Lolos dari obesitas, belum tentu lolos dari OBESISTUFF.
Apa sih Obsesistuff? Obsesistuff adalah kelebihan barang-barang.
Istilah ini merujuk pada barang-barang yang dibeli karena obsesi sesaat, biasanya karena:
ikut tren dan rekomendasi media sosial,
impulsif belanja karena lucu/estetik, sampai
FOMO kalau gak punya barang tersebut.
Obsesistuff bukan kebutuhan, tapi lebih ke “aku gak butuh, tapi pengin banget”. Makanya disebut obsesistuff = obsesi + stuff (barang).
Berawal dari YOLO (you only live once), lalu FOMO (fear of missing out), kemudian berujung pada penumpukan barang akibat konsumsi berlebihan.
Dulu karena YOLO dan FOMO, aku terjerat obesistuff. Kukira ruang penuh barang hanya bikin ruangan terlihat kotor dan berantakan, tapi dampaknya ternyata jauh lebih besar daripada itu.
Barang-barang yang kamu tumpuk berlomba untuk mencuri perhatian dan fokus kamu. Energi tubuh kamu diserap karena menerima sinyal bisu dari benda mati.
Contoh yang sering terjadi, saat beribadah kamu jadi kurang khusyuk karena di depan kamu ada tumpukan pakaian yang belum disetrika atau handuk yang diletakkan sembarangan.
Kamu jadi gampang bosan, uring-uringan, dan gak betah berlama-lama di rumah.
Apa yang terjadi kemudian? Dorongan untuk hangout lebih sering muncul, sampai kamu jadi sulit menemukan kepuasan terhadap barang yang kamu punya karena begitu banyak yang mau kamu coba.
Itu sedikit alasan pada tahun 2018 aku memutuskan untuk decluttering hampir 80% barang yang kumiliki dan hidup hanya dengan 20% barang sisanya.
Setelah decluttering dan pelan-pelan jalani gaya hidup minimalis, ada beberapa dampak yang aku rasakan.
Secara finansial, aku berhasil lewati financial crisis saat itu. Aku bahkan jadi bisa nabung untuk membiayai pernikahanku tanpa meminta kepada orang tua dan hidup tanpa utang.
Gaya hidup minimalis juga banyak berdampak ke kesehatan mentalku. Dalam proses pencarian jati diri, rasanya gaya hidup ini justru membantu aku mengenal diriku lebih jauh.
Aku juga merasa lebih tenang dan gak perlu terlalu mengurusi kehidupan orang lain. Di tengah kompleksitas kehidupan saat ini, bukankah “tenang” adalah definisi “kaya” yang sesungguhnya?
Kebanyakan orang mengira gaya hidup minimalis berarti hanya memiliki sedikit barang. Gak salah sih, tapi itu bukan satu-satunya definisi.
Gaya hidup minimalis bakal mengajak kamu mengenal kembali diri sendiri dan membentuk kebiasaan berkonsumsi dengan bijak.
Kamu akan fokus terhadap apa yang paling esensial. Tentu saja esensialitas tiap orang berbeda-beda, tergantung latar belakang, kebutuhan, dan situasi kondisi orang tersebut.
Untuk kenal apa yang esensial dari hidup, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah mengevaluasi apa yang sudah kamu punya.
Coba lakukan decluttering, yaitu kegiatan memilah dan mengeliminasi hal-hal yang bukan esensial.
Pilah mana yang masih kamu perlukan, juga yang memberikan nilai untuk hidup kamu sekarang, lalu singkirkan yang sudah gak bermanfaat lagi.
Tujuan utama decluttering bukan untuk mengurangi barang, tapi membuat kamu jadi kenal dengan apa yang sudah kamu miliki dan bagaimana koneksi kamu terhadap kepunyaan kamu.
Setelah decluttering, kamu akan tau alasan kamu menyimpan suatu barang dan barang apa saja yang gak akan lagi kamu konsumsi kemudian hari karena akhirnya akan kamu eliminasi.
Mulai untuk selalu berpikir berkali-kali sebelum melakukan pembelian. Konsumsi yang bijak artinya kamu sadar (mindful) dan bertanggung jawab terhadap konsumsi tersebut.
