ditambah lagi dengan penguatan yen dan rilis data ekonomi yang sedikit mengecewakan. Meskipun demikian, Nikkei berhasil mencatatkan kenaikan lebih dari 4% sepanjang bulan Agustus, ditopang oleh laporan pendapatan perusahaan yang solid.

Pasar Indonesia: Antara Optimisme Awal Pekan dan Kecemasan Politik Akhir Pekan

Pasar keuangan Indonesia mengawali pekan dengan euforia yang luar biasa, melanjutkan tren positif dari minggu sebelumnya. Pada Senin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat didorong oleh saham-saham perbankan besar dan energi. Sentimen positif ini dipicu oleh dua katalis utama: keputusan Bank Indonesia yang memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,00% dan pidato Gubernur The Fed, Jerome Powell, yang bernada lebih dovish.

Kombinasi ini sontak membuat pasar obligasi domestik bergairah, dengan imbal hasil obligasi sepuluh tahun turun ke level 6,332%. Aliran dana asing yang deras sebesar Rp 4,04 triliun turut memperkuat nilai tukar Rupiah secara signifikan sebesar 0.56% ke level Rp 16.253 per dolar Amerika, menandakan kepercayaan investor yang tinggi pada awal pekan.

Namun, optimisme pasar mulai goyah memasuki pertengahan pekan seiring munculnya ketidakpastian dari Amerika Serikat. Fokus investor dengan cepat beralih pada dinamika kebijakan The Fed, terutama setelah berita mengejutkan pemecatan Gubernur The Fed Lisa Cook oleh Presiden Donald Trump. Peristiwa ini memicu kekhawatiran serius akan independensi bank sentral Amerika, yang berpotensi mengganggu stabilitas keuangan global. Akibatnya, dolar Amerika menguat dan menekan rupiah yang terdepresiasi hingga ke level Rp16.360. Meskipun IHSG sempat bergerak fluktuatif, pasar obligasi secara konsisten melanjutkan tren penguatannya, menandakan adanya aksi beli defensif dari investor di tengah meningkatnya kewaspadaan terhadap risiko eksternal.

Memasuki akhir pekan, tekanan terhadap pasar datang dari dua arah, baik eksternal maupun internal. Di tengah penantian pasar terhadap data inflasi PCE Amerika Serikat, sebuah sentimen negatif yang signifikan muncul dari dalam negeri. Meluasnya aksi demonstrasi pada Kamis dan Jumat memicu kekhawatiran investor akan stabilitas politik dan keamanan nasional. Pasar mulai mengantisipasi potensi gejolak yang lebih besar, sehingga para pelaku pasar cenderung mengambil sikap defensif dan melepas aset-aset berisiko. Kombinasi antara ketidakpastian kebijakan The Fed dan meningkatnya risiko politik domestik ini menjadi pukulan telak yang membuat IHSG anjlok pada Jumat, menghapus seluruh penguatan yang telah dicapai dan menutup pekan di zona merah.


SMBC Indonesia tidak bertanggung jawab atas pernyataan apa pun sehubungan dengan keakuratan atau kelengkapan informasi yang terkandung pada artikel ini atau atas kehilangan atau kerusakan yang timbul dari penggunaan isi artikel ini.
Informasi yang terkandung dalam artikel ini adalah informasi publik, tidak dimaksudkan dan tidak seharusnya menjadi dasar pengambilan keputusan. Pengguna tidak boleh menyalin atau menggunakan isi artikel ini untuk tujuan apa pun atau mengungkapkan isinya kepada orang lain tanpa persetujuan sebelumnya dari SMBC Indonesia. Isi artikel ini dapat berubah tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Pengguna disarankan untuk menilai kemampuan sendiri dalam menanggung risiko keuangan dan lainnya terkait investasi atau produk apa pun, dan untuk membuat penilaian independen atau mencari nasihat independen sehubungan dengan masalah apa pun yang tercantum pada artikel ini.