Konsumsi seharusnya terjadi bukan karena kamu punya uang, tapi karena kamu bisa bertanggung jawab. Nah, ada beberapa mindset yang perlu kamu ubah mulai detik ini juga:
❌ Buy now cry later ❌
Ganti jadi: Rethink before you buy ✅
❌ Lebih baik nyesel beli, dibanding nyesel gak beli ❌
Ganti jadi: Lebih baik gak menyesal ✅
Bagaimana caranya? Dengan selalu melakukan riset panjang sebelum membeli sesuatu.
Bijak berkonsumsi juga mendorong kamu untuk jadi lebih selektif dalam memilih konsumsi yang mau dilakukan. Gak semua barang lucu harus dibeli, dan gak semua barang gratis harus dimiliki.
Saat masih obesistuff, aku merasa gak memiliki prinsip atau kriteria dalam membeli sesuatu. Makanya aku jadi gampang banget beli barang viral, padahal belum tentu barangnya cocok.
Setelah menerapkan gaya hidup minimalis dan bijak berkonsumsi, ada perubahan cara pandang terhadap suatu barang.
Hasilnya? Banyak filter yang terpasang di benak sebelum membeli sesuatu.
Apakah brand-nya mendukung gaya hidup baik?
Apakah kandungan produknya cocok?
Apakah nanti aku bisa simpan?
Apakah aku bisa pakai dalam jangka waktu lama?
Makin banyak filter pertanyaan yang terpasang, hal tersebut akan bantu kamu jadi lebih sadar sebelum membeli sesuatu.
Hal ini bisa dimulai dengan menggunakan sampai habis barang yang sudah kamu konsumsi sebelum beli baru lagi, misalnya kayak produk kecantikan.
Kamu bisa belajar menahan diri membeli barang secara berlebihan kalau masih punya barang sejenis yang belum dihabiskan.
Tanggung jawab konsumsi juga bisa dituntaskan dengan menerapkan prinsip recycle, repair, reuse, dan repurpose. Sudah jadi tugas kita untuk cari tau ke mana daur ulang kemasan konsumsi yang kita beli!
Setiap gaya hidup, lawan terberatnya adalah konsistensi dan adaptasi.
Gaya hidup apa pun yang kamu pilih, proses belajarnya adalah seumur hidup.
Dalam setiap stage of life seperti pernikahan dan memiliki anak, kamu perlu banyak beradaptasi dan jadi lebih fleksibel terhadap suatu gaya hidup. Contohnya, ketika punya anak, maka ekspektasi kamu terhadap kepemilikan barang mungkin harus lebih fleksibel.
Barang di rumah tentu akan bertambah karena hadirnya anggota baru di rumah. Namun, bukan berarti kamu jadi gak bisa menerapkan prinsip gaya hidup minimalis lagi.
Kamu tetap bisa membuat aturan-aturan konsumsi kebutuhan anak dengan prinsip minimalis. Misalnya, menentukan batas ruang lemari anak, jumlah buku yang cukup untuk dimiliki, dan sebagainya.
Prinsip minimalis ini juga berlaku di keuangan, karena kalau pengin punya lebih banyak tabungan, maka yang harus dilakukan adalah mengurangi spending yang berlebihan.
Maka dari itu, aku selalu mengaudit pengeluaranku lewat fitur Moneytory untuk tau perilaku konsumsi di tiap bulan. Jadi, bakal keliatan kalau ada konsumsi berlebihan yang dilakukan di kategori barang tertentu.
Selain itu, bijak berkonsumsi juga membuatku bijak dalam memisahkan uang sesuai kebutuhan, sehingga gak ada Rp0 yang gak punya tujuan.
Di sinilah aku memakai fitur Dream Saver di Jenius yang sangat membantu. Aku bikin aturan berapa banyak yang harus dimasukkan ke setiap tujuan keuangan beserta periodenya.
Dari semua itu, hal paling penting dalam konsistensi ini adalah niat dan aturan. Itulah alasan kamu perlu tau kenapa kamu mau menjalani gaya hidup minimalis.
Cara mudah untuk mengetahui niat kamu menjalani gaya hidup minimalis adalah dengan mengurai “less is more”. Karena dengan menanyakan “Apa yang ingin diraih lebih?”, maka kamu bakal tau apa yang harus dikurangi untuk mencapai tujuan tersebut.
Yuk, mulai hidup minimalis dan bijak berkonsumsi dari sekarang